Laksmi Pamuntjak — Seorang Koki dan Penulis

Rajin mengunjungi restoran, dan punya pengalaman makan di beragam tempat di sekujur bumi, membuat Laksmi Pamuntjak menjadi tokoh kuliner top Indonesia. Karyanya “Jakarta Good Food Guide”, dan sejumlah karya tulisnya tentang kebudayaan dan sastra, merebut sejumlah penghargaan kelas dunia. Panduan kuliner itu memuat daftar lebih dari 500 restoran berbagai kelas, dan  juga bisa diakses online di http://jgfg.vivanews.com/. Versi terbaru buku itu menambahkan sejumlah daftar restoran baru dan beragam.

Laksmi mengemas buku panduan ini secara unik. Dia berburu makanan dari restoran kelas atas, sampai warung kaki lima di seputar Jakarta. Semuanya dilakukan secara independen, komprehensif dan deskriptif. Dia tak ingin dikenali si pemilik, dan mencatat temuannya diam-diam agar tak diketahui para pelayan.

Selain urusan kuliner, Laksmi juga penulis yang punya kelas sendiri di jagad kepengarangan Indonesia. Sejak 1994, dia kerap menjadi kolumnis di berbagai media, salah satunya majalah Tempo.

Sejak kecil, Laksmi tumbuh di lingkungan buku karena kakeknya, Kasuma Sutan Pamunjak, pemilik penerbit Djambatan.

“Saya tahu nasib saya harus berhubungan dengan buku. Entah penerbit atau pemilik,” kata Laksmi.

Pengetahuannya luas. Laksmi menulis artikel seputar politik, biografi, film, musik klasik, hingga sastra. Dia juga menerjemahkan kumpulan puisi Goenawan Mohamad, tokoh penyair dan pendiri majalah TEMPO, ke bahasa Inggris (Selected Poems, 2004). Buku itu berisi pilihan sajak dari Goenawan Mohamad yang sebelumnya tersebar di kumpulan “Parikesit” (1971), “Interlude” (1973), “Asmaradana” (1992), “Misalkan Kita di Sarajevo” (1998), dan “Sajak-sajak Lengkap 1961-2001” (2001).

Tumbuh di lingkungan buku karena kakeknya, Kasuma Sutan Pamuntjak, pemilik penerbit Djambatan, membuat Laksmi jatuh cinta pada dunia intelektual hingga menggerakkannya menjadi salah satu pendiri toko buku ak.sa.ra. Toko itu menjual buku sastra, seni, kebudayaan dan literatur impor dari penerbit berkualitas dunia.

Laksmi adalah juga penyair yang menuliskan puisinya dalam bahasa Inggris. Sekolah di luar negeri membuatnya akrab dengan literatur sastra dalam bahasa Inggris. Salah satu novelnya berjudul Amba pertama kali ditulis dalam bahasa Inggris, baru kemudian ditulis dalam bahasa Indonesia dan terbit pada tahun 2012.

“Saya menulis dalam bahasa Inggris karena saya ingin masyarakat Barat tahu Indonesia,” kata Laksmi.

Versi bahasa Inggris novel Laksmi yang kedua, Aruna dan Lidahnya, akan diterbitkan di Amerika awal 2017. Novel ini masuk 5 Besar Kusala Sastra Khatulistiwa 2015. Pada September 2018 kemarin, pertama kalinya Aruna dan Lidahnya hadir di layar kaca Indonesia, diproduksi oleh Palari Films dan dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Oka Antara, dan Hannah Al Rashid.

Beberapa karya puisi Laksmi, serta cerita pendeknya pernah muncul di beberapa media internasional seperti “Softblow; Takahe” (New Zealand), “Heat Literary Journal” (Australia), “Asia Literary review” (yang muncul pada terbitan musim gugur 2006, musim semi tahun 2007, serta musim gugur 2007). Prestasi ini menempatkan Laksmi sebagai satu dari penulis Indonesia yang karyanya merambah ke manca negara.

Miranda Essendaputri