Chinese Myth Story: 后羿射日

Pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah pohon yang sangat besar, tinggi dan tebal, pohon ini di beri nama sebagai Fu Sang (扶桑). Pohon FuSang adalah rumah bagi sepuluh buah matahari kala itu. Ke sepuluh matahari ini memiliki hubungan kakak-beradik. Mereka biasanya akan berganti giliran untuk pergi menyinari bumi.

Biasanya, pada pagi hari setelah mendengar suara ayam berkokok, Ibu dari para matahari ini akan menjemput mereka dengan menaiki kereta emas yang dibawa oleh enam ekor naga dan akan menemani sang matahari di langit untuk menyinari dunia. Ketika sudah malam, Ibu dari matahari akan membawanya kembali ke pohon Fu Sang.

Setelah melewati berapa ribu puluhan tahun kemudian, suatu hari di malam yang sepi, para saudara matahari sedang mengobrol dengan ramai. Salah satu matahari berkata: “Hey, ku sudah berapa hari ini tidak meninggalkan pohon ini. Aku ingin pergi juga! Bosan sekali disini…”. Salah satu matahari lainnya pun ikut menyahut: “Iya, aku juga, 10 hari sekali baru bisa pergi ke langit bagiku itu sangatlah lama, apalagi harus ditemani ibu terus, padahal kita sudah sebesar ini”. Salah satu dari mereka pun membalas: “Aku ada ide, bagaimana jika besok pagi sebelum ibu datang, kita langsung terbang saja meninggalkan pohon ini dan pergi ke langit?”. Mendengar ide ini, para matahari yang lainnya pun menyetujuinya.

Keesokan harinya, mereka pun terbang ke langit sebelum ayam berkokok. Akibatnya, pada hari itu langitnya menjadi begitu terang hingga orang-orang tidak dapat membuka matanya, tanahnya pun menjadi begitu panas sampai orang-orang tak tahan untuk menginjak tanah. Tidak lama kemudian, air di sungai pun menjadi kering semua, para tanaman di tanah pun terbakar semua. Tidak hanya itu, terdapat pula banyak orang yang tidak dapat berdiri karena terlalu panas dan pingsan. Jika sepuluh matahari ini terus berteduh di langit sepanjang hari, bisa-bisa satu dunia ini akan hancur.

Hal ini pun kemudian diketahui oleh ayah dari para matahari, Dijun (帝俊). Dia sangat marah hingga akhirnya dia pun mengutus Hou Yi (后羿) untuk memberi mereka pelajaran. Melihat para warga yang menderita, Hou Yi pun memanah dan menembakkan panah nya ke salah satu matahari hingga terjatuh. Hal ini membuat matahari yang lain menjadi panik dan mulai berterbangan di langit. Hou Yi tetap lanjut memanah para matahari itu hingga tersisa menjadi sebuah matahari.

Ketika ia bersiap untuk memanah matahari yang terakhir, tiba-tiba seorang warga menghentikannya untuk memanah matahari yang terakhir karena jika satu-satunya matahari itu dijatuhkan pula, maka para warga tidak akan bisa melanjutkan hidupnya di tengah kegelapan yang berkepanjangan. Mendengar penjelasan warga, Hou Yi pun hanya memanah jatuh 9 matahari dan menyisakan sebuah matahari bagi para masyarakat.