Beras Analog – Bahan Pangan Fungsional

Oleh: Delfina Lidianaprilia (2440076873), Lidwina Ferrendyka (24400441680), dan Zahra Chaerunnisa (2301948782)

Seperti yang kita ketahui, beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, yang mana sumber gizi masyarakat sebagian besar berasal dari beras. Hal ini berdampak kurang baik dikarenakan masyarakat hanya bergantung pada beras saja. Indonesia yang kaya akan sumber pangan lokal non beras, seperti jagung, sorgum, ubi jalar, sagu, dan lainnya, dapat dimanfaatkan sebagai alternatif makanan pokok untuk mendapat kan keragaman sumber gizi, salah satunya produk beras analog. Nah, apasih beras analog itu?

Beras analog merupakan salah satu produk olahan yang berbentuk beras namun terbuat dari bahan non-beras, yang umumnya dihasilkan dengan metode ekstruksi. Beras analog ini berpotensi sebagai perkembangan pangan fungsional apabila ditinjau dari kandungan gizinya. Beras analog ini dapat berasal dari beberapa bahan baku seperti jagung, singkong, kedelai, sorgum, sagu, dan sumber lainnya yang mana memiliki kandungan gizi yang tinggi.

Lalu, apa bedanya beras analog dengan beras pada umumnya?

Beras analog yaitu beras tiruan yang berukuran dan berbentuk seperti beras pada umumnya, namun memiliki kandungan gizi yang lebih maksimal dikarenakan berbahan dasar sumber pangan non-beras yang memiliki gizi yang tinggi. Umumnya, beras didapatkan dari tanaman padi, nah berbeda dengan beras analog yang berbahan dasar sumber pangan lain seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, sorgum, dan lain sebagainya. Selain itu, didasarkan dari bahan baku yang menggunakan bahan non-beras atau sumber pangan lain, kandungan gizi pada beras analog dapat terbilang lebih unggul dibandingkan dengan beras pada umumnya.

Kemudian, bagaimana proses pembuatan beras analog itu?

Umumnya, proses pembuatan beras analog terdiri dari beberapa tahap yaitu persiapan bahan, pencampuran, ekstrusi, dan pengeringan. Untuk saat ini, beras analog dapat diperoleh dengan menggunakan metode granulasi atau ekstrusi. Perbedaan diantara keduanya hanya terletak pada proses gelatinisasi dan tahap pencetakan. Pada metode granulasi dilakukan pencampuran bahan pada suhu 30-80℃, pencetakan adonan menggunakan granulator kemudian dikukus lalu dikeringkan. Sedangkan pada metode ekstrusi merupakan metode yang sangat efektif dalam pembuatan beras analog karena melalui tahap pencampuran bahan dibawah pengaruh pemanasan dengan suhu tinggi yaitu suhu di atas 70℃, kemudian pembentukan adonan, shearing, dan pencetakan beras. Metode ekstrusi menghasilkan beras yang menyerupai beras asli dengan bentuk bulat lonjong.

Dikarenakan beras analog dapat diolah dari bahan non-padi seperti singkong, sagu, jagung, dan umbi – umbian dapat dihasilkan kadar karbohidrat yang hampir sama dengan beras dari padi. Pada artikel ini, digunakan umbi gembili sebagai bahan baku utama untuk membuat beras analog. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas negeri Semarang, umbi gembili memiliki kadar karbohidrat sebesar 66,36% dan kadar protein sebesar 5,53%. Sedangkan kandungan beras putih yang berasal dari padi memiliki kandungan karbohidrat sebesar 79 gram per 100 gram berasnya. Oleh karena itu, umbi gembili dapat dijadikan beras analog karena memiliki kandungan karbohidrat yang hampir sama dengan karbohidrat pada beras yang berasal dari padi. Selain itu, protein berperan penting pula dalam beras analog dikarenakan selain sebagai sumber energi, beras analog juga menjadi sumber protein akibat tingkat konsumsi beras yang tinggi dibandingkan sumber protein lainnya.

Apa saja sih manfaat dari beras analog ini?

Manfaat yang terkandung dalam beras analog lebih banyak dari pada beras pada umumnya. Beras analog sangat bagus untuk dikonsumsi karena di dalam kandungan dari beras analog terdapat manfaat dalam kesehatan yang tinggi. Berikut merupakan manfaat yang terkandung dalam beras analog:

  1. Mencegah gula darah

Hal ini dikarenakan beras analog yang memiliki bahan baku berasal dari umbi-umbian memiliki indeks glikemik yang lebih rendah. Indeks glikemik merupakan sebuah angka yang dapat menunjukkan respon glukosa darah terhadap makanan.

  1. Beras analog dapat menyehatkan para penderita diabetes

Hal ini dikarenakan beras analog memiliki indeks glikemik yang rendah daripada beras pada umumnya, sehingga kadar gula dalam darah dapat meningkat dengan lama, penderita diabetes dapat memakan beras analog seperti memakan beras pada umumnya tanpa mengubah pola konsumsi makanan dan para penderita dapat memiliki kadar gula dalam tubuh yang lebih stabil.

  1. Memperlancar BAB (Buang Air Besar)

Beras analog yang berasal dari umbi-umbian, yang menyebabkan kandungan serat di dalamnya sangat tinggi dan berguna dalam menghambat aktivasi enzim pencernaan dan memperbaiki saluran pencernaan.

Nahhh jadi, beras analog berasal dari bahan non-padi menghasilkan kadar karbohidrat yang hampir sama dengan beras yang berasal padi. Umbi gembili dapat digunakan sebagai bahan baku beras analog karena memiliki kadar karbohidrat sebesar 66,36% dan kadar protein sebesar 5,53%. Dalam proses pembuatan beras analog memerlukan metode granulasi atau ekstrusi. Dengan adanya beras analog yang dapat menggantikan beras biasa pada umumnya, dapat memberikan khasiat atau manfaat yang lebih besar bagi tubuh.

Daftar Pustaka:

  1. Estiasih, T., Putri, W. D. R., & Waziiroh, E. (2017). Umbi – Umbian dan Pengolahannya (Vol. i-xvii). UB Press.
  2. Kurniasari, I., Kusnandar, F., & Budijanto, S. (2019). Karakteristik Fisik Beras Analog Instan Berbasis Tepung Jagung dengan Penambahan k-Karagenan dan Konjak. AGRITECH, 40(1), 64-73.
  3. Noviasari, S., Kusnandar, F., Setiyono, A., & Budijanto, S. (2017, April 1). Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensori Beras Analog Berbasis Bahan Pangan Non Beras. PANGAN, 26(1), 1-12.
  4. Sadek, N. F., Yuliana, N. D., Prangdimurt, E., Priyosoeryanto, B. P., & Budijanto, S. (2016). Potensi Beras Analog sebagai Alternatif Makanan Pokok untuk Mencegah Penyakit Degeneratif. PANGAN, 25(1), 61-70.
  5. Septyaningsih, D., Wirasti, H., Rahmawati, & Prastyo Wibowo, E. A. (2016). Analisis Kandungan Beras Analog Berbahan Dasar Umbi Gembili (Dioscorea esculenta). Prosiding Seminar Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, 363-367.