Yuk Intip Makanan Tradisional Indonesia saat Lebaran!

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan agama. Mayoritas populasi negara Indonesia adalah Muslim, yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbanyak di dunia. Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri adalah suatu momen yang ditunggu tiap tahunnya. Hari raya ini menjadi momen untuk berkumpul, bersilaturrahim, dan saling memaafkan setelah menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan. Namun demikian di tahun ini, pandemi COVID-19 membatasi kegiatan masyarakat yang melibatkan kerumunan. Hal ini menyebabkan berbagai tradisi saat lebaran, seperti mudik, takbiran, halal bi halal, doa massal, ziarah, dan sebagainya untuk dihentikan sementara untuk untuk mencegah penularan wabah COVID-19. Akan tetapi, Lebaran tahun ini masih dapat dirayakan di rumah saja bersama dengan makanan-makanan tradisional yang tidak boleh dilewatkan, yuk kita cek!

 

  1. Ketupat

Ketupat merupakan salah satu makanan khas yang tidak boleh dilewatkan saat Lebaran. Dalam kebudayaan Jawa, ketupat memiliki makna ngaku lepat alias mengaku kesalahan. Bentuk segi empat dari ketupat juga memiliki makna, yaitu kiblat papat lima pancer yang memiliki arti empat arah mata angin dan satu pusat, yaitu arah jalan hidup manusia yang pusatnya adalah Allah SWT. Ketupat terbuat dari bahan baku beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa atau yang disebut dengan janur. Ketupat umumnya disajikan bersamaan dengan lauk lainnya atau makanan bersantan, seperti opor ayam, rendang, atau sayur ketupat. Ketupat dibuat dengan cara merendam beras pulen bersama dengan daun pandan selama 30 menit dan memasukkan beras ke dalam anyaman janur. Ketupat kemudian dimasak dengan air mendidih selama kurang lebih 5 jam.

Gambar 1. Ketupat (Sumber: gettyimages.com)

Tradisi Lebaran Ketupat atau Kupatan diketahui sebagai hasil akulturasi budaya Islam dengan Indonesia yang diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga pada abad ke-15 hingga abad ke-16 dan dilanjutkan oleh Walisongo untuk memasukkan ajaran Islam. Ketupat tidak hanya menjadi makanan tradisi Lebaran bagi masyarakat Jawa atau Sunda saja, tetapi juga menjadi tradisi bagi komunitas muslim di Gorontalo, Solo, Yogyakarta, Minahasa, Bali, dan banyak daerah lainnya.

 

  1. Opor ayam

Gambar 2. Opor Ayam (Sumber: Resepistimewa.com)

Opor ayam merupakan sajian khas lainnya saat Lebaran. Opor ayam merupakan makanan berkuah santan kental dengan bahan baku ayam dengan bumbu-bumbu rempah, seperti lengkuas, daun salam, serai, merica, ketumbar, dan lain-lain. Opor ayam umumnya disajikan sebagai lauk atau makanan pendamping ketupat. Opor ayam menjadi makanan yang disukai karena paduan dari daging ayam yang empuk dengan rasa kuahnya yang sedap dan gurih serta aroma khas santan kelapa yang harum. Namun demikian, perlu diingat bahwa santan mengandung lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (low density lipoprotein) dan kolesterol total dalam darah, sehingga konsumsi makanan opor ini harus dijaga.

 

  1. Rendang

Gambar 3. Rendang (Sumber: Liputan6.com)

Rendang dikenal sebagai salah satu kuliner etnis Indonesia yang paling terkenal di seluruh dunia yang dibuktikan oleh hasil survei yang diadakan oleh CNN Travel pada tahun 2017 dimana rendang memperoleh posisi nomor satu makanan paling lezat di dunia. Rendang merupakan makanan khas Minangkabau, Sumatra Utara yang dibuat dari daging sapi. Kata “Rendang” sendiri berasal dari kata merandang yang berarti memasak dengan memanaskan santan berbumbu dengan bahan tertentu dengan dipanaskan dan diaduk tanpa henti. Rendang menjadi makanan yang tidak asing disajikan pada Hari Raya Idul Fitri bersamaan dengan makanan lainnya, seperti ketupat. Proses memasak rendang yang lama memastikan daging rendang untuk memiliki masa simpan yang lebih lama, disamping meningkatkan rasa dan mutu sensoris lainnya. Rendang dimasak menggunakan bahan baku daging sapi dengan bahan rempah-rempah, seperti santan kelapa, serai, lengkuas, bawang putih, laos, bawang merah, bawang putih, pala, cengkeh, kunyit, jahe, cabai, dan sebagainya yang kemudian dibiarkan selama beberapa waktu. Proses pemasakan yang lama ini menghasilkan daging rendang dengan warna coklat gelap dengan tekstur daging yang empuk dan padat, rasa yang lezat, dan aroma harum khas rendang.

 

Referensi

Arif, M. & Lasantu, M. Y. (2019). Nilai Pendidikan dalam Tradisi Lebaran Ketupat Masyarakat Suku Jawa Tondano di Gorontalo. Madani: Jurnal Pengabdian Ilmiah, 1(2), 144-159.

Gusnita, W. & Fitri, Y. Y. (2019). Standarisasi Resep Rendang Daging di Kabupaten Solok. Jurnal Kapita Selekta Geografi, 2(9), 17-36.

Jati, L. U. (2014). Perbedaan Asupan Lemak, Lingkar Pinggang dan Persentase Lemak Tubuh pada Wanita Dislipidemia dan Non-Dislipidemia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(5), 292-299.

Misbah, M. M. (2019). The Ketupat Eating Tradition on Lebaran Ketupat Day in Java. Advances in Social Science, Education, and Humanities Research, 302(3), 8-11.

Rahayu, Y. S. (2017). Analisis Usaha Pengolahan Santan Kelapa di Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal Agribisnis Unisi, 6(2), 66-77.

Rahman, F. (2020). Tracing the Origins of Rendang and Its Development. Journal of Ethnic Foods, 7(28), 1-11.

Rianti, A., Novenia, A. E., Christopher, A., Lestari, D., & Parassih, E. K. (2018). Ketupat as Traditional Food of Indonesian Culture. Journal of Ethic Foods, 5(1), 4-9.

Utami, I. (2020). Tradisi Ramadhan dan Lebaran di Tengah Covid-19. An-Nizom: Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 131-138.