Sekolah ESAR Wanadri 2017

Tak lama setelah menyelesaikan sidang skripsi, aku memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Sudah terlalu lama rasanya tak pulang ke kampung, apalagi Bulan Ramadhan sudah di depan mata. Tentu kawan-kawan sejawat pun akan pulang ke kampung. Ada rasa haru, senang, dan rindu di balik pulang kampung. Rasa yang tak sabar lagi untuk ditunaikan.

Ketika sedang asik melihat-lihat linimasa Instagram, muncul postingan Wanadri. Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri akan menyelenggarakan Sekolah ESAR Gunung Hutan 2017 pada tanggal 24 – 30 April 2017. Dalam waktu luang seperti ini, rugi rasanya kalau aku melewatkan kesempatan ini begitu saja, meski rencana untuk pulang kampung sudah dinanti sejak lama. Akhirnya aku putuskan untuk mengikuti sekolah ini dan mengundur jadwal keberangkatanku ke kampung. Lekas aku ajak teman-teman yang lain begitu mendapat kabar. Namun, hanya aku dan Audrey yang bisa. Teman-teman yang lain tidak bisa bergabung karena sedang disibukkan oleh UTS yang baru saja dimulai.

Untuk mengikuti Sekolah ESAR, calon peserta diwajibkan untuk mengikuti pre test terlebih dahulu. Tes ini diadakan di Bandung pada tanggal 20 April 2017. Pre test terdiri dari tes fisik, tes kemampuan dasar (tertulis), pengecekan perlengkapan, dan tes medis. Mengingat penyelenggara tidak menyediakan tempat akomodasi, maka aku perlu menghubungi teman-teman yang berdomisili di Bandung. Pandu menjadi orang pertama yang aku hubungi. Pandu adalah kawan SMA yang juga merupakan anggota MAPENTA UNISBA. Dengan bantuan Pandu, akhirnya aku dan Audrey dapat tinggal di sekretariat MAPENTA. Ternyata tak hanya kami berdua yang tinggal di sini, ada kawan-kawan dari Jogja, Sukabumi, bahkan Palembang yang juga akan mengikuti Sekolah ESAR Gunung Hutan 2017.

Sehari sebelum pre test, aku dan teman-teman yang akan mengikuti Sekolah ESAR pergi menuju Pasar Ciroyom untuk melengkapi perbekalan logistik. Menyusun menu makan bukanlah hal yang aku gemari. Akhirnya, aku hanya menyamakan menu makan yang telah disusun oleh Audrey dengan sedikit modifikasi seperti menambahkan tembakau rokok ke dalamnya.

Keesokan harinya semua calon peserta berkumpul di GOR Saparua pada pukul 06.00 pagi. Pre test dimulai dengan tes fisik, pengecekan alat, tes kemampuan dasar, lalu diakhiri dengan tes medis. Kegiatan ini berlangsung hingga malam hari. Cukup melelahkan memang. Apalagi sebelumnya aku dan kawan-kawan tak sempat meluangkan waktu untuk sarapan pagi.

Setelah melalui tahap pre test, kami memasuki tahap materi kelas yang berlangsung selama dua hari ke depan. Pemateri sendiri berasal dari internal Wanadri. Banyak materi yang kuterima selama dua hari ini. Mulai dari pengenalan SAR, simulasi navigasi darat, analisa jejak, hingga taktik pencarian yang umum digunakan.

DSC00028
Kang Soma menyampaikan materi berjudul Wawasan ESAR. Dok. Sekolah ESAR WANADRI 2017

Dalam kesempatan ini, panitia telah menyusun skenario pencarian dan evakuasi survivor. Pada akhir sesi materi kelas, panitia menyampaikan informasi tersebut kepada para peserta. Informasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

“Tiga pendaki asal Bogor dinyatakan hilang setelah melakukan pendakian melalui jalur Cibodas. Diketahui bahwa ketiga pendaki ini memulai pendakian dari Jalur Cibodas menuju Gunung Pangrango, dan akan turun melewati Situ Gunung.”

