PRG
Disya Ayunda Putri
2001609146
Halo Foodies!
PRG adalah singkatan dari Produk Rekayasa Genetika atau lebih dikenal dengan Genetically Modifies Organism (GMO), PRG adalah segala sesuatu yang mengalami rekayasa secara genetic yang bertujuan untuk meningkatkan nilai gunanya. Rekayasa yang dilakukan berupa modifikasi sifat genetic dari organisme tertentu dengan cara menambahkan gen asing pada organisme tersebut. Saat ini ada dua pemahan public dalam menanggapi PRG. Pertama, pihak yang mau menerima PRG. Kedua, pihak yang menolaknya karena menganggap PRG berbahaya dan tidak layak untuk dikonsumsi.
PRG berkembang pesat di berbagai bidang, salah satunya dalam bidang agrikultur. Kini sudah banyak produk-produk pangan yang tanpa kita sadari merupakan PRG, PRG tidak selamanya identik dengan rekayasa genetika yang dilakukan di laboratorium. Persilangan tanaman dan hewan pun merupakan proses menghasilkan PRG, secara alami tentunya. Persilangan melibatkan faktor genetika yang akan diteruskan dari induk ke keturunannya. Hasil persilangan yang baik (Pewarisan gen yang baik) tentunya akan diteruskan dan yang buruk akan disingkirkan sehingga menghasilkan tanaman yang memiliki kualitas baik. Contoh nyatanya adalah tanaman jagung. Jagung yang kita lihat dan konsumsi, dulunya tidak seperti sekarang. Dulu, namanya teosinte dan berukuran kecil. Sekarang jagung yang dikonsumsi berwarna kuning keemasan dan besar bijinya. Karena persilangan secara alami, akhirnya didapatkan jagung yang sekarang. Tetapi persilangan secara alami mengalami waktu yang lama dan belum tentu hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, dikembangkan teknik rekayasa genetika dalam laboratorium untuk menghasilkan organisme yang berkualitas baik memiliki sifat unggul.
Sadar atau tidak, buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan bahan pangan lainnya yang kita temui saat ini hamper seluruhnya adalah PRG. Mengapa demikian? Setiap tanaman tentunya memiliki iklim tertentu untuk tumbuh, Selain itu, tanaman juga harus berhadapan dengan hama, penyakit, dan kondisi lingkungan yang tidak menentu, jika dibiarkan tumbuh secara alami, maka risiko terserang hama dan penyakit serta rusak akibat kondisi lingkungan buruk akan sangat besar, jika dibiarkan, maka produksinya akan turun dan tidak dapat mengimbangi keburuhan pangan masyarakat pangan dunia sehingga dapat terjadi krisis pangan. Rekayasa genetika dapat mengalami masalah tersebut sehingga kualitas pangan dapat terjaga dan produksinya pun meningkat. Oleh karena itu, banyak negara memilih menggunakan metode PRG untuk mengatasi semua hal tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya.
Walaupun begitu, tetap saja ada pihak yang khawatir tentang PRG ini. Salah satunya adalahh kekhawatiran kalau PRG yang dikonsumsi akan menganggu kesehatan mereka sehingga mereka memilih mengonsumsi pangan yang serba organic. Memang benar bahwa jika tidak ada uji coba, standar, dan aturan yang jelas, PRG bisa saja membahayakan karena tidak ada batasan dan regulasi yang benar. Tetapi sebelum PRG dipublikasikan dan dijual ke masyarakat umum
tentunya sudah diuji dengan standar yang cukup tinggi. PRG harus memiliki tingkat keamanan yang sama dengan produk aslinya. Selain itu, PRG tidak boleh mengandung komponen racun atau anti nutrisi yang lebih tinggi dari produk asli. Nilai nutrisinya pun minimal sama dengan produk aslinya. Setiap proses terbentuknya PRG pun dipelajari dengan detail. Karena itu, PRG ini sangatlah dijaga dan dijamin keamanannnya untuk dikonsumsi bahkan dapat dikatakan lebih aman dari produk aslinya.
sumber: https://www.soilassociation.org/blogs/2016/golden-rice-gm-s-false-promises/
Sebenarnya, sudah banyak jasa PRG ini dalam mengatasi krisis nutrisi di dunia. Contohnya adalah produk Golden Rice yang merupakan beras hasil rekaasa genetika dengan kandungan β-karoten dan zat besi yang tinggi. PRG ini bermanfaat untuk mengatasi penyakit kebutuhan pada anak-anak yang kekurangan vitamin A. Selain kandungan asam folat yang tinggi, pisang yang dapat menghasilkan vaksin hepatitis B, tanaman pangan maupun industry yang tahan terhadap hama.
Sumber: