Movie Review: Fallen Angels (1995)

Sutradara: Wong Kar Wai

Penulis: Wong Kar Wai

Pemain: Leon Lai, Michelle Reis, Takeshi Kaneshiro, Charlie Young, Karen Mok

Rating: Dewasa (Restricted)

 

The road wasn’t that long, and I knew I’d be getting off soon. But at that moment I felt such warmth

 

Fallen Angels adalah film crime drama yang ditulis & disutradarai oleh Wong Kar Wai. Film ini mengisahkan beberapa cerita, tentang seorang pembunuh bayaran indecisive yang ingin pensiun dari pekerjaannya (Leon Lai) & asistennya (Michelle Reis), dan Ho Chi Mo (Takeshi Kaneshiro) seorang bisu dalam keseharian hidup & cinta pertamanya (Charlie Young). Film ini sebenarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari draft cerita #3 yang sebelumnya menjadi bagian dari Chungking Express (1992), sehingga Fallen Angels pun memiliki kemiripan tema, meski hadir dengan mood & poin yang berbeda.

Seperti Chungking Express, Fallen Angels menceritakan kisah-kisah kecil di kota metropolitan, namun dengan sudut yang lebih gelap & dewasa. Film ini lebih berfokus pada perspektif / pandangan tiap yang berbeda terhadap suatu momen, bagaimana suatu hal yang terlihat memiliki makna yang bervariasi untuk tiap orang, apa yang berharga bagi seseorang mungkin tidak ada apa-apanya bagi yang lain, apa juga yang sebenarnya kita harapkan dari orang lain?

Kenalan yang kita temui, dari teman kerja, tetangga, penjaga toko, dll yang kita temui hadir dengan first impression-nya masing-masing. Interaksi terbatas yang kita alami dengan mereka pun mempengaruhi pandangan & ekspektasi akan mereka, dan lama kelamaan pun kita akan merasa dekat. Akan tetapi, di balik itu apa kita betul-betul mengenal sifat atau kehidupan pribadi individu tersebut? Apa kita memang mengenal mereka, atau hanya ekspektasi terbatas yang tidak realistis akan figur tersebut?

Elemen-elemen tersebut menjadi inti utama dari cerita yang disuguhkan Fallen Angels. Melalui hubungan, pertemuan, dan refleksi antar karakternya, kita diperlihatkan pandangan masing-masing karakternya akan orang lain, dan realita yang berlangsung di balik itu semua. Kisah antara si pembunuh bayaran dengan asistennya dan cinta pertama Ho Chi Mo, berjalan dengan tema tersebut. Hadir dengan sifat-sifat yang berbeda, mulai dari si asisten yang pendiam & moody, hingga Ho Chi Mo yang energetic, kita disuguhi beberapa perspektif yang berbeda akan sebuah situasi yang mirip.

Seperti Chungking Express, Fallen Angels tidak menekankan fokusnya akan perjalanan / kompleksitas plot, akan tetapi mengikuti perjalanan dari karakternya. Plot berlangsung menurut perilaku karakter. Seperti disebut sebelumnya, narasi cerita didapat dari refleksi karakter-karakternya akan kejadian yang mereka alami & lakukan. Apa yang mereka rasakan memberikan konteks lebih terhadap kejadian di sekeliling mereka. Tiap karakter dalam film ini bisa dibilang memiliki penokohan yang “aneh”, dengan konteks lewat narasi yang memanusiakan dan membuat penonton bisa lebih memahami pandangan & sifat mereka masing-masing.

 

You rub elbows with a lot of people every day. Some strangers might become your friends or even confidants. So I never turn my back on a chance to rub elbows.

 

Atmosfer & mood yang ditampilkan oleh Fallen Angels sangat dibantu oleh penataan kamera yang ada. Sebagian besar adegan direkam menggunakan lensa wide yang memberikan kesan surreal, ketidakpastian akan event yang berlangsung, dan bagi saya efek yang dihasilkan ini digabung dengan teknik editing yang digunakan pun memberi kesan lebih “personal” bagi karakternya akan kejadian yang menimpa mereka, melompat-lompat menurut emosi yang dirasakan. Musik-musik Cantopop yang menyelingi film pun menguatkan emosi tiap adegan yang dihadirinya.

Fallen Angels adalah sebuah film crime drama yang mengajak kita merefleksikan perspektif, tujuan, dan hubungan kita dengan orang lain melalui presentasi yang gelap namun nyeleneh, bagaimana ekspektasi kita pun mempengaruhi perasaan dan pandangan yang kita miliki terhadap suatu hal, dan apabila hal tersebut tidak berjalan sesuai harapan kita, mungkin kita bisa berusaha untuk yang lebih baik. Life goes on, how do you live yours though?

Jordany Shohan