MAKANAN SAMPAH A.K.A JUNKFOOD
Makanan Sampah a.k.a Junk Food
Laura Florentina
2101641545
Sumber: hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/makan-junk-food-membuat-depresi
Pada abad 21, “junk food” telah mendunia. Junk food sudah tersebar dimana-mana – di toko, restoran, bahkan televisi – dan terlihat sangat menarik. “Junk food” mengacu pada makanan yang menyumbang banyak kalori tapi sedikit nilai gizi. Salah satu masalah dengan “makanan sampah” adalah bahwa makanan tersebut cenderung membuat orang merasa tidak kenyang ketika mereka memakannya – yang dapat menyebabkan makan berlebihan. Masalah lain adalah bahwa junk food cenderung menggantikan makanan lain yang lebih bergizi. Misalnya, ketika orang minum banyak soda, mereka biasanya tidak mendapatkan banyak susu rendah lemak atau minuman sehat lainnya seperti teh hijau atau jus jeruk. Ketika mereka mengemil keripik dan kue, biasanya mereka tidak memakan buah dan sayuran.
Makanan seperti junk food biasanya tidak memiliki zat gizi yang baik dan hanya mengandung lemak yang tinggi akibat proses pemasakannya dengan cara menggoreng pada suhu sangat tinggi. Tentunya, makanan yang seperti itu, tidak mengandung bakteri probiotik yang berguna membantu tubuh untuk mencerna makanan maupun minuman. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa bakteri probiotik dapat meningkatkan hormon serotonin, yaitu hormon ‘bahagia’. Sedangkan kekurangan bakteri probiotik akan menyebabkan orang mengalami stress dan depresi. Penelitian menyebutkan bahwa orang yang memiliki bakteri probiotik dalam tubuhnya, memiliki tingkat stress dan kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang bakteri probiotiknya sedikit.
Penelitian lain membandingkan kelompok yang sering memakan makanan western food seperti junk food dengan kelompok mengonsumsi makanan tradisional dan hasil penelitian itu diketahui bahwa kelompok yang mengonsumsi junk food mengalami tingkat stress 25-35% lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok satunya. Hal ini disebabkan karena makanan tradisional terdiri dari berbagai bahan makanan yang kaya zat gizi, sedangkan western food hanya memiliki kadar lemak yang tinggi.
Mengonsumsi makanan yang mengandung berbagai zat gizi, seperti vitamin mineral, dan antioksidan dapat melindungi otak dan tubuh kita dari berbagai penyakit dan menghindarkan dari stress oksidatif yang menimbulkan radikal bebas yang dapat merusak tubuh. Maka ada baiknya jika dalam memilih makanan, kita mementingkan kandungan makanan yang terdiri dari bahan-bahan yang tinggi nutrisi dan kalori, seperti jus jeruk, burrito kacang, pizza dengan sayuran, dan menghindari minuman manis.
Jika makan di restoran cepat saji, lebih baik memesan salad atau sup daripada kentang goreng, atau daripada memesan roti putih lebih baik memesan roti gandum, atau daripada memesan burger biasa lebih baik memesan burger veggie dan lain sebagainya. Cara ini juga membantu mengurangi asupan kalori yang Anda makan. Carilah produk rendah gula, sirup jagung fruktosa tinggi, biji giling, dan minyak terhidrogenasi parsial. Pilih 100% kerupuk gandum yang dibuat dengan minyak canola, atau camilan di keju dan piring buah.
Batasi menonton TV juga penting untuk diri sendiri dan orang-orang terdekat, banyak acara TV tertentu yang lebih menarik iklan junk food daripada yang lain. Menonton TV dapat diganti dengan menonton DVD atau aktivitas luar ruangan yang lebih bermanfaat.
Sumber :
https://www.webmd.com/diet/features/junk-food-facts#1
https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/makan-junk-food-membuat-depresi/