Movie Review: Sicario – Day of the Soldado

Ditulis oleh
Jordany Shohan

Sutradara: Stefano Sollima
Penulis: Taylor Sheridan
Pemain: Benicio del Toro, Josh Brolin, Isabela Moner, Catherine Keener, Elijah Rodriguez
Rating: Dewasa (Restricted)

KINDA ON PAR WITH THE FIRST… ATMOSPHERICALLY

You should move to a small town, somewhere the rule of law still exists. You will not survive here. You are not a wolf, and this is a land of wolves now.”

Itulah quote dari karakter Alejandro kepada Kate Macer di film Sicario (2015), prekuel dari Sicario: Day of The Soldado (setelah ini di-refer dengan sebutan Sicario 2). Bila Sicario 1 bercerita tentang usaha Kate Macer (si karakter utama) dalam memegang teguh pendiriannya dalam menjalankan misi melawan kartel narkoba, Sicario 2 mengambil sudut pandang Alejandro dan Matt. 2 karakter ini adalah karakter yang bergerak melawan kartel… dengan tindakan ilegal pula. Bisa dibilang, Sicario 1 is about a lamb who lives among the wolves, while Sicario 2 is about the war between these wolves.

Sicario 2 bercerita tentang aksi Matt Graver (Josh Brolin) yang diperintahkan oleh atasannya untuk menyerang dan mengganggu kartel narkoba yang beroperasi di perbatasan AS-Meksiko, setelah para kartel diduga menyelundupkan sekelompok teroris ke AS. Dalam menjalankan Black Ops ini, Matt merekrut Alejandro (Benicio del Toro), seorang hitman yang memiliki dendam terhadap Reyes, seorang bos kartel, ke dalam tim yang ia bentuk. Dalam misinya pun mereka menculik Isabela (Isabela Moner), anak dari bos kartel musuh Alejandro, sambil menyamar sebagai anggota kartel lain dalam rencana mereka untuk menimbulkan perang antar kartel.

Dalam film ini, diperlihatkan aksi-aksi yang dilakukan oleh Matt & Alejandro dalam crusade mereka melawan kartel. Aksi penculikan, menyamar, hingga tembak menembak di jalanan pun mereka legalkan dalam misinya. Meski pun banyak macam aksi di film ini, Sicario 2 memang pada dasarnya adalah sebuah film thriller, bukan action, maka jangan harap banyak adegan aksi macam John Wick atau Mission Impossible di film ini. Adegan aksi di Sicario 2 berjalan dengan slow, tactical, violent and organized. Selain itu, plot juga berjalan dengan cukup lamban, tapi semua scene berjalan dengan kesan thrilling yang selalu mencekam, meski ada sedikit slow down di kisaran 2/3 film.

Tidak seperti film pertamanya, pada Sicario 2 kurang ada pertentangan moral pada karakternya (karena memang tidak benar-benar ada moral character di sini). Oleh karena itu, film ini pun memilih untuk menunjukkan sifat lembut karakter Alejandro (yang di film pertamanya bersikap sangat dingin), juga menunjukkan sifat beberapa karakter yang agak menjunjung honor. Sicario 2 lebih menekankan pada kesan corruption within the force dan abuse of power yang sudah dibangun di film pertamanya, di mana pemerintah pun sama nekad dan gilanya dengan para kartel dalam menjalankan misi mereka.

Selain itu, meski plot berjalan dengan rapih dan mudah dipahami, bisa dibilang catalyst dari plot dilemparkan begitu saja di pertengahan film, sehingga film agak berganti fokus di tengah cerita (sebenarnya sebelum terjadinya perubahan fokus ini, sudah ada beberapa scene yang mulai mengalihkan fokus cerita). Hal ini pun bisa mengganggu, secara ada porsi film yang jadinya terasa kurang bermakna. Meski begitu, porsi film itu pun tetap penting juga dalam mengarahkan plot to the state it was. Akan tetapi, bisa pula pergantian fokus ini dimaknai sebagai when the actual plot started, di mana berarti adegan-adegan sebelumnya adalah catalyst sebenarnya (tapi kalau begini agak telat sih mulai plotnya, secara ini terjadi di pertengahan film).

Juga, ada pula adegan yang terasa seperti “betul-betul hoki” (kalau sudah nonton pasti tahu maksud saya adegan yang mana), di mana si karakter berhasil hanya karena faktor keberuntungan saja, sehingga cukup mengikis kesan grounded yang sudah di-established sepanjang film berlangsung.

Untuk urusan akting, para aