Know More about Jamu

Oleh: Anastasia Michelle (2301852726), Angel Gustasiana (2440013254), Betrand Erony Tagers (2440111642), Emily Lie (2301920815), Gabriella Renata (2440012516), Kennard Joshua Purnomo (2440016400), & Ryan Reynardo Lie (2440051946)

            Sebagai masyarakat Indonesia, tentunya kata “jamu” tidaklah asing bagi kita semua. Kata jamu berasal dari singkatan kata “djampi” yang berarti doa dan “oesodo” atau husada yang berarti kesehatan. Berdasarkan kedua kata tersebut, dapat disimpulkan bahwa masyarakat menganggap atau mendoakan jamu sebuah obat untuk meningkatkan kesehatan. Jamu merupakan warisan leluhur yang jika ditelusuri lebih lanjut, dapat ditemukan bahkan dari sebelum abad ke-18. Diketahui bahwa masyarakat Nusantara sejak sekitar abad 8 atau 9 M sudah menggunakan ramuan herbal untuk pengobatan. Hal ini bahkan tertulis sebagai bukti peninggalan zaman, seperti pada relief-relief yang terdapat di Candi Borobudur ataupun Candi Prambanan. Namun, istilah “djamoe” sendiri baru tertulis sejak abad 15 atau 16 M dan dapat ditemukan jamu yang terurai secara lebih lengkap dan menyeluruh pada tulisan serat Kanjeng Gusti Adipati Anom Mangkunegoro III yang dituliskan tahun 1810-1823. Pada tahun 1850, sebuah tulisan berisikan ribuan ramuan jamu dituliskan oleh R. Atmasupana II. Namun, jamu ini tidak hanya dianggap obat oleh masyarakat Indonesia saja, lho. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa penjajahan, Belanda pertama kali datang ke Nusantara dengan tujuan untuk mencari rempah-rempah. Sebuah buku yang dituliskan oleh dr. Carl Weitz berjudul “Practical Observations on a Number of Javanese Medications” yang diterbitkan di tahun 1829 menuliskan bahwa tanaman herbal/jamu Indonesia dapat menggantikan obat-obatan yang digunakan di Eropa.

Gambar 1. Jamu (Indria, 2020)

            Sejatinya, jamu diciptakan untuk menghasilkan racikan minuman herbal yang dapat mengatasi suatu permasalahan tertentu. Ketika badan terasa tidak nyaman atau “masuk angin” pilihan jamu yang tepat adalah jamu jahe ataupun jamu beras kencur. Selain untuk mengatasi permasalahan tertentu, jamu digunakan sebagai suplemen tambahan alami untuk mencegah suatu penyakit. Jamu dipercaya mampu meningkatkan imunitas tubuh, anti inflamasi, antioksidan, melancarkan pencernaan, dan membantu proses metabolisme tubuh (Kusumo, et al., 2020). Sehingga, jamu sangat cocok dikonsumsi ketika di masa-masa pandemi seperti sekarang ini.

Pada dasarnya bahan baku jamu tergantung dari jamu yang dibuat. Setiap jamu memiliki bahan baku yang berbeda-beda. Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat beberapa variasi bahan yang digunakan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur. Selain itu, jamu cabe puyang memiliki bahan dasar berupa cabe jawa dan rimpang lempuyang. Tambahan bahan baku lain dalam jamu cabe puyang sangat bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Bahan lain yang ditambahkan antara lain adas, pulosari, rimpang kunir, biji kedawung, keningar dan asam kawak. Jamu Kudu Laos memiliki bahan baku buah mengkudu, rimpang laos, Merica, asam kawak, cabe jamu, bawang putih, kedawung, garam secukupnya, gula jawa bisa juga ditambah gula pasir. Dan terakhir ada Jamu Kunyit dengan bahan baku berupa buah asam ditambah kunir/kunyit. Pada intinya bahan baku jamu bergantung dari jamu yang ingin dibuat dan kebanyakan dibuat dengan menggunakan rempah yang ada di Indonesia (Astuti, 2020)..

