Movie Review: Chungking Express (1992)
Sutradara: Wong Kar Wai
Penulis: Wong Kar Wai
Pemain: Takeshi Kaneshiro, Brigitte Lin, Tony Leung, Faye Wong
Rating: Bimbingan Orangtua (Parental Guidance)
“That was the closest we ever got, just 0,01 cm between us.
57 hours later, I fell in love with this woman”
Chungking Express adalah film drama romansa yang ditulis & disutradarai oleh Wong Kar Wai, seorang filmmaker asal Hong Kong. Film ini mengisahkan 2 cerita, tentang seorang polisi lovesick bernama He Qiwe (Takeshi Kaneshiro) yang baru saja patah hati & jatuh cinta kepada seorang wanita misterius (Brigitte Lin), dan kisah antara Faye (Faye Wong) & seorang polisi (Tony Leung) yang sedang dimabuk asmara.
Film ini terinspirasi dari atmosfer yang dirasakan Wong Kar Wai di saat berkeliling di area Tsim Sha Tsui, tempat di mana ia menghabiskan masa kecilnya. Kisah-kisah apa yang terjadi di balik jendela-jendela apartemen itu? Apa saja yang dialami & dirasakan oleh orang-orang yang kita lalui, sekecil apa pun kontak yang dijalani itu? Terutama di kota metropolitan seperti Hong Kong yang sesak dan sibuk, bagaimana orang-orang menjalani hidup mereka?
Pertemuan antar orang, digambarkan banyak yang terjadi karena kebetulan, yang disebabkan oleh berbagai macam faktor. Bertemu di restoran, snack bar, pasar, jalanan, dsb. Bertemu karena sedang istirahat, urusan kerja, mencari makanan, dsb. Berada di tempat karena dimotivasi oleh varian hal, mulai dari pekerjaan, hutang, patah hati, dsb. Impresi pertama yang kuat atau kebutuhan lah yang bisa mendorong seseorang untuk mengenal pihak lain lebih jauh, tidak peduli siapa orang tersebut. Pertemuan-pertemuan kecil itu mengisi hidup kita, sebagian besar berlalu begitu saja, dan beberapa berlanjut menjadi pertemanan atau cinta.
Hidup dipenuhi berbagai kesempatan & kejadian yang saling mempengaruhi satu sama lain. TIap hal yang terjadi akan mempengaruhi mulai dari satu orang saja sampai hubungan antar individu. Dalam waktu & tempat yang tepat, satu perbuatan kecil bisa saja mempengaruhi kehidupan seseorang dengan masif. Sebuah situasi yang sama pun bisa berlanjut berbeda apabila dijalankan orang yang berbeda. Chungking Express menunjukkan 2 kisah mirip dengan karakter yang berbeda, dan bagaimana situasi mereka mempengaruhi jalan mereka masing-masing. He Qiwe dan si polisi memiliki cara yang berbeda dalam mengatasi kekosongan hati mereka, sifat sang wanita misterius dan Faye dalam menanggapi “partner” mereka masing-masing pun memberikan jalan yang berbeda.
Apabila film-film kebanyakan cenderung berfokus pada plot, Chungking Express tidak memfokuskan dirinya pada hal tersebut. Dibanding sebuah plot dengan berurutan momen / kejadian apa saja yang terjadi dan kelanjutannya, Chungking Express lebih menekankan pada “rasa” dari momen tersebut. Pada film ini kita diajak untuk masuk ke dalam kepala para karakternya. Apa saja yang mereka rasakan, pikirkan, lakukan semuanya dijelaskan melalui narasi mereka masing-masing. Bahkan mereka bisa menularkan perasaan-perasaan tersebut kepada penontonnya. Rasanya kesepian, penasaran, jatuh hati, digambarkan dengan sangat klop.
“We split up on April Fool’s Day. So I decided to let the joke run for a month”
Rasa itu pun sangat didukung oleh tata kamera & musik yang digunakan pada film ini. Lewat penempatan, gerakan, dan teknik-teknik kamera yang digunakan, Chungking Express menunjukan kota yang terasa ramai, sempit, hidup, namun hadir dengan daya tariknya sendiri. Melalui detail-detail seperti refleksi cermin, tetesan air, gelas minuman, pemutar kaset, dll, film ini berhasil meningkatkan mood yang ingin dimunculkan. Begitu pula dengan musiknya, vibe ketidakpastian, intrigue, kesepian dan lainnya terangkum dengan baik.
Chungking Express adalah sebuah film drama romansa yang mengajak kita mendalami kehidupan berbagai karakter di sebuah setting metropolitan, bagaimana tiap jendela memiliki kisah di baliknya, tiap benda adalah saksi bisu dari kehidupan orang-orang, dan hal-hal dalam hidup kita meski pun kecil, bisa saja sangat berharga bagi yang lain. It’s life, live