Interior Between The Screen: Most Iconic Interior Design in The Film

Oleh:

Welcoming Party Team

 

Elemen interior tidak pernah lepas dari sekeliling kita. Majalah yang kita baca, buku yang kita lihat atau bahkan film yang kita tonton semuanya pasti berhubungan dengan elemen interior. Sebagai interior enthusiasm pasti kita seringkali sengaja mengamati interior dari tiap -tiap tempat yang kita  kunjungi. Misalnya, saat kita nongkrong di  café, mengerjakan tugas di perpustakaan, makan di restaurant bersama keluarga, bahkan saat kita sedang menonton film.

Pada kesempatan kali ini kita bakal membahas mengenai interior iconic yang ada pada film-film yang biasanya kita tonton. Ternyata pada film yang kita tonton banyak sekali keunikan  yang tidak sengaja tertampilkan lho! Pengaturan interior sangat penting mendukung jalannya sebuah film baik film asli maupun animasi. Pengaturan interior penting untuk membangun suasana dan kesan yang akan di tampilkan, sehingga penonton dapat terbawa jauh kedalam film yang sedang ditontonnya.

 

Berikut adalah interior design iconic yang ada pada film yang sering kita tonton:

  1. HOWL’S MOVING CASTLE (2004)

Director: Hayao Miyazaki

Production company: Studio Ghibli

Gambar 1 dan 2. Tampilan interior yang bergaya abad pertengahan dari film Howl’s Moving Castle.

Kalian pasti tidak asing kan dengan film animasi dari studio Ghibli yang satu in kan?

Howl’s Moving Castle adalah salah satu film animasi classic Garapan studio Ghibli yang kepopulerannya masih dapat kita rasakan sampai saat ini. Howl’s Moving Castle popular dengan cerita dan setting filmnya yang sangat cantik dan menarik sehingga tetap terbekas dihati para penontonnya. Penonton seolah-olah ditarik ke dalam dunia fantasi dan dibiarkan hidup dengan karakter-karakter yang ada didalamnya.

Setting latar dan interior yang pada Howl’s Moving Castle menjadi salah satu point menarik yang ada di dalam film. Dapat dilihat bahwa Howl’s Moving Castle mengambil latar setting antara abad pertengahan yang digabungkan dengan dunia fantasi buatan Dianna Wynne Jones sendiri.

Salah satu setting paling iconic adalah setting dari Kastil milik Howl yang khas abad pertengahan dengan interior Cluttercore dengan aksen interior bercorak floral yang berwarna-warni dan kontras. Dapat kita lihat bahwa material dominan yang di tunjukan pada kastil milik Howls adalah material dominan kayu membuat kesan klasik kuno yang sangat khas.

Selain pada kastil howl, salah satu tempat yang memiliki setting interior paling iconic lainnya adalah toko topi tempat dimana sophie bekerja. Interior toko lebih kental lagi dengan nuansa Cluttercore apabila dibandingkan dengan kastil howls. Kita dapat melihat corak floral dan berbagai warna kontras yang menghiasi tiap sudut dari toko tersebut. Selain itu nuansa Cottagecore juga dapat terlihat pada bagian rumah di desa tempat sophie dan howl sempat singgah, ditambah dengan ciri khas bunga berwarna-warni dan tumbuhan hijau di setiap sudutnya.

Setting interior seperti ini membuat penonton terasa tersedot ke dalam film, merasakan keindahan dan perasaan bak berada di alam mimpi tiap kali menontonya.

 

2. PRIDE AND PREJUDICE (2005)

Director: Joe Wright

Production Designer: Sarah Greenwood

Set Decorator: Katie Spencer

Gambar 3 dan 4. Interior ruangan dari film Pride and Prejudice yang memiliki latar abad ke-18.

Siapa sih yang nggak tahu Pride and Prejudice? Kayaknya semua orang at least pernah mendengar tentang film yang satu ini. Mengisahkan kisah romansa antara Elizabeth Bennet dengan Mr. Fitzwilliam Darcy dengan latar belakang abad ke-18 serta lika-liku isu permasalahan sosial yang menggerayapi kehidupan mereka pada saat itu. Pride and Prejudice terkenal dengan setting tempat serta jalan cerita mereka yang sangat indah dan dreamly.

Pada film Pride and Prejudice kita dapat melihat latar rumah keluarga Bennet yang bernuansa classic dengan pemilihan warna-warna soft pastel. Serta perabotan kayu yang kental dengan ukiran di dalamnya. Banyaknya karya seni seperti lukisan serta vas dan guci membuat kesan mewah bagi mansion keluarga bannet. Perpaduan antara ukiran, wall panel berwarna soft blue, keramik ukiran serta pola floral dan geometris pada beberapa material fabrics di dalam ruang mansion Bennet menciptakan harmoni romantis tersendiri bagi siapapun yang melihatnya.

