Pentingnya Mengkonsumsi Makanan Berserat Tinggi
By: Rafly Eko Setiawan (2001603520) and Kelvin Prayoga (2001540721)
Pada zaman yang modern seperti sekarang dimana hampir segala hal yang dilakukan oleh manusia bisa dikerjakan oleh teknologi menyebabkan terbentuknya sifat yang ingin segala sesuatu harus instan atau secara cepat dapat dilakukan. Hal ini juga berdampak pada bidang pangan dimana jumlah restoran-restoran cepat saji seperti yang ada di Indonesia banyak berkembang dan bercabang di kota-kota besar seperti Jakarta yang menyajikan makanan-makanan secara cepat serta memiliki citra rasa yang enak.
Makanan cepat saji telah diakui oleh banyak orang terutama bagi orang yang bekerja di kantor menjadi alternatif sebagai menu utama untuk makan siang dan bahkan makan malam bagi orang-orang atau ibu rumah tangga jika mereka sedang malas untuk memasak. Sebenarnya hal tersebut sah-sah saja dilakukan, namun yang menjadi masalahnya adalah kurangnya asupan serat alami yang banyak terkandung didalam buah-buahan maupun sayur-sayuran yang mana hal ini sering menyebabkan masalah-masalah umum yang sebenarnya dapat dihindari seperti obesitas dan penyakit lainnya serta masalah-masalah baru dalam dunia medis.
Selain masalah tersebut, muncul lagi masalah-masalah lainnya seperti anak-anak yang tidak suka makan sayur maupun buah dan lebih memilih makanan yang digoreng seperti kentang goreng, onion ring, ayam kentucky, dan makanan cepat saji lainnya yang dapat menyebabkan obesitas dini maupun peningkatan kolestrol dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan penyakit-penyakit berbahaya yang berujung dengan kematian.
Sebagian orang tua sebenarnya bukan tidak tahu akan hal tersebut, mereka sudah tahu akan bahaya makanan cepat saji dengan kandungan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan anak kecil yang membutuhkan nutrisi yang banyak untuk pertumbuhan dan perkembangannya, tetapi mereka kurang berperan aktif dalam mengenalkan anak-anak mereka terhadap betapa hebatnya ataupun luar biasanya manfaat dari buah dan sayur karena kecenderungan anak-anak untuk memilih sesuatu termasuk makanan yang menurut mereka enak tanpa mempedulikan akan dampaknya kelak sehingga hal ini akan berkelanjutan hingga mereka dewasa yang dapat menimbulkan masalah psikologis seperti dalam beberapa kasus menyebabkan adanya orang yang takut atau phobia terhadap buah atau sayur maupun keduanya.
Sebelum masuk dalam pembahasan manfaat dan masalah yang ditimbulkan oleh makanan yang mengandung serat, akan dibahas sebenarnya apa yang dimaksud dengan makanan berserat? Makanan berserat adalah makanan yang mengandung serat alami dimana serat ini tidak dapat diolah oleh tubuh atau dicerna tubuh sehingga serat makanan tidak akan menghasilkan energi bagi tubuh. Meskipun begitu bukan berarti serat tidak berguna bagi tubuh kita melainkan memiliki tugas penting untuk membantu proses metabolisme didalam tubuh seperti proses penyerapan air dan lemak dalam sistem pencernaan terutama pada usus besar.
Kemampuan dari serat pada makanan yang dapat menyerap air dan lemak memiliki banyak keuntungan seperti dapat merangsang dan mempercepat aktivitas usus secara normal dalam proses defukasi atau pengeluaran kotoran sehingga melancarkan proses pencernaan dan kesehatan usus menjadi terjaga sehingga terhindar dari berbagai penyakit seperti kanker usus. Makanan berserat juga dapat menyerap lemak seperti kolestrol pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang telah diketahui kolestrol merupakan akar dari berbagai masalah pada bagian kardiovaskular seperti jantung dan pembuluh darah sehingga jika kita mengosumsi makanan berserat tinggi maka dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan stroke.
Bagaimana pola makan yang benar yang diimbangi dengan konsumsi serat yang benar? Dalam beberapa kasus, konsumsi serat berbeda-beda pada setiap orang bergantung pada sistem metabolismenya dan aktivitas sehari-hari. Pada hal ini disarankan untuk mengosumsi serat untuk perempuan dewasa setidaknya 21-25 gram serat per hari, sementara pria dewasa disarankan mengosumsi serat setidaknya 30-38 gram serat per hari, dan untuk remaja laki-laki maupun perempuan setidaknya membutuhkan serat 15 gram per hari. Untuk memenuhi kebutuhan serat harian, dalam beberapa penelitian kita dapat mengosumsi 5 porsi buah dan sayur dalam memenuhi kebutuhan serat harian, namun akan lebih baik jika kita dapat mengetahui kandungan serat yang terkandung dalam buah dan sayur sehingga kita dapat membuat variasi dalam mengosumsinya sehingga tidak bosan atau jenuh. Berikut adalah kadungan serat pada buah-buahan dan sayur-sayuran.
Kebanyakan orang akan khawatir akan porsi makanan yang banyak untuk memenuhi kebutuhan serat sehari-hari sehingga kebutuhan serat menjadi tidak tercukupi ditambah dengan kekhawatiran tentang kesegaran bahan pangan seperti buah-buahan dan sayur-sayuran yang tidak segar dan penggunaan pestisida berlebih membuat orang menjadi susah untuk mengosumsi makanan berserat.
Pada jaman sekarang dimana teknologi semakin maju, peran food technologist sangat dibutuhkan dalam menemukan berbagai inovasi produk pangan yang mengandung serat tinggi serta aman untuk dikonsumsi tanpa penambahan zat-zat yang tidak dapat diproses dalam tubuh. Pada jaman sekarang produk-produk ini dapat dijumpai dalam dalam bentuk kemasan kaleng (kacang polong), kemasan kertas (jus rasa aneka buah), dan kemasan plastik (agar-agar) yang mana jenis-jenis produk pangan tersebut tetap mempertahankan kandungan seratnya dan menggunakan pengawet alami sehingga menjadi lebih aman untuk dikonsumi serta adanya surat izin BPOM(untuk Indonesia) sehingga dapat meyakinkan masyarakat akan kelayakan makanan tersebut untuk dikonsumsi.
Source :
Trowell HC (1976). “Definition of dietary fiber and hypotheses that it is a protective factor in certain diseases”. The American Journal of Clinical Nutrition (American Society for Nutrition) 29: 417–427. PMID 773166.
Spiller, Gene; Margo N. Woods, Sherwood L. Gorbach (27 Juni 2001). Influence of fiber on the ecology of the intestinal flora. CRC handbook of dietary fiber in human nutrition (CRC Press). p. 257. ISBN 978-0-8493-2387-4. Diakses tanggal 22 April 2009.
Prosky, L and J.W. De Vries. 1992. Controlling Dietary Fiber in Food Product. New York: VanNostrand Reinhold.
Asp, N. G.; L. Prosky, L. Furda; J. W. De Vries, T. F. Schweizer; B. F. Harland. 1984. Determination of Total Dietary Fiber in Foods and Food Products and Total Diets :Interlaboratory study. J.A.O.A.C. 67 : 1044-1053
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
Lehninger, A. L. 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.