Informasi yang kami terima hanya sejauh itu saja. Agar pencarian dan evakuasi di lapangan berjalan lancar, SAR Mission Coordinator (SMC) membagi para rescuer (peserta) ke dalam regu dan pos. Tiap pos memiliki tugasnya masing-masing. Pos 1 bertugas untuk mengumpulkan data dan informasi, pos 2 sebagai assessment, pos 3 menyusun logistik, pos 4 menyiapkan komunikasi, pos 5 menyiapkan transportasi, dan pos 6 menyusun operasi. Aku sendiri ditempatkan di pos 2 yang bertugas untuk merekap seluruh informasi yang diperoleh pos 1 untuk dijadikan acuan sebelum memulai pergerakan ke lapangan. Informasi yang berhasil direkap oleh pos 2 adalah sebagai berikut:

CIRI-CIRI FISIK SURVIVOR
Nama Umur Tinggi Badan Keterangan
Riko 25 tahun 175 cm Berkulit putih, kurus, dan berambut ikal
Iwan 30 tahun 180 cm Berkulit sawo matang, dan berambut ikal
Guna 22 tahun 165 cm Berkulit sawo matang

Perlengkapan                : –

Kondisi fisik                  : –

Contact person             :

  1. Kang Johnny (Montana) : 0813-2333-xxxx
  2. Kiwi (Paman Guna) : 0857-2201-xxxx

Kronologis:

  1. Kang Johnny :   Jejak survivor mengarah ke resor Pasir Datar Indah, Sukabumi.
  2. Kiwi : Ketiga survivor mengadakan pendakian ceria. Pendakian dimulai pada tanggal 22 April 2017 melalui Jalur Cibodas menuju Gunung Pangrango, dan turun melalui Situ Gunung. Peralatan dan perbekalan yang dibawa tidak diketahui. Komunikasi terakhir terjadi pada pukul 14.00 WIB, dimana Guna mengabarkan bahwa dia dan teman-temannya saat itu berada di Puncak Masigit. Guna meminta paman-nya menjemput mereka di Situ Gunung, Sukabumi pada pukul 17.00 WIB.

Setelah informasi yang dihimpun selesai direkap, aku dan teman-teman dari pos 2 kemudian mempresentasikannya kepada seluruh personil yang terlibat. Informasi ini dibutuhkan agar personil SAR dapat menyiapkan perlengkapan dan fasilitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan tahapan-tahapan di dalam sistem SAR. Selain itu, dengan informasi ini SMC dapat menentukan Most Probable Position (MPP) dan besaran search area yang akan dihadapi. MPP yang sudah ditentukan disampaikan kembali kepada seluruh personil agar dapat disepakati bersama. Setelah MPP disetujui, malam itu juga seluruh personil bertolak menuju posko SAR di Pasir Datar Indah, Sukabumi, dengan menggunakan tronton yang sudah disiapkan oleh pos 5.

Pagi hari, setelah sarapan dan beres-beres, seluruh personil berkumpul untuk mendengarkan arahan SMC. Dalam pesannya SMC meminta agar setiap pos menggali informasi dari warga sekitar terlebih dahulu sebelum melakukan pencarian. Aku dan teman-teman dari pos 2 ditugaskan untuk menggali informasi dari Ketua RT setempat. Tiba di rumah Ketua RT, ternyata orang yang bersangkutan sedang tidak berada di rumah, hanya ada anak istri. Sembari menunggu Ketua RT pulang dari ladang, teman-teman yang lain bertanya kepada istrinya dengan dialek lokal. Ternyata memang ada pendaki yang turun melalui desa ini, menurutnya. Hanya saja, pendaki yang diceritakan ini tidak sesuai ciri-ciri fisiknya dengan informasi yang sudah didapat. Sama halnya dengan yang diceritakan oleh Ketua RT sepulang dari ladang, kedua-duanya tidak merujuk pada pendaki yang dicari. Penggalian informasi hari ini tidak menghasilkan apa-apa, begitu juga dengan pos-pos yang lain.

