Chinese Myth Story: 嫦娥奔月

Pada dahulu kala, di langit terdapat 10 matahari yang menyebabkan banyak penderitaan bagi manusia di bumi. Kemudian, terdapat seorang lelaki pemuda yang Bernama Hou Yi (后羿) yang berhasil menghentikan penderitaan masyarakat dengan memanah 9 matahari. Namun, ternyata hal yang dilakukannya ini malah membuat Dijun (帝俊), ayah dari 10 matahari tersebut marah. Alhasil, Hou Yi pun dihukum bersama istrinya, Chang’e (嫦娥) untuk jatuh ke dunia manusia (bumi) dan tidak boleh Kembali ke dunia langit.

Berbeda dengan Hou Yi yang tidak peduli dengan hal tersebut, Chang’e yang takut menjadi tua dan takut meninggal malah tidak senang akan hukuman tersebut. Setiap hari Chang’e menjadi sedih karena terus memikirkan hal tersebut.

Suatu hari, Chang’e mengetahui bahwa di Pegunungan Kunlun (昆仑山) terdapat Ibu dewa dari Barat (西王母) atau yang biasa dikenal sebagai 王母娘娘, memiliki sebuah obat yang dapat membuat orang tidak akan tua ataupun mati. Mengetahui hal tersebut, Chang’e pun memberitahu Hou Yi hal tersebut dan memintanya untuk mendapatkan obat tersebut. Namun, ternyata perjalanan untuk mendapatkan obat tersebut bukanlah hal yang mudah. Ada banyak rintangan sulit yang perlu dilalui, tetapi Hou Yi berhasil melewati itu semua dan mendapatkan dua butir dari obat tersebut.

Segera setelah mendapatkan obat tersebut, Hou Yi pun membawanya pulang dan menunjukkannya pada Chang’e. Hou Yi memberitahu Chang’e bahwa dia mendapatkan dua butir obat tersebut, 1 butir untuk 1 orang, dengan begitu mereka berdua akan dapat untuk hidup bersama untuk selamanya. Dan jika satu orang memakan dua butir, orang itu akan dapat kembali ke dunia langit. Hou Yi menganjurkan Chang’e untuk menyimpan obat tersebut hingga 15 agustus, ketika malam menunjukkan bulan bulat penuh, mereka akan memakan obat tersebut bersama.

Selama beberapa hari itu, Chang’e terjerumus dalam pikirannya, dia bingung, karena ia ingin kembali lagi ke dunia langit, namun ia juga tak rela untuk meninggalkan Hou Yi sendirian di bumi. Hingga akhirnya, pada tanggal 15 agustus, ketika malam sudah mulai menunjukkan bulan yang begitu bulat dan terang. Saat itu, Hou Yi masih belum pulang, Chang’e yang berada sendirian di rumah, melihat bulan penuh yang terang pun, mengikuti perintah untuk memakan seluruh obat tersebut.

Dengan cepat, Chang’e pun mulai melayang ke atas dan menuju ke langit atas. Ketika sudah hampir mencapai tujuan, Chang’e mulai khawatir kalau dewa-dewa di langit akan menyalahkan dirinya yang sudah bersikap egois meninggalkan Hou Yi sendiri di bumi. Karena cemas, dia pun terbang ke arah Istana Bulan yang terlihat lebih sepi dan dingin. Di sana, hanya terdapat seekor kelinci putih yang terus memegang alu kayu dan membuat obat.

Setelah tinggal beberapa hari di sana, Chang’e pun menyesal karena ia sekarang hanya tinggal seorang diri, merasa kesepian, setiap hari dia rindu Hou Yi, selalu teringat sebesar cinta Hou Yi kepada dirinya, serta mengingat kehidupannya di bumi bersama Hou Yi yang terasa lebih bahagia.