Jamu sebenarnya merupakan minuman yang sangat kaya akan nutrisi. Setiap jenis jamu memiliki kandungan nutrisi yang berbeda.  Sebagai contohnya adalah jamu kunyit dan jamu temulawak. Di dalam 100 gram kunyit memiliki sangat banyak nutrisi seperti 168 miligram kalsium, 10 gram protein, 299 miligram fosfor, 208 miligram magnesium, 2 gram kalium, 55 miligram zat besi, dan 1 miligram vitamin C. Disamping itu, jamu kunyit juga mengandung senyawa yang memiliki sifat antimikroba, antioksidan, dan antiinflamasi yang sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh. Jamu temulawak juga tidak kalah banyak mengandung nutrisi. Di dalam 100 gram temulawak mengandung 0,8% serat; 1,52% protein; 79,96% karbohidrat; 19,07 mg kalsium; 11,45 kalium; 15 mg kurkumin; dan 1,35% lemak. Selain kandungan nutrisi tersebut temulawak juga mengandung borneol, turmenol, dan phellandren yang memiliki manfaat untuk mengeluarkan racun melalui urin, membantu menyehatkan tubuh, dan membantu melancarkan metabolisme tubuh.

Proses pembuatan jamu terbagi menjadi dua yaitu jamu tradisional dan jamu modern. Jamu tradisional umumnya dibuat dengan cara menumbuk bahan-bahan di dalam lesung atau menggunakan pipisan. Setelah bahan halus, lalu tambahkan air matang secukupnya agar lebih mudah diekstrak dan diperas. Selanjutnya air hasil saringan tersebut dapat langsung diminum. Jika bumbu harus direbus terlebih dahulu, maka bahan yang sudah dicuci ditambahkan ke dalam air dalam panci dan direbus sampai mendidih. Perebusan dilakukan hingga air rebusan tersisa setengahnya. Air rebusan didinginkan, disaring dan siap diminum. Jika bahannya harus ditumbuk, maka harus dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian semua bahan ditumbuk dan dicampur lalu diayak. Bubuk yang dihasilkan kemudian diseduh dengan air matang secukupnya dan siap diminum. Sedangkan pembuatan jamu modern umumnya meliputi beberapa tahapan, antara lain penyiapan bahan baku, peracikan, dan pengemasan.

Saat ini di Indonesia, jamu sudah digunakan oleh masyarakat melebihi 50% yang berarti bahwa setengah dari penduduk atau masyarakat Indonesia mengkonsumsi jamu. Sebanyak 49.53% masyarakat, percaya bahwa penggunaan jamu memang baik dan bermanfaat bagi kesehatan serta dipercaya mampu untuk mengobati beberapa penyakit tertentu. Dari 50% lebih masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi jamu, sebanyak 95.6% merasakan manfaat dengan mengkonsumsi jamu. Pengkonsumsian jamu ini dengan berbagai bentuk, sebanyak 55,3% masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi jamu mengonsumsi dalam bentuk cairan seperti minuman (infusum/decoct) dan sisanya sebanyak 44.7% mengkonsumsi jamu dalam bentuk serbuk, rajangan (cacah halus) serta pil/kapsul/tablet. Hal ini menjadi hasil yang baik bagi Indonesia dalam memanfaatkan rempah-rempah yang ada sebagai obat tradisional. Apabila dilihat dari jumlah masyarakat yang mengkonsumsi jamu berarti respon masyarakat terhadap produk jamu menjadi baik dan tentunya harapan dari masyarakat untuk berkembangnya inovasi produk jamu ini harus difokuskan. Terlebih lagi image dari jamu itu sendiri yang meninggalkan kesan tidak enak saat konsumsi karena rasa rempah-rempah yang begitu kaya yang mungkin untuk sebagian orang tidak terlalu menyukai cita rasa seperti yang ada pada jamu. Meskipun respon masyarakat terhadap jamu baik, ternyata belum semua dokter di Indonesia bisa menerima pengobatan jamu yang dikarenakan tidak adanya bukti ilmiah mengenai jamu sebagai obat alternatif tradisional. Terlebih lagi ternyata bidang kajian pengobatan tradisional, alternatif dan komplementer pada kepengurusan Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menghilang. Banyak anggota pengurus yang masih menentang dan mempertanyakan bukti ilmiah mengenai jamu karena ternyata tidak sedikit masyarakat Indonesia setelah mengkonsumsi jamu mengalami perforasi lambung hingga gagal ginjal, lho. Untuk penerimaan jamu di tengah-tengah masyarakat sangat baik, banyak masyarakat yang memang puas setelah mengkonsumsi jamu dan menjadikan jamu sebagai pilihan alternatif untuk pengobatan dan manfaat lainnya. Kalau kalian bagaimana, nih ? Ada di tim percaya jamu bermanfaat, tidak percaya dengan manfaat jamu atau jadi bingung ?