DSC00290
Personil berkumpul untuk mendengarkan arahan Search Mission Commander (SMC). Dok. Sekolah ESAR WANADRI 2017

Berbekal informasi yang ada, seluruh Search Rescue Unit (SRU) memulai pencarian keesokan harinya. Aku berada di Pemburu 5 (SRU 5) bersama tiga Anggota Muda Wanadri: Yaya, Pase, dan Taufik. Seluruh pemburu menggunakan metode pencarian type 1 (hasty search). Pada hari pertama pencarian ini, unit kami bergerak cepat menyusuri sungai yang menjadi daerah yang dicurigai. Tanah berlumpur yang basah dan licin menjadi tantangan tersendiri dalam melakukan pencarian. Hari itu seluruh pemburu tidak berhasil menemukan survivor maupun ceceran barangnya.

Hari sudah hampir gelap ketika para pemburu tiba di Pos OSC. Segera aku dan kawan-kawan membagi tugas untuk membangun shelter. Pase bertugas manyalakan perapian, aku dan Yaya menyiapkan tarp, dan Taufik menyiapkan makan malam. Pemburu lain tak kalah sibuknya, terlihat dari kepulan asap yang memenuhi langit-langit sekitaran shelter mereka. Shelter ini akan menjadi tempat bermalam kami selama 3 hari ke depan. Sambil menunggu masakan siap, aku keluarkan lintingan rokok yang tak sempat kuhisap seharian ini. Barang tentu tubuh ini perlu merasakan nikmatnya asap tembakau setelah bekerja seharian. Belum selesai rokok kuhisap, terlihat Pemburu 4 dengan gopoh-gapah mencari lapak di sekitaran shelter kami. Rupa-rupanya mereka baru saja mengevakuasi survivor bernama Guna. Spontan aku dan teman-teman mengundang mereka untuk mampir ke shelter kami. Mereka semua tampak kelelahan. “Kamu disini aja Zal, makan aja dulu biar kami yang siapin lapaknya.” Ucap Pase kepada Rizal, teman seangkatannya di WANADRI.

Pukul 8 malam seluruh pemburu berkumpul kembali untuk memulai kegiatan evaluasi. Dengan headlamp yang menempel di kepala, seluruh rescuer sibuk membaca peta dan menyampaikan pendapat mereka terkait pergerakan untuk esok hari. Pada akhir sesi, OSC menyampaikan koordinat titik awal pencarian beserta sudut pergerakan dan sudut pelurusnya. Light off! Begitu kegiatan evaluasi usai.

DSC00514.JPG
Evaluasi menjadi rutinitas ketika malam hari. Dok. Sekolah ESAR WANADRI 2017

Pagi hari proses pencarian kembali dilanjutkan. Seluruh pemburu bergerak menuju koordinat titik awal yang sudah ditentukan. Metode pencarian yang digunakan adalah type 2. Metode ini digunakan untuk melakukan pencarian yang secepatnya atas area pencarian yang luas. “Dipercepat! Jangan pilih-pilih medan!”, teriak instruktur melihat para personil yang sibuk menebas-nebas ranting yang ada di depannya. Bergegas seluruh regu pencari menyesuaikan sudut pelurus barisannya. “Pesan berantai: sudah lurus belummm!!??” teriak seseorang dari ujung barisan. Maka berantai pula pesan itu disampaikan. “Sudahhh!!!” teriak seseorang dari ujung lainnya. Pencarian pun dimulai. Titik yang kami tuju saat itu adalah sebuah aliran sungai. Diperkirakan survivor berada di sepanjang aliran sungai tersebut. Dengan golok tebas di satu tangan, kami maju perlahan menyesuaikan ritme pergerakan pemburu lainnya. Pencarian hari itu sering kali terhambat karena rapatnya vegetasi yang kami lalui. Tiba di aliran sungai, tak ada survivor maupun ceceran barang kami temui. Begitu juga setelah melakukan hasty serach di sekitaran area tersebut. Maka kembalilah kami ke Pos OSC.

Seperti biasa, hari sudah hampir malam ketika kami tiba di Pos OSC. Dengan panci Zebra-nya, Yaya menyiapkan kopi hitam untuk kami ber-empat. Kopi hitam ini menemani perbicangan kami malam itu. Teringat bahwa tak lama lagi Sekolah ESAR ini akan ditutup. Lelah juga rasanya melakukan proses pencarian semacam ini. Terbayang perjuangan regu penyelamat yang melakukan proses pencarian hingga berminggu-minggu, bahkan bulanan!

