Berani Bersuara atau Ikut Diam? Ini Efek Spiral of Silence yang Jarang Disadari!

Pernah nggak sih kamu merasa ragu menyuarakan pendapat karena takut “di-judge”? Atau kamu lebih memilih diam, bahkan ketika kamu merasa ada yang salah karena kamu nggak punya power di kelas?

Kenapa banyak orang memilih diam, bahkan ketika mereka merasa ada yang salah? Misalnya, dalam diskusi kelompok kamu merasa tidak setuju dengan keputusan yang dibuat ketua kelompok. Namun, karena kamu tidak punya posisi penting dalam mengambil keputusan yang besar dalam kelompok, atau kamu bukan orang yang “vokal” dalam kelompok membuat kamu jadi nggak berani untuk menyampaikan itu. Akhirnya kamu memilih diam dan dengan berat hati menjalankan keputusan itu padahal kamu nggak setuju.

Tenang aja, karena kamu nggak sendiri. Situasi kaya gitu bisa disebut sebagai Spiral of Silence. Biasanya orang-orang yang nggak punya power yang besar dalam sebuah kelompok, atau dianggap minoritas akan cenderung diam ketika pandangannya bertentangan dengan opini mayoritas. Kalau kamu pernah berada dalam situasi ini, bisa jadi kamu takut dengan opini mayoritas, dan kamu terjebak dalam Spiral Of Silence. Yuk, kita bedah pengertian dan efek dari Spiral of Silence!

Apa itu Spiral of Silence?

Menurut Elisabeth Noelle-Neumann (1974) Orang cenderung diam jika merasa pendapatnya minoritas karena takut dikucilkan secara sosial. Hal ini berhubungan dengan studi yang mengatakan bahwa manusia akan berusaha menghindari konflik dengan kelompok sosial mereka dan akan lebih memilih untuk mengikuti opini mayoritas, meskipun mereka mungkin memiliki pandangan yang berbeda. 

Kenapa Orang Memilih Tidak Berpendapat?

Ada beberapa asumsi yang mempengaruhi orang berada dalam Spiral of Silence, beberapa di antaranya adalah:

  • Ketakutan Akan Isolasi

Seseorang akan merasa takut diisolasi/ditolak oleh orang lain karena perbedaan pendapat dengan mayoritas.

  • Persepsi terhadap Opini Masyarakat

Rasa takut akan diisolasi menyebabkan seseorang akan menilai apa yang menjadi opini masyarakat. Hal ini sering kali dikaitkan dengan sikap FOMO (Fear of Missing Out). Walaupun memiliki pandangan sendiri, mereka akan menggabungkan dengan opini publik karena FOMO

  • Lingkaran yang Memperkuat

Pandangan mayoritas atau mereka yang punya power dan lebih vokal akan semakin memperkuat dominasi terhadap opini publik. 

Spiral of Silence di Era Media Sosial: Lebih Parah atau Lebih Bebas?

Di era media sosial, orang lebih mudah menyuarakan pendapat, bahkan hanya dalam satu klik semua bisa membacanya. Anehnya, adanya kemudahan ini justru bikin semakin banyak orang yang diam. Kenapa? 

Algoritma dari media sosial akan menyajikan konten yang sesuai dengan apa yang kita sukai. Hasilnya? kita cenderung melihat opini yang sama dengan kita atau hanya terpapar informasi yang menguatkan pendapat dan keyakinannya kita sendiri alias echo chamber. Kalau pendapatmu beda dari arus utama, kamu bisa langsung dibanjiri komentar negatif, di-bully bahkan di-cancel oleh netizen di sosial media. Hal ini yang bikin kita jadi mikir dua kali sebelum berpendapat di media sosial.

Diam Bisa Bikin Suara Minoritas Semakin Tenggelam

Saat kamu memutuskan untuk diam karena merasa opinimu berbeda, kamu mungkin berpikir itu cuma keputusan pribadi. Namun, dalam konteks sosial, diam bukan tindakan netral melainkan punya efek domino. Ketika orang-orang dengan pandangan minoritas enggan bersuara, publik jadi mengira opini mayoritas lah yang benar dan mutlak. INI BAHAYA! Kenapa? Opini publik jadi tidak seimbang, inovasi dan perspektif baru berhenti, dan kelompok rentan makin kehilangan ruang bicara. 

Spiral of Silence menunjukkan bahwa diam bukan sekadar pilihan pasif, tetapi diam bisa berdampak besar pada bagaimana opini publik terbentuk. Di era digital, tekanan sosial bisa membuat orang makin takut bicara, apalagi kalau pendapatnya berbeda dari arus utama. Tapi justru karena itu, penting bagi kita untuk menciptakan ruang aman untuk berdiskusi. Karena kalau semua orang yang berpikir berbeda memilih diam, suara minoritas akan terus tenggelam bukan karena salah, tapi karena nggak terdengar. 

So, kalau kamu tahu pendapatmu bisa membantu seseorang merasa tidak sendiri, masihkah kamu memilih diam? 

Emerentia Giovani Eleta