Food Waste: The Neglected Contributor to Global Warming
Airelia Pranita (2101635675)
Kalian tau ga sih apa itu “Food Waste”?
Food waste atau limbah makanan mengacu pada penurunan kuantitas atau kualitas makanan yang dihasilkan dari keputusan dan tindakan oleh retailer, food service providers, dan konsumen. Beberapa contoh limbah makanan adalah seperti makanan yang dekat dengan atau melebihi tanggal kadaluarsa atau best before sering dibuang oleh retailer atau konsumen; produk pangan yang menyimpang dari apa yang dianggap “optimal” baik dalam bentuk, ukuran ataupun warna; dan juga makanan yang dibuang dari dapur rumah tangga dan tempat makan, seperti makanan yang tidak dimakan karena “kekenyangan” atau garnish yang tidak disentuh dan dibuang. Food waste merupakan kontributor sebagian besar dari sampah organik, seperti kulit buah dan sayuran, tulang ikan, kaki ayam, bahan makanan kadaluwarsa, sisa makan yang belum dimakan, dan banyak lagi lainnya baik yang sudah busuk ataupun yang masih segar.
Menurut FAO pada tahun 2011 diestimasikan bahwa 1/3 dari makanan di dunia merupakan food waste atau food loss dan telah menjadi suatu isu yang mengambil perhatian oleh SDG. Indonesia menjadi kontributor kedua tertinggi dalam food waste dengan angka 300kg makanan yang terbuang per penduduk per tahunnya. Sedangkan di dunia masih banyak orang kelaparan terutama di Indonesia. Pada tahun 2018 tercatat bahwa sekitar 820 juta orang di seluruh dunia kekurangan gizi.
Salah satu alasan mengapa food waste ini merupakan isu besar adalah dampak buruknya terhadap lingkungan. Bukan hanya limbah plastik atau limbah non-degradable lainnya yang menjadi masalah besar terhadap bumi kita, bahkan sampah yang degradeable pun juga dapat berkontribusi. Pada dasarnya yang menjadi masalah bukan lah jenis limbah yang merusak bumi kita tetapi bagaimana cara kita menangani limbah tersebut. Limbah plastik menjadi masalah karena kita tidak dapat mendaur ulang dengan baik atau tidak dapat menghindari pencemaran agar tidak merusak ekosistem laut. Sampah organik pun dapat diolah menjadi sesuatu yang baik dan menguntungkan seperti menjadi kompos, makanan hewan, ataupun biogas. Namun bila sampah organik tidak diolah dengan baik, d ekomposisi anaerobik dari sampah organik dapat menghasilkan gas metana (CH4) yang merupakan salah satu jenis gas rumah kaca atau Green House Gas (GHG) yang dapat mempercepat degradasi lapisan ozon bumi.
Berikut merupakan beberapa cara untuk mengurangi dampak buruk dari limbah makanan:
- Beli makanan secukupnya
Hindarilah impuls membeli atau menyimpan makanan berlebihan sehingga makanan akan habis sebelum busuk dan menjadi limbah. Sebagai alternatif, pemilihan makanan yang telah diolah seperti frozen food, makanan kalengan, fermentasi atau pangan yang telah diawetkan dapat memperpanjang umur simpan pangan.
- Ketahui cara penyimpan makanan perishable yang terbaik
Susunlah isi kulkas dengan baik, letakkan makanan yang lebih mudah busuk (perishable food, seperti buah dan sayur segar) di bagian depan agar menjadi pengingat konstan untuk mengonsumsi pangan tersebut sebelum mengonsumsi bahan pangan yang telah diproses atau diawetkan. Edukasikan diri dengan cara penyimpanan yang optimal untuk setiap jenis pangan, apa suhu yang terbaik untuk menyimpannya, dengan wadah seperti apa, apakah perlu dihindari dari cahaya atau oksigen, dan lainnya.
- Memahami tanggal- tanggal tentang bahan pangan
Sebuah studi yang mengatakan bahwa mayoritas penduduk masih salah persepsi tentang tanggal kadaluarsa, best before, sell by, dan tanggal produksi. Kenalilah perbedaan dari tanggal tanggal yang mengacu pada pembusukan makanan, dan jangan asal dibuang hingga menyebabkan pemborosan. Seperti pada tanggal “best before”, sebenarnya masih aman untuk dikonsumsi hanya saja dari segi sensorik mungkin sudah tidak optimal. Perubahan warna, rasa, tekstur atau bau, dapat mengindikasikan bahwa makanan telah busuk.
- Atur porsi makanan
Makan berlebihan juga merupakan bentuk limbah makanan. Lebih baik untuk memesan atau mengambil makanan sedikit terlebih dahulu, apabila kurang maka barulah ditambah. Jangan mengambil berlebihan dan membuang sisa makanan tersebut, bahkan kalau bisa disimpan sisa pangan tersebut dengan cara penyimpanan yang tepat.
- Donasi makanan
Jika memiliki makanan yang berlebihan dan masih dapat dimakan namun tidak sempat, salah satu solusinya adalah bisa didonasikan kepada orang-orang yang membutuhkan, baik itu kepada organisasi atau langsung memberikannya kepada orang yang membutuhkan.
- Sampah organik harus dipisahkan dari yang non-organik
Pastikan bahwa sampah organik tidak tercampur dengan sampah lainnya agar tidak terjadi pelepaskan gas metana ke udara.
- Kompos sisa makanan
Membuat kompos untuk tanaman dari sisa makanan dapat dilakukan di rumah masing-masing. Sekarang terdapat banyak informasi tentang cara penggunaan sampak organik yang dapat dicari di internet.
sumber: Barilla Center For Food & Nutrition
Daftar Pustaka
Siddiqui, U. (2019, October 17). World Food Day: The fight against food waste. Retrieved November 24, 2019, from AL JAZEERA NEWS: https://www.aljazeera.com/news/2019/10/world-food-day-fight-food-waste-191016120808684.html
Bahraini, A. (2018, October 18). 3 Important Facts About Food Waste That You Need to Know. (PT Wasteforchange Alam Indonesia) Retrieved November 24, 2019, from Waste 4 change: https://waste4change.com/3-important-facts-about-food-waste-that-you-need-to-know/
FAO. (2019). Food Loss and Food Waste. Retrieved November 24, 2019, from The Food and Agriculture Organization of the United Nations: http://www.fao.org/food-loss-and-food-waste/en/
Ducharme, J. (2019, September 3). Food Waste Is a Huge Environmental Problem. Here Are 5 Ways to Reduce Yours. Retrieved November 24, 2019, from TIME: https://time.com/5663306/how-to-reduce-food-waste/
Weni. (2019, March 10). FOOD LOSS AND FOOD WASTE, bedanya apa ya? Retrieved November 24, 2019, from GIFOOD: https://gifood.id/2019/03/10/food-loss-and-food-waste-bedanya-apa-ya/