Pelakon Bertopeng, Seni Teater Makyong

 Terdapat berbagai macam seni teater tradisional yang tersebar di Nusantara. Salah satunya, seni teater yang terkenal di kalangan masyarakat Melayu, Makyong. Makyong merupakan penggabungan dari ritual, adat Melayu, tarian, syair, dan instrumental. Uniknya, semua tokoh yang bermain menggunakan topeng sesuai dengan karakter mereka masing-masing. Pementasan ini mayoritas bercerita tentang kehidupan istana lengkap dengan pesan moral yang ingin disampaikan.

     Makyong berasal dari kata “Mak Hyang” yang artinya Dewi Padi. Nama ini berasal dari Kerajaan Melayu Patani (Thailand Selatan) pada abad ke-15 Masehi. Makyong kemudian menyebar ke Kelantan dan Pahang (Malaysia) lalu masuk ke Indonesia melalui Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat (Luckman Sinar, 1990).

       Makyong sendiri sering dipentaskan di lapangan terbuka namun diberi tiang penyangga berhiaskan daun kelapa dan juga atap. Sebelum pementasan dimulai, biasanya salah seorang ketua yang disebut Bomo akan melaksanakan serangkaian upacara seperti membacakan mantra diiringi bunyi musik berirama magis agar pementasan dapat berlangsung dengan lancar. Pementasan Makyong sendiri beralur lambat, tidak akan selesai dalam satu malam, biasanya membutuhkan waktu berhari-hari. Pertunjukan Makyong ini biasanya dimulai setelah isya dan berakhir menjelang subuh tiba.

   Walaupun sempat hampir punah, Makyong sendiri sering ditampilkan sebagai seni tari di kancah internasional, termasuk negara tetangga, Malaysia juga Thailand. Bedanya, di Malaysia dan Thailand, para pelakon tidak menggunakan topeng. Beruntungnya, sampai saat ini Makyong masih dapat dinikmati dan berkembang sesuai era namun tidak melupakan tradisinya. 

Sumber:

Stefani Felita Halim