Merangkai Persahabatan Diatas Awan Cikuray
16 Februari 2014 merupakan waktu yang ditunggu-tunggu dalam bulan Februari ini, karena hari itu gw dan sahabat-sahabat gw di SWANARAPALA akan mendaki gunung bareng. Setelah resmi menjadi anggota muda SWANARAPALA, ini merupakan momen pertama yang akan dijalanin dengan angkatan baru kami, Rana Mandala.
Bermula dengan obrolan sederhana dan ajak-ajakan teman-teman di chat grup Rana Mandala, kami tetapkan gunung yang akan didaki adalah Gunung Cikuray, Garut, Jawa Barat. Pada akhirnya, dari 21 orang, yang bisa ikut hanya 13 orang dikarenakan ada hal lain yang perlu dikerjakan di Jakarta.
Hari H, 16 februari 2014, teman-teman yang ngekos dan sedang berada di basecamp SWANARAPALA, standby dari jam 15:00 untuk packing peralatan kelompok seperti tenda, kompor, flysheet, dan yang lainnya sembari menunggu teman-teman yang sedang dalam perjalanan menuju basecamp. Jam 21:00, semua yang ikut sudah hadir di basecamp, kecuali gw, dan Azkaa, yang langsung menunggu di terminal Kampung Rambutan karena rumah kami lebih dekat dengan terminal Kampung Rambutan. Gw dan Azkaa yang sudah di terminal Kampung Rambutan sejak jam 20:30 sempat agak was-was ketika dapet kabar dari yang ada di basecamp kalo ternyata mereka baru jalan jam 21:00 dari sana. Mengingat bus terakhir di terminal Kampung Rambutan yang menuju Garut adalah jam 21:30. Karena waktu itu bus dalam keadaan relatif sepi, kami mohon kepada supir dan kondektur bus untuk nunggu teman-teman kami yang sedang di jalan, dan kondektur bilang gak masalah asal bener semuanya 11 orang yang lagi dijalan kesini, katanya. Jam 22:15, teman-teman dari basecamp akhirnya sampai di terminal Kampung Rambutan. Kamipun bergegas memasukkan barang kedalam bagasi bus agar dapat segera berangkat menuju Garut.
Lama perjalanan menuju Garut kurang lebih 3,5 jam. Karena hari itu Minggu malam Senin, jalanan lancar tidak ada gangguan. Kami tiba di terminal Guntur Garut jam 2 pagi. Setibanya di terminal, kami langsung jalan ke tempat dimana kami janjian dengan angkutan yang sudah di charter untuk kemudian menuju Pemancar. Sebelum menuju Pemancar kami singgah sebentar di rumah warga yang menjual sayur-sayuran dan sarapan. Disana kami sempat istirahat sejenak. Ada dua registrasi pos di Stasiun Pemancar, yang pertama registrasi sebelum memasuki kawasan stasiun Pemancar, dengan tarif Rp.2.000 per orang. Kemudian pos Stasiun Pemancar. Stasiun Pemancar merupakan starting point pendakian Gunung Cikuray.
Kami memulai pendakian pada pukul 07:10 WIB. Medan yang dilalui adalah ladang kebun teh warga dengan kemiringan trek sekitar 45 derajat, lumayan untuk pendaki pemula seperti kami dengan membawa beban carrier kira-kira 20 kg lebih dipundak. Ines merupakan satu-satunya wanita dalam pendakian kali ini. Nafas kami mulai ter-engah-engah, tapi Ines tidak pernah mengeluh kepada kami, wanita yang tangguh!
Selama 30 menit perjalanan kami masih disuguhkan oleh pemandangan kebun teh dan ladang ilalang, namun pemandangan tersebut berubah setelah 1 jam perjalanan. Kami sudah memasuki kawasan hutan Gunung Cikuray yang medannya terjal, padahal kami sama sekali belum mencapai pos 1. Gunung Cikuray memiliki 6 pos dan 1 pos puncak bayangan, karena beberapa diantara kami sudah mulai kelelahan, kami akhirnya memutuskan untuk beristirahat sejenak. 5 menit kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju pos 1.
