KEBANYAKAN GULA ATAU KEBANYAKAN GARAM?

Kebanyakan Gula atau Kebanyakan Garam?

Amarsha Darnidita/ 2001547103

(Sumber gambar: http://www.restaurantbusinessonline.com/first-salt-now-sugar-nyc-considers-new-customer-alerts)

                Gula dan garam merupakan dua bumbu dapur yang paling sering digunakan dalam masakan, baik untuk meningkatkan citarasa maupun sebagai bahan pengawet makanan. Bagi manusia, gula berfungsi sebagai sumber karbohidrat sederhana untuk memberikan energi bagi tubuh kita. Sedangkan, garam berfungsi sebagai penjaga keseimbangan cairan tubuh.  Namun, segala sesuatu yang berlebihan tidak akan berdampak baik. Hal tersebut berlaku pula pada pengonsumsian makanan yang manis atau asin, terutama bagi kesehatan tubuh kita. Pada dasarnya, pengonsumsian gula dan garam yang berlebihan memang tidak baik untuk kesehatan. Akan tetapi, diantara resiko keduanya, manakah sebenarnya yang lebih buruk? Kebanyakan gula atau kebanyakan garam?

Para ahli gizi dan tenaga kesehatan meyakini bahwa pengonsumsian garam yang berlebihan dapat memicu risiko terkena tekanan darah tinggi (hipertensi). Hal tersebut disebabkan akibat terjadinya penumpukan atau terjebaknya cairan dalam tubuh terutama di pembuluh darah, ginjal, jantung, serta otak. Mulai dari tekanan darah tinggi, penyakit lain yang lebih serius dapat perlahan muncul, seperti serangan jantung, gagal jantung, dan stroke. Sedangkan, pengonsumsian gula yang berlebihan, baik gula pasir, sirup jagung tinggi fruktosa, gula merah, dan jenis gula lainnya, dapat meningkatkan kadar gula darah dan menyebabkan terciptanya insulin. Dengan meningkatnya produksi insulin, resistensi insulin pun dapat terjadi. Sehingga, tubuh akan menyimpannya menjadi lemak dan memicu risiko diabetes, gagal ginjal, glaukoma, stroke, dan penyakit jantung.

Setelah mengetahui dampak buruk dari kebanyakan gula dan garam, para ahli gizi mengatakan bahwa kebanyakan gula lebih buruk dibandingkan kebanyakan garam. Mengapa demikian? Dampak buruk yang disebabkan dari kebanyakan gula memiliki dampak yang dapat menjalar kemana-mana. Bahkan, pengonsumsian gula yang berlebihan juga berkaitan dengan garam, dimana gula yang berlebihan di dalam tubuh dapat meningkatkan fungsi natrium dalam penahan cairan di ginjal. Hal ini tentu mengarah pada akibat yang sama seperti kebanyakan makan garam, yaitu risiko hipertensi. Meskipun begitu, tubuh tetap membutuhkan gula dan garam dalam batas wajar untuk dapat berfungsi secara maksimal. Konsumsi gula maksimal adalah sekitar 10% dari total asupan kalori harian, sementara garam paling banyak adalah 2300 mg atau satu sendok teh. Selain itu, terdapat pula cara-cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisir asupan garam dan gula harian. Cara-caranya adalah menonjolkan rasa lain dalam masakan dengan menggunakan cabai dan rempah-rempah, memperbanyak asupan buah, sayuran, dan biji-bijian, menghindari makanan kemasan dan makanan kaleng yang mengandung garam dan gula tersembunyi, memasak makanan sendiri agar dapat menakar sebanyak apa gula dan garam yang dimasukan ke dalam masakan serta membaca label yang berisi kandungan makanan sebelum memiliki makanan kemasan.

Sumber:

http://www.foxnews.com/health/2014/12/11/scientists-debate-over-claims-that-sugar-is-worse-than-salt.html

https://womantalk.com/health-fitness/articles/gula-vs-garam-mana-yang-lebih-buruk-bagi-kesehatan-ym47e

Amarsha Darnidita P