MSG BIKIN BODOH? MITOS ATAU FAKTA?

Oleh :

Felicita Herya Wijaya (2440026263)

Jihan Dintya Shafira (2440011324)

Rachel Viera Lambert (2440098363)

Rahel Novelia Christianty (2301952413)

Xavier Hendro (2440084401)

Di negara Indonesia tidak asing dengan kalimat “Generasi Micin” dan kalimat tersebut begitu populer di kalangan masyarakat hal ini dikarenakan monosodium glutamat atau yang biasa disebut dengan MSG adalah salah satu bahan yang sering digunakan di industri dan rumah tangga. MSG dapat ditemukan di pasaran dan biasa digunakan untuk penguat rasa masakan (Surya & Suryani, 2013). Kalimat “Generasi Micin” selalu berkaitan dengan anak remaja yang melakukan perbuatan negatif atau perbuatan yang tidak bermoral. Lalu persepsi masyarakat untuk kata “Micin” adalah bahan kimia yang menyebabkan menurunnya kualitas berpikir seseorang atau yang biasa disebut dengan kurang tanggap dan lemot (Kusumdani, Tayo, & Arindawati, 2020). Faktanya, MSG aman dikonsumsi tetapi harus memperhatikan jumlah yang digunakan dan harus membatasi penggunaan pada masakan, hal ini dikarenakan untuk menghindari efek buruk yang mungkin terjadi (Surya & Suryani, 2013). 

Gambar 1. Monosodium Glutamat (https://id.wikipedia.org/wiki/Mononatrium_glutamat)

MSG pertama kali ditemukan pada tahun 1866 oleh ahli kimia asal Jerman. Semenjak saat itu, MSG banyak ditemui pada masakan sebagai bumbu penyedap agar masakan memiliki rasa yang lebih lezat. Zat utama yang terkandung pada MSG merupakan zat yang aman dan tidak membahayakan bagi tubuh, apalagi menyebabkan kebodohan atau penurunan tingkat inteligensi. Pada dasarnya, kita tidak bisa lepas sepenuhnya dari MSG karena banyak makanan yang kita konsumsi sehari-hari mengandung MSG alami, seperti kaldu ayam, daging, jamur, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut dapat menghasilkan zat monosodium glutamat ketika dimasak (Prasetyaningsih, Sari, & Ekawandani, 2018).

Dalam masakan rumah tangga, kandungan MSG yang digunakan harus dibawah 3 gram/hari untuk menghindari efek samping terhadap tubuh. Namun, apabila dikonsumsi berlebih dapat menimbulkan kerusakan dalam sel saraf atau menyebabkan tekanan darah tinggi (Muntaza et al., 2020). Contohnya anak yang mengkonsumsi MSG berlebih dapat membuat sel neuron otak mati, sehingga menyebabkan fungsi otak menurun. Oleh karena itu, anak harus lebih banyak mengonsumsi makanan dari rumah daripada jajanan snack ringan. Asupan harian MSG dibatasi oleh badan-badan kesehatan dunia sebagai Not Specified atau secukupnya (Munasiah, 2020). 

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pernyataan “MSG Bikin Bodoh” merupakan fakta yang salah, karena kalau kita ketahui bahwa komposisi utama dari MSG adalah asam glutamat, dan asam glutamat ini banyak berada di komposisi makanan lainnya, seperti tomat, jamur, kecap, dan keju. Menurut BBC Earth Lab, dikatakan bahwa orang perhari mengkonsumsi asam glutamat 10-20 gram perharinya. Bahkan melalui siklus krebs, manusia memproduksi asam glutamat perhari 50 gram. Dan menurut Food and Drug Administration (semacam BPOM namun milik Amerika) mengatakan bahwa MSG aman untuk dikonsumsi bila tidak berlebihan. Benar, karena segala sesuatu yang berlebihan tidak akan baik. 

Referensi

Kusumdani, A., Tayo, Y., & Arindawati, W. A. (2020). Analisis Makna Mitos Generasi Micin Dalam Iklan Sasa. Jurnal Lontar, Vol. 8, No. 2.

Munasiah, M. (2020). Impact of Giving Monosodium Glutamate on Health. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 2(4), 451-458.

Muntaza, Y., & Adi, A. C. (2020). Hubungan Sumber Informasi dan Pengalaman dengan Tingkat Pengetahuan tentang Penggunaan Monosodium Glutamate (MSG) pada Ibu Rumah Tangga. Amerta Nutrition, 4(1), 72-78.

Prasetyaningsih, Y., Sari, M. W., & Ekawandani, N. (2018). Pembuatan Penyedap Rasa Alami Berbahan Dasar Jamur untuk Aplikasi Makanan Sehat (Batagor). Eksergi, 15(2), 41-47.

Surya, W., & Suryani, D. (2013, September). Pengaruh Promosi Kesehatan Metode Audio Visual dan Metode Buku Saku Terhadap Peningkatan Pengetahuan Penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 7, No. 2.