Dari pos registrasi pemancar menuju pos 1 kurang lebih kami memakan waktu 1,5 jam perjalanan. Dari pos 1 kami istirahat sebentar dan menuju pos 2 dan begitu pula selanjutnya. Di pos 2, kami berjumpa dengan Chaerul, teman kami yang menyusul seorang diri dari bawah. Jadi total orang yang mendaki saat ini adalah 14 orang.
Selama perjalanan, kami menemukan 2 sumber air di pos 2 dan 3. Kalau tidak salah, sumber air itu berasal dari pipa palaron warga yang mungkin rusak/dirusak dan bocor. Disini kami refill kembali persediaan air kami untuk melakukan perjalanan ke puncak. Standar waktu perjalanan yang ditempuh sampai puncak Gunung Cikuray adalah 4 jam. Karena kami banyak beristirahat dan bersantai-santai selama perjalanan, kami memakan waktu kurang lebih 8 jam, start jam 7 pagi dan tiba di puncak sekitar jam 15:00 WIB.
Sesampainya di puncak, kami semua beristirahat sejenak, beberapa di antara kami yang sudah sampai puncak lebih dahulu memasang tenda dan mengeluarkan semua logistik yang dibawa pada carrier. Cuaca pada saat itu berkabut, tidak ada pemandangan yang bisa dilihat dari puncak Gunung Cikuray, yang ada hanya kabut tebal melapisi atap-atap langit dan dinding-dinding langit diatas puncak.
Selesai beristirahat, kami bergegas untuk mengatur konsumsi apa yang akan dibutuhkan untuk makan siang, malam, dan esok pagi. Perbekalan yang kami bawa cukup banyak untuk dikonsumsi oleh 14 orang, konsumsi tentu bukan merupakan masalah buat kami, karena kami MAPALA, Mahasiswa berPerut LApar.
Kabut mulai hilang di malam hari, dan berangsur berganti menjadi kegelapan yang penuh arti. Walaupun kami tidak ditemani dengan satu bintang pun, tapi kami bersyukur ditemani dengan persahabatan yang sangat terasa dan kental rasanya dimalam itu. Berangsur-angsur, waktu demi waktu kabut mulai hilang dan tampak sang cahaya rembulan yang memancarkan dirinya dari kegelapan langit puncak Gunung Cikuray. Beberapa dari kami yang sedang duduk diluar shelter pada malam itu sangat menikmati sekali keindahan alam dan kebersamaan yang dirasakan disana. Kami menghabiskan waktu malam yang dingin dengan duduk berselimutkan sleeping bag yang dibentangkan menjadi penghangat kebersamaan diantara kami sembari mendengarkan lagu-lagu, minum kopi, dan bernyanyi bersama. Benar-benar malam yang tidak terlupakan. Malam menjadi tambah dingin ketika jam menunjukkan pukul 22:00, akhirnya kami memutuskan untuk memasuki tenda dan beristirahat untuk menikmati keindahan Gunung Cikuray di pagi hari yang katanya menyajikan samudera diatas awan.
Pagi hari, beberapa diantara kami sudah bangun lebih awal untuk menikmati sunrise. Gulungan awan yang indah menyingsing langit Garut dengan indahnya, gulungan awan indah ini terlihat seperti ombak di laut dengan bahan dasar permen kapas, Indah. Indah sekali dilihat. Meresapi angin pagi dibaluti hangat matahari yang menyentuh kulit dengan hangat. Momen tersebut adalah momen paling indah yang dapat dinikmati dengan para sahabat.
Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa. Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Apakah kau masih selembut dahulu…
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejakuKabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih
Lembah Mandalawangi…
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suramMeresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu…
Saat kudekap kau dekaplah lebih mesra…
Lebih dekat…Apakah kau masih akan berkata…
Kudengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam Cinta…Cahaya Bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah kutahu
Dimana jawaban ituBagai letusan berapi
Bangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri
Mencari jawaban… kegelisahan hati-Soe Hok Gie