INOVASI PANGAN: MIE BAYAM

Rachela Maulinasari (230941580), Rania Hana Ayuningtyas (2440005914), Kezia Nathania (2401959212)

(sumber: pinterest.com)

Mie merupakan salah satu makanan yang digemari berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga orang tua di Indonesia. Berdasarkan sejarah, mie pertama kali diciptakan di Negara Cina. Mie berbahan dasar dari tepung terigu yang berasal dari tanaman gandum, sehingga mie menjadi bahan sumber makanan pokok. Sama halnya dengan nasi, mie mengandung karbohidrat yang tinggi. Produk mie yang dijual dipasaran berdasarkan cara penyajiannya dan kadar air yang terkandung di dalamnya yaitu, mie mentah, mie basah, mie kering, mie instan, dan mie goreng. Tepung terigu merupakan bahan dasar dalam pembuatan mie. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum yang digiling. Kelebihan dari terigu antara lain memiliki sifat elastis tidak mudah putus pada saat pencetakan dan pemasakan mie. Hal ini disebabkan karena adanya gluten. Produk yang beredar dipasaran saat ini kandungan gizinya masih tergolong rendah sehingga dibutuhkan bahan tambahan yang dapat meningkatkan kandungan gizi dalam mie. Bayam menjadi salah satu bahan yang diduga dapat meningkatkan kandungan serat pada mie karena bayam mengandung serat yang tinggi (Santoso, Susanti, Rizqiati, Setiadi & Nurfadillah, 2018). 

Bayam merupakan sayuran yang mudah didapatkan dan harganya yang terjangkau. Meskipun harganya yang terjangkau, bayam memiliki kandungan gizi yang tinggi. Bayam dikenal dengan sayur yang menjadi sumber zat besi (Fe). Selain itu, bayam mengandung antioksidan, seperti karotenoid, polifenol, dan flavonoid (kuersetin). Selain mengandung zat besi, bayam juga mengandung vitamin (A, B, dan C), kalium dan kalsium. Bayam mengandung senyawa kalium dan nitin. Bayam bermanfaat untuk menguatkan jantung, mencegah tekanan darah rendah dan xeropthalmia, mengurangi resiko kanker usus serta memperkuat akar rambut. Kandungan vitamin pada bayam juga berperan sebagai antioksidan. Sehingga penambahan bayam pada pembuatan mie dipercaya dapat meningkatkan kandungan gizi pada mie (Sugiyarti, Rafiony & Purba, 2019). 

Mie bayam diketahui sebagai salah satu inovasi mie sehat dengan penambahan bayam sebagai sayuran alami, sehingga diperoleh rasa dan warna dari sayuran tersebut. Mineral, vitamin, serta serat yang terkandung dalam bayam dapat memberikan tambahan nilai gizi untuk menciptakan mie yang sehat. Selain itu, penambahan bayam juga berpengaruh terhadap perolehan warna pada mie, sehingga berguna untuk mencegah pengaplikasian zat warna buatan pada mie. Terkait dengan kandungan gizinya yang tinggi, inovasi mie bayam ini diperuntukkan bagi orang dewasa maupun anak-anak yang tidak suka dan enggan mengonsumsi sayuran secara langsung, sehingga gizinya dapat tetap terpenuhi. Tepung terigu, bayam, air, tepung kanji, garam, telur ayam, minyak goreng, dan tepung maizena merupakan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan mie bayam ini (Wipradnyadewi, Ina, Pudja, dan Darmayanti, 2017).

Dalam pembuatan mie bayam, bahan-bahan yang perlu disiapkan adalah sebagai berikut menurut sumber dari Wipradnyadewi, Ina, Pudja &Darmayanti (2017).