Pagi hari aku terbangun oleh teman-teman seregu yang sudah sibuk menyiapkan masakan. Ada harapan yang tinggi dari seluruh Pemburu hari itu. Kami tahu bahwa kami akan menemukan survivor. Aliran sungai yang kami tuju kemarin memiliki banyak percabangan yang tak sempat kami susuri. Disinilah area potensial keberadaan survivor. Dengan sudut pergerakan yang sedikit berbeda dari hari sebelumnya, kami kembali melakukan penyapuan menuju aliran sungai tersebut. Medan yang dilalui tak jauh berbeda dari yang lalu, bahkan lebih parah. Saat melakukan penyapuan, terdengar sayup-sayup suara deras air dari kejauhan. Semakin lama semakin keras terdengar. Benar saja, air terjun rupanya menjadi pangkal suara tadi. Air terjun ini sungguh menawan. Kalau bukan sedang dalam kegiatan seperti ini, rasanya kami sudah sibuk berfoto-foto ria. Sambil menunggu instruksi, aku sempatkan untuk mengasah golok tebas yang sudah tumpul sejak hari lalu. Tak lama terdengar teriakan dari pemburu lain: “Survivor ditemukann!!!”. Tanpa pikir panjang aku bergegas menuju lokasi penemuan. Saat ditemukan survivor Riko dalam keadaan sadar namun tidak stabil. Survivor juga diduga terserang hipotermia, terlihat dari gejalanya. Penanganan saat itu tampak kalut dan tidak terkoordinir. Komandan evakuasi kesulitan dalam membagi tugas karena seluruh pemburu menumpuk di satu titik yang sama sehingga menimbulkan keriuhan. Dengan air muka yang tenang komandan evakuasi memberikan tugas ke sejumlah personil. Aku kebagian tugas untuk menyiapkan jalur evakuasi. Menebas ranting, meratakan tanah, apa saja kulakukan saat itu agar jalur evakuasi dapat digunakan dengan maksimal. Setelah jalur evakuasi selesai dan survivor siap untuk dievakuasi, seluruh personil berbaris berhadap-hadapan di sepanjang tepian jalur untuk mengangkut survivor menuju Pos OSC. Dibekali dengan personil yang banyak, tak berarti proses evakuasi menjadi mudah. Jalur evakuasi yang sempit dan licin cukup membuat kami kepayahan hari itu. Setelah berjam-jam berjibaku mengangkut tandu, akhirnya kami tiba di Pos OSC yang jaraknya tidaklah dekat.

DSC00717.JPG
Proses evakuasi survivor Riko. Dok. Sekolah ESAR WANADRI 2017

Masih ada satu survivor yang belum ditemukan, sebab itu esok hari kami harus melakukan pencarian lagi. Pagi hari seluruh personil sudah bersiap melakukan pencarian dengan berbaris menyesuaikan sudut pelurusnya. Butuh waktu memang untuk menyesuaikan sudut pelurus, mengingat medan yang sulit dan jumlah personil yang banyak. Setiap personil selalu berteriak kepada satu sama lain untuk mengecek kesiapannya. Dalam keadaan riuh rendah seperti itu salah satu regu menemukan survivor yang dicari. “Alhamdulillah, untung dekat!” gumamku ketika mendegar teriakan tersebut. Prosedur evakuasi pada hari itu sama dengan sebelumnya, hanya saja koordinasi kali ini lebih baik sehingga evakuasi dapat berjalan dengan lancar dan cepat. Pada sore harinya kami tiba di Posko SAR untuk melaksanakan upacara penutupan. Upacara berlangsung khidmat hari itu. Di bawah rembang senja seluruh personil melepas lelah dengan  berfoto bersama, barangkali untuk kenangan di masa tua nanti.

DSC01030
Peserta foto bersama panitia penyelenggara usai upacara penutupan. Dok. Sekolah ESAR WANADRI 2017

Dengan demikian tiba waktuku untuk menapakkan kakiku di kampung halaman. Menunaikan rasa rindu yang berkali-kali dengan sengaja diacuhkan tak digubris. Ma, aku pulang

Ditulis oleh Tito Silitonga.