Modal Inspiratif Achmad Zaky, CEO dari Bukalapak
Kamu pasti tahu siapa CEO Bukalapak, ya, dia adalah Achmad Zaky. Seperti yang diberitakan menjelang akhir tahun 2017 ini, bahwa Bukalapak baru saja mendapatkan gelar Unicorn dengan valuasi Bukalapak mencapai US$ 1 Milliar atau sekitar Rp13,5 Triliun. Tapi apakah kamu tahu bagaimana seorang lulusan ITB ini jatuh bangun saat mendirikan Bukalapak, hingga pernah ditanyakan oleh kedua orang tuanya dimana sebenarnya ia bekerja? Nah, pada kesempatan kali ini, FILE akan membahas bagaimana sih ia meraih kesuksesannya dengan modal inspiratif Achmad Zaky, sang CEO Bukalapak.
1. Pendidikan
Achmad Zaky lahir pada 24 Agustus 1986 dan besar di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Ia mengaku bahwa ia bukanlah yang terpintar disana, tetapi ia merasa beruntung karena kedua orang tuanya yang merupakan guru SMP di sekitar rumahnya masih memikirkan bagaimana ia harus menempuh pendidikan. Pada akhirnya, Achmad Zaky berhasil masuk ke Institut Teknologi Bandung atau yang biasa disebut ITB.
Meski SMA dulu ia pernah mengikuti Olimpiade Sains Komputer se-nasional dan menang di ajang tersebut, tetap saja mulanya Achmad Zaky merasa minder saat masuk ITB. Karena ia tahu bahwa mahasiswa ITB kebanyakan pintar-pintar, apalagi dengan dirinya sebagai mahasiswa daerah dengan bahasa Inggris yang pas-pasan. Bahkan pada saat tes TOEFL se-ITB ia mendapatkan peringkat ke-3 dari yang terbawah. Walaupun begitu, ia tidak berhenti sampai situ. Ia tetap menempuh itu semua hingga pada semester 1 ia meraih IPK 4, yakni semua mata kuliah ia raih mendapatkan predikat A.
2. Teman
Keberuntungan yang ia raih lagi saat masuk di perguruan tinggi ITB yaitu mendapat teman-teman yang lebih pintar darinya. Salah satunya adalah Fajrin Rasyid – yang tidak pernah mendapat nilai selain A.
Seminggu sebelum ujian, Achmad Zaky pergi ke kosan-nya untuk belajar. Saat H-1 ia merasa siap jika ditanya teman-temannya. Achmad Zaky merasa lebih pintar dengan diajarkan temannya. Mereka hanya tidak tahu bahwa sebelumnya ia belajar dari Fajrin Rasyid – ‘mahagurunya’ yang sekarang menjadi CFO dari Bukalapak.
3. Hal Baru
Dari umur 11 tahun Achmad Zaky sudah mengenal komputer dari buku-buku yang diberikan oleh pamannya. Dia selalu senang dengan hal baru. Dengan masuk ke ITB, Achmad Zaky mendapatkan kesempatan untuk melakukan eksplorasi hal-hal baru seperti bergabung dan membentuk organisasi di ITB. Pertama, ia adalah salah satu penggagas berdirinya ShARE Global Student Think-Tank. Dia juga belajar menyelesaikan suatu masalah dengan aktif di Amateur Radio Club (ARC), dan juga sudah mulai berpikiran entrepreneurship selama kuliah hingga mendirikan Technoentrepreneur Club (TEC ITB).
Pada awalnya Achmad Zaky hanya berpikiran untuk lulus dari ITB dan bekerja pada perusahaan bagus serta mendapat gaji yang besar. Tetapi semakin hari cara berpikiran dia berubah, ia mulai berpikir dan mencari role model untuk membangun perusahaannya sendiri. Oleh karena itu sejak di bangku kuliah, ia sudah berkecimpung di dunia startup dengan membangun Suitmedia, jasa konsultan website hingga sekarang.
4. Gol
Setelah lulus, ia kembali ke kota kelahirannya di Sragen. Dia melihat bahwa di kampung kelahirannya itu terdapat banyak UKM dengan penghasilan yang jumlahnya masih sama dengan belasan tahun sebelumnya. Melihat hal itu, Achmad Zaky membuat sebuah gol. Dia akan membantu untuk mengembangkan pasar mereka secara online. Lalu ia memutuskan untuk membentuk Bukalapak.com. Selain harga domain yang murah (hanya 90 ribu), domain ini menggambarkan bagaimana tujuan dan gol yang ingin dicapai.
Kemudian Achmad Zaky mencari partner. Dia bekerja sama dengan teman lamanya, Nugroho Herucahyono yang merupakan teman satu SMA dan jurusan. Nugroho juga dikenal dengan alias Xinuc, dan suka mengotak-atik komputer. Kini temannya tersebut adalah founder sekaligus juga CTO dari Bukalapak. Selama 2 bulan penuh mereka tanpa berhenti siang-malam untuk mengerjakan software yang akan dipakai oleh banyak orang, yakni Bukalapak, di dalam kosan mereka.
Pada Januari 2010, bukalapak.com mulai live dengan hanya 1-2 orang pengunjung per hari. Hal ini dikarenakan saat itu masih lambatnya perkembangan pengguna internet di Indonesia. Akan tetapi hal itu tidak membuat seorang Achmad Zaky menyerah begitu saja. Dia tetap melanjutkan usahanya dengan terjun ke mal-mal, mengedukasi para UKM bahwa mereka bisa memasarkan produknya secara lebih luas lagi menggunakan Bukalapak, dan terus melanjutkan komitmen dan golnya untuk membuat Bukalapak menjaring lebih dari 10 ribu UKM di Indonesia yang ia perjuangkan.
Hingga pada akhirnya di tahun 2012, perkembangan internet dan e-commerce yang melaju pesat membuat Bukalapak menjadi ramai hingga sekarang. Setelah 7 tahun berjalan, Bukalapak mendapatkan gelar Unicornnya.
“Kalau dulu kami kekurangan uang, sekarang kami kebanyakan uang” – kutipan dari Achmad Zaky saat Tech in Asia 2017.
Bagaimana Sobat FILE? Pasti kamu sadar kalau “beruntung” banyak menjadi alasan yang disebutkan oleh Achmad Zaky. Akan tetapi keberuntungannya itu tidak akan membuahkan hasil jika ia tidak memiliki modal untuk berani mengambil kesempatan itu dengan bekerja keras dan percaya dengan apa yang ia ingin capai.
Lalu bagaimana dengan kamu? Apakah kamu mau mengambil kesempatan itu?