Movie Review: The Disaster Artist

Ditulis oleh
Jordany Shohan

Sutradara: James Franco
Penulis: Scott Neustadter, Michael H. Weber
Pemain: James Franco, Dave Franco, Seth Rogen, Alison Brie, Ari Graynor
Rating: Dewasa (Restricted)\

FOLLOW YOUR DREAMS….. MAYBE ?

Bagi anda, apakah menggapai mimpi itu mungkin? Apa pula yang memungkinkan mimpi jadi kenyataan? Sekedar bakat dan kerja keras… atau jangan-jangan keberuntungan yang menentukan? Mungkinkah juga kalau mimpi kita tercapai, tapi dengan cara dan dalam bentuk yang unexpected?

The Disaster Artist bercerita tentang kisah nyata pembuatan film The Room (2003), yang dianggap sebagai salah satu film paling sampah yang pernah dibuat… But wait! The Room bukan sekedar film jelek, tapi juga sangat entertaining dikarenakan plot yang amburadul abis, dialog absurd, dan akting over the top pemainnya. The Disaster Artist diangkat dari buku yang berjudul sama karya Greg Sestero, salah satu aktor The Room. Buku dan filmnya sama-sama mengisahkan behind the scene The Room, juga pertemanan Greg dengan Tommy Wiseau, sang sutradara, produser, penulis, dan pemeran utama (lengkap dah) film The Room yang eksentrik.

Film dibuka dengan pertemuan Greg Sestero dengan Tommy di sebuah kelas akting. Greg yang pemalu mendekati Tommy karena Tommy benar-benar give it all dalam berakting (meski sangat over the top) dan berusaha mempelajari keberanian Tommy. Lama kelamaan persahabatan keduanya pun tumbuh, dan mereka akhirnya memutuskan untuk mendorong karir mereka dengan pertama-tama pindah ke tempat di mana Hollywood berada, Los Angeles. Perkembangan karir mereka yang stagnan pun akhirnya mendorong Tommy untuk membuat filmnya sendiri. And then he started making … The Room…

Dalam film ini ditunjukkan proses pembuatan The Room, mulai dari konsepsi, eksekusi, hingga rilisnya. Beberapa kejadian dibalik layar pun ditampilkan pula dengan sedikit ditambah bumbu komedi, yang mana sebagian besar kisahnya menggambarkan proses shootng yang sulit (karena Tommy yang sulit diajak bekerja sama. Selain itu ada juga ada kejadian yang terhitung agak dramatis, dari pertengkaran kru sampai konfrontasi antara Tommy dengan Greg. Scene-scene ini juga berfungsi untuk menunjukkan karakter Tommy (yang sangat janggal) & Greg.

Karakterisasi pada film ini terbilang cukup baik, terutama pada para karakter utama-nya. The Disaster Artist tidak hanya mengisahkan kisah-kisah “unik” dari behind the scene The Room, tapi juga membangun karakternya, supaya inti utama dari kisahnya bisa digali lebih dalam. These characters are not only played for laughs in those events, they also have depth. Meski begitu, tentu banyak karakter sampingan yang kurang mendapat sorotan, tapi menurut saya it’s quite justified karena memang fokus film ini adalah tentang tokoh Greg & Tommy (dan filmnya pun memang dengan jelas memfokuskan aspek ini). Penggambaran Tommy pada film ini, untungnya tidak hanya sebagai that weird guy that does weird stuffs. Ada kedalaman karakter pada Tommy, dengan berbagai sifatnya dikeluarkan di sini. Karakternya tidak hanya punya satu sifat saja, tapi banyak. Sisi hopeful, arogan, sombong, sedih, kesalnya. And thankfully it’s portrayed in a grey light, tidak ada encouragement bahwa sikap Wiseau yang buruk patut untuk dicontoh.

Pacing dalam film ini berjalan dengan cepat, mengingat durasi film yang hanya 1 jam 44 menit, sementara event-event yang diceritakan berlangsung selama beberapa tahun (dari 1998 hingga 2003). Scene-scene yang dibawakan berlangsung dengan padat. Selain itu, seperti film-film based on true story pada umumnya, ada pula beberapa kejadian yang dibuat agak berbeda dengan aslinya, untuk menambah kesan dramatis, juga karena screentime yang tidak cukup untuk merangkum kisah dengan detail.

Unsur komedi dalam film ini, untungnya, terbilang natural. Tidak begitu ada joke yang sifatnya in your face. Tidak ada momen di mana plot berhenti hanya untuk sebuah lelucon, jokes dalam film ini mengalir bersamaan dengan cerita Utama.

Para aktor dalam film memberikan performance yang mantap, terutama dalam adegan recreation film The Room. James Franco benar-benar bisa bertingkah dan bersuara seperti Tommy Wiseau yang asli. Sangat pas, and on-point, meski beberapa line delivery-nya terasa agak dilebihkan saat adegan mereka ulang film The Room. Dave Franco, Seth Rogen, dan para cast lainnya pun memberi performance yang bagus, dan para cast yang dipilih pun cukup mirip dengan orang yang mereka perankan. Pujian lebih saya berikan kepada Ari Graynor, yang bahkan timing untuk line delivery dan gesture-nya sangat mirip dengan karakternya.

Sinematografi & scoring pada The Disaster Artist pun terbilang cukup simple. Tidak benar-benar ada shot yang terasa grandeur, tapi tidak ada yang jelek pula. Sinematografi yang dibawakan oleh Brandon Trost terasa down to earth dan homely, cocok dengan atmosfer yang dibawakan film (dengan beberapa scene syuting yang purposefully  claustrophobic dan stressful). OST pada film ini oleh Dave Porter pun bagi saya bisa mengiring film dengan cukup baik. OST terasa hopeful, juga ada rasa wonder dalamnya. Selain soundtrack film ini juga menggunakan beberapa lagu dari era  90an akhir dan 2000an awal. Overall, the soundtrack is good, but not the most memorable.

The Disaster Artist adalah sebuah film drama komedi dengan kekuatan utama pada dinamik antar cast-nya, dengan unsur komedi yang pas, tidak berlebihan, and even subtle at some point. Selain itu, pembawaan plot film ini juga dramatis, bahkan inspiring.

 

source:
imdb.com

Jordany Shohan