  • 200 g Tepung Terigu
  • 50 g Bayam
  • 75 mL Air
  • 25 g Tepung Kanji
  • 2 butir Telur Ayam
  • 1 sdt Garam
  • 1 sdt Tepung Maizena
  • 3 sdm Minyak Goreng

Proses pembuatan mie bayam mencakup beberapa tahapan, yakni penghalusan, penyaringan, pencampuran, pengadukan, pengadonan, pencetakan atau penggilingan, dan pemotongan adonan. Pertama, bayam dengan air dihaluskan dengan blender, lalu disaring. Air bayam hasil penyaringan dicampurkan dengan garam dan telur, lalu diaduk sampai merata. Kemudian, adonan dituangkan dalam tepung kanji dan tepung terigu, lalu diuleni hingga kalis. Sembari diuleni, minyak goreng dimasukkan secara perlahan. Setelah adonan mie dihasilkan, adonan tersebut dicetak atau digiling dalam bentuk lembaran. Selanjutnya, adonan berbentuk lembaran dipotong menyerupai tali panjang, seperti layaknya mie. Lalu, tepung maizena ditaburkan pada adonan mie yang telah melalui tahap pemotongan agar mencegah perlengketan antara satu mie dengan yang lainnya (Wipradnyadewi, Ina, Pudja, dan Darmayanti, 2017).

Seperti yang kita ketahui, kini banyak sekali inovasi mie dengan berbagai bahan tambahan lain seperti bayam, biji nangka, atau bahkan buah tomat. Mie inovasi juga tentunya memiliki banyak kandungan nutrisi dengan fokus yang berbeda-beda. Dalam artikel mengenai mie bayam ini, tidak jarang mie bayam mulai dikonsumsi oleh masyarakat. Selain karena cita rasanya yang enak, mie bayam juga memiliki keunggulan dalam segi estetika karena berwarna hijau maupun merah. Berdasarkan bahan-bahan yang digunakan untuk produk mie bayam memiliki kandungan gizi tinggi diantaranya karbohidrat, protein, lemak, zat besi, vitamin C, A, dan B. Tidak hanya itu, mie bayam juga sangat cocok dikonsumsi sebagai mie diet ataupun mie yang dikonsumsi oleh penderita overweight (kelebihan berat badan). Produk pangan fungsional ini memiliki rasa yang tidak kalah gurih dengan mie biasa pada umumnya menurut data hasil organoleptik dari Santoso, Susanti, Rizqiati, Setiadi & Nurfadillah (2018). Mie dengan penambahan bayam yang berbeda (hijau ataupun merah) masing-masing memiliki warna pigmennya tersendiri, seperti daun bayam hijau memiliki pigmen klorofil dan daun bayam merah memiliki pigmen antosianin yang menjadi daya tarik konsumen. Namun, mungkin saja tidak semua orang memiliki selera yang sama sehingga bisa saja rasa dari mie bayam tidak cocok untuk orang yang tidak suka terhadap sayur. Maka dari itu, inovasi pangan berupa mie bayam ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai produk fungsional yang dijual. Selain karena keunikan warnanya, mie bayam juga memiliki banyak kandungan bermanfaat di dalamnya  (Pebrianti, Ainurrasjid & Purnamaningsih, 2015; Santoso, Susanti, Rizqiati, Setiadi & Nurfadillah, 2018). Berikut kandungan-kandungan yang ada dalam sayuran bayam. 

Gambar 1. Kandungan Gizi Bayam per 100 Gram (Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). 

Referensi

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Departemen Kesehatan: Jakarta.

Pebrianti, C., Ainurrasjid, A., & Purnamaningsih, S. L. (2015). Uji kadar antosianin dan hasil enam varietas tanaman bayam merah (Alternanthera Amoena Voss) pada musim hujan. Jurnal Produksi Tanaman, 3(1), 27-33.

Santoso, S. I., Susanti, S., Rizqiati, H., Setiadi, A., & Nurfadillah, S. (2018). Potensi Usaha Mi Bayam sebagai Diversifikasi Produk Mi Sehat. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 7(3), 127-131.

Sugiyarti, K., Rafiony, A., & Purba, J. S. R. (2019). KAJIAN KARAKTERISTIK MIE KERING DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG BAYAM HIJAU (Amaranthus sp). PNJ, 2(1), 33-37.

Wipradnyadewi, P. A. S., Ina, P. T., Pudja, I. A. R. P., & Darmayanti, L. P. T. (2017). Pelatihan Pembuatan Mie dari Sayur Bayam di Desa Tihingan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung. Jurnal ITP FTP UNUD, 16(3), 90-95.