Semua perpaduan tersebut menciptakan  perasaan senang, excited, dramatis dan romantis yang sejalan dengan tema dan alur cerita pada film Pride and Prejudicenya itu sendiri. Segala setting latar dari film tersebut menjadi alasan terkuat kenapa film pride and prejudice sampai saat ini masih diminati oleh banyak orang, bahkan ada beberapa fans yang menciptakan istilah ‘Pride and Prejudice aesthetic’ khusus untuk hal-hal yang berhubungan dengan film ini lho.

 

3. CALL ME BY YOUR NAME (2017)

Director: Luca Guadagnino

Production Designer: Samuel Deshors

Set Decorator: Sandro Piccarozzi

Gambar 5 dan 6. Interior rumah Elio yang memiliki desain dengan latar tahun 1983.

Call Me By Your Name adalah sebuah film tentang seorang remaja Bernama Elio yang sedang beranjak dewasa. Film ini berlatar belakang di sebuah desa Bernama Crema di Italia tahun 1983. Sebagian besar film ini berlangsung di kediaman keluarga Elio yang merupakan sebuah villa tua dengan karakter desain Italia yang sangat khas. Karena film ini berlatar di tahin 1983, dapat ditemukan banyak referensi waktu tersebut dalam dekorasi-dekorasi di sekitar rumah

Villa yang terlihat dalam film di desain untuk terlihat tua sekaligus terawat, sehingga terasa sangat nyaman dan hangat. Atmosfer ini didapat dengan mengisi ruangan dengan furniture tua yang warnanya sedikit pudar atau bahkan terlihat sedikit rusak sekaligus untuk menunjukkan usia villa tersebut.

Seluruh furniture dan dekorasi dalam villa ini digunakan untuk mencerminkan keluarga Elio yang sangat intelektual dan mengapresiasikan seni, musik, dan sejarah. Keluarga ini merupakan keluarga yang sangat internasional dan ‘open minded’, sifat ini dapat dilihat dari objek dan dekorasi dari berbagai budaya dari periode waktu yang beragam. Warna tembok di sebgian besar villa berwarna beige ke kuning kuningan yang diambil dari sebuah peta tua di foyer rumah dan warna tersebut terasa sangat cocok untuk mengekspresikan usia villa tersebut dan juga sejarah keluarga yang penuh karakter ini.

Seperti rumah pada umumnya, tidak semua benda cocok atau setema, dan tidak semua hal perlu dijadikan setema. Semua objek yang ada di dalam villa ini menceritakan masing masing karakter yang memiliki kepribadian berbeda. Perbedaan tersebut kemudian didesain untuk membentuk sebuah keseimbangan dan harmoni yang jika dilihat akan terlihat cocok dan pantas untuk berada disana walau merupakan kumpulan benda benda yang berbeda.

 

4. THE GRAND BUDAPEST HOTEL

Director: Wes Anderson

Production Designer: Adam Stockhausen, Anna Pinnock

Gambar 7 dan 8. Interior dari dua periode yang berbeda pada area lobby utama hotel di film The Grand Budapest.

Film ini berlatar belakang di sebuah hotel megah di Budapest dari dua periode waktu yang berbeda, yaitu tahun 1930-an dan 1960-an. Kedua perbedaan waktu tersebut diindikasikan oleh perbedaan warna, atmosfer, dan juga perubahan kostum. Dari dua periode tersebut, kita dapat melihat perbedaan drastis dari The Grand Budapest Hotel ini. Di tahun 1960, hotel tersebut terlihat sangat membosankan, tua, monoton, dan tidak menarik sama sekali dengan perpaduan warna kuning dan hijau. Kemudian kita dibawa kembali ke zaman keemasan hotel tersebut yaitu di tahun 1930, dimana hotel tersebut terlihat sungguh megah dengan gemerlap lampu gantung berwarna merah yang sangat mencolok dan penuh kehidupan.

Salah satu ciri khas hotel ini adalah ruang-ruang yang luas dengan plafon yang tinggi, tangga megah di tengah tengah hotel dan juga kesimetrisannya. Di tahun 1930, ruang tersebut dimaksimalkan dengan menggunakan karpet merah bermotif, sehingga ruangan besar tersebut terlihat lebih terisi dan ramai. Dinding, terutama pada lobby utama terlihat terbuat atau dilaposi oleh marmer yang membuat hotel tersebut sungguh megah.

Berbeda dengan kondisi hotel di tahun 1960, dimana interior ruangan seluruh hotel berubah 180 derajat. Hotel tidak lagi terlihat megah dan justru terlihat membosankan. Warna merah yang mencolok diganti dengan warna kuning jagung dan hijau lumut dengan unsur unsur kayu coklat. Perubahan warna membuat hotel yang dulunya megah dan megah terlihat sangat membosankan dan tidak lagi vibrant.