Meskipun jamu merupakan minuman tradisional, kini banyak sekali inovasi produk jamu yang cocok untuk kawula muda. Dengan manfaatnya yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap virus dan ancaman lainnya membuat permintaan jamu meningkat.Jejamu merupakan salah satu inovasi produk jamu modern yang ada di Indonesia. Produk tersebut terjual seharga Rp. 25,000.00 sebanyak 300 mL dan Rp 30,000.00 sebanyak 500 mL. Dengan teknologi yang berkembang, saat ini inovasi terhadap pembuatan jamu menjadi sari atau bubuk jamu sedang dilakukan oleh penelitian. Adanya sari jamu yang siap diseduh dan diminum dengan meningkatnya umur simpan produk jamu, akan lebih membuat tingkat keminatan konsumen terhadap produk jamu. Menarik bukan inovasi produk dari tanah air kami? Oleh karena itu, yuk simak berita jamu terkini, supaya ilmu terbaru mengenai jamu dapat kalian ketahui!

Referensi:

  1. Agustin, S. (2021). 8 Manfaat Kunyit Untuk Kesehatan Tubuh. URL: https://www.alodokter.com/kebenaran-manfaat-kunyit-ditinjau-dari-segi-medis. DIakses pada tanggal: 26 Oktober 2021.
  2. Andrianti & Wahjudi, R. M. T. (2016). Tingkat Penerimaan Penggunaan Jamu sebagai Alternatif Penggunaan Obat Modern pada Masyarakat Ekonomi Rendah-Menengah dan Atas. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 29(3), 133-145.
  3. Astuti, N. P. (2020). 7 Cara Membuat Jamu Tradisional, Mudah dan Menyehatkan. Merdeka: https://www.merdeka.com/jabar/7-cara-membuat-jamu-tradisional-mudah-dan-menyehatkan-kln.html
  4. Handayani, V.V. (2020). Baik Untuk Kesehatan, Apa Kandungan dalam Temulawak?. URL: https://www.halodoc.com/artikel/baik-untuk-kesehatan-apa-kandungan-dalam-temulawak. Diakses pada tanggal: 26 Oktober 2021.
  5. Indria. (2020). Agar Tetap Fit & Mengobati Penyakit dengan Minum 10 Jamu Tradisional Indonesia productnation. URL: 10 Rekomendasi Jamu Terbaik di Indonesia 2021 | ProductNation. Diakses pada tanggal: 25 Oktober 2021.
  6. Kusumo, A. R., Wiyoga, F. Y., Perdana, H. P., Khairunnisa, I., Suhandi, R. I., & Prastika, S. S. (2020). Jamu tradisional Indonesia: Tingkatkan IMUNITAS Tubuh Secara Alami selama pandemi. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public Services), 4(2), 465. https://doi.org/10.20473/jlm.v4i2.2020.465-471
  7. Liputan6.com. (2020). Jejamu, Inovasi Untuk Kaum Milenial. URL: Jejamu, Inovasi Jamu untuk Kaum Milenial – Lifestyle Liputan6.com. Diakses pada tanggal: 25 Oktober 2021.
  8. Prihandarini, R. & Sugiarti, U. (2018). Inovasi Jamu Herbal Berbasis Gulma. Conference on Innovation and Application of Science and Technology. 244-251.
  9. Purwaningsih, E. H. (2013). Jamu, Obat Tradisional Asli Indonesia Pasang Surut Pemanfaatannya di Indonesia. Jamu, Obat Tradisional. 1 (2).