GULA ALAMI VS PEMANIS BUATAN?

Zahra Chaerunnisa (2301948782)

Pemanis buatan sekarang ini dijadikan alternatif pengganti gula. Pemanis buatan ini diciptakan untuk mengurangi insiden obesitas, diabetes, dan sindrom metabolik sehingga pemanis buatan rendah kalori ada. Pemanis buatan disebut pemanis nonnutrisi (NNS) yang berupa pemanis rendah kalori namun tidak memiliki gizi. Pemanis buatan ini memberikan rasa manis yang lebih instan dan hanya menggunakan sedikit kalori per gram yang digunakan dalam minuman, produk makanan, obat – obatan dan bahkan obat kumur. Pemanis buatan ini ditujukan untuk penderita diabetes dan obesitas agar rasa manis pada makanan yang mengandung pemanis buatan tersebut tidak dimetabolisme oleh tubuh.

Lalu apakah bedanya dengan gula alami atau pemanis alami dengan pemanis buatan? Gula alami umumnya berasal dari tanaman terutama tebu dan bit yang berperan sebagai sukrosa. Selain kedua pemanis alami tersebut, terdapat beberapa jenis pemanis lain yang sering digunakan seperti laktosa, maltose, galaktosa, D-Glukosa, D-Fruktosa, sorbitol, mannitol, gliserol. Pemanis alami tidak mengandung vitamin, tidak memiliki serat kasar, dan mengandung sedikit mineral. Gula alami merupakan sumber kalori, semua bahan-bahan yang bernilai seperti vitamin dan mineral akan hilang selama proses pengolahan dan pemurnian. Sedangkan pemanis buatan diolah dengan bahan – bahan kimia di laboratorium dengan tujuan agar rasa manis yang kurang dalam tebu terpenuhi dan tidak memiliki nilai gizi. Pemanis buatan di Indonesia diperbolehkan untuk dikonsumsi sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014. Pemanis buatan terdiri dari aspartame, siklamat, sakarin dan sukralosa. Salah satu pemanis buatan yang dinamakan siklamat mempunyai rasa yang lebih tinggi dari gula biasa (sukrosa) dan harganya relatif lebih murah. Namun, siklamat memiliki dampak negatif pada tubuh seperti sakit kepala, mual, memicu timbulnya kanker, iritasi lambung, dan perubahan fungsi sel.

Aspartam merupakan pemanis buatan yang banyak digunakan sebagai pengganti gula, karena memiliki kalori yang lebih rendah. Aspartam berasal dari senyawa asam amino yaitu asam aspartat dan fenilalanin dan juga metanol. Aspartam memiliki rasa manis yang berasal dari adanya modifikasi dari dua asam amino yang berasal dari L-aspartat asam dengan rasa datar dan L-fenilalanin dengan rasa pahit. Pemanis buatan (aspartam) terbuat dengan melalui proses fermentasi dan sintesis.

Berikut merupakan proses fermentasi

Berikut merupakan proses sintesis

Aspartame telah dinyatakan layak dan aman untuk dikonsumsi. Rasa manis pada aspartame lebih tinggi daripada sukrosa. Aspartame memiliki efek yang diberikan yaitu antipiretik, analgesic dan anti inflamasi. Aspartame dapat memberikan efek alergi, karena mengandung allergen diketopiperazine. Perbedaan gula alami dibandingkan dengan pemanis buatan adalah pemanis buatan memiliki rasa manis yang tinggi dibandingkan dengan gula alami. Walaupun memiliki rasa manis yang lebih tinggi daripada gula biasa, pemanis buatan memiliki rendah kalori. Selain itu, rasa manis dari pemanis buatan meninggalkan rasa pahit diakhir. Gula alami merupakan bentuk sederhana dari karbohidrat yang dapat meningkatkan kadar gula darah Ketika dikonsumsi, sedangkan pemanis buatan tidak meningkatkan kadar gula darah.

Pada dasarnya, pemanis seperti gula alami digunakan sebagai bahan tambahan pangan untuk memberikan rasa manis pada produk makanan. Di samping itu, pemanis buatan semula digunakan hanya untuk penderita diabetes, namun saat ini penggunaannya semakin luas pada berbagai produk pangan secara umum. Pemanis buatan dapat membantu orang dengan pengidap diabetes dan obesitas untuk mengontrol gula darah dan tidak menambah kalori. Namun, disamping manfaatnya, pemanis buatan juga dapat menimbulkan efek samping apabila digunakan melebihi batas standar, seperti meningkatkan resiko penyakit ginjal, diabetes, dan gigi berlubang. Secara garis besar, kedua pemanis ini memiliki perbedaan dari bahan asal dan manfaatnya. Pemanis alami berasal dari tanaman seperti tebu dan bit dan berperan sebagai sukrosa dan merupakan sumber kalori. Sedangkan pemanis buatan, seperti aspartame, siklamat, sakarin, dan sukralosa, digunakan hanya dengan anjuran yang telah ditetapkan, karena penggunaan yang melebihi batas malah justru dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi kesehatan.

REFERENSI:

Ariadi, J. A. Pengaruh Konsumsi Aspartam terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan gangguan Toleransi Glukosa pada Tikus Galur Wistar. Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 5(2a).

Hartini, H., & Simorangkir, J. S. (2020). PENETAPAN KADAR PEMANIS BUATAN (Na-Siklamat) PADA SELAI DENGAN METODE GRAVIMETRI. Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains, 8(1).

Pratama, R. R., Yerizel, E., & Rahmatini, R. (2014). Pengaruh Pemberian Aspartam terhadap Kadar Low-Density Lipoprotein dan High-Density Lipoprotein pada Tikus Wistar Diabetes Melitus Diinduksi Aloksan. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3).

Sharma, A., Amarnath, S., Thulasimani, M., & Ramaswamy, S. (2016). Artificial sweeteners as a sugar substitute: Are they really safe?. Indian Journal of Pharmacology, 48(3), 237-240.

Utomo, Y., Hidayat, A., Dafip, M., & Sasi, F. A. (2012). Studi histopatologi hati mencit (Mus musculus L.) yang diinduksi pemanis buatan. Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences, 35(2), 122-129.

Uttoro, Y., Hidayat, A., Dafip, M., & Sasi, F. (2012). Studi Histopatologi Hati Mencit Diinduksi Pemanis Buatan. Jurnal MIPA, 35(2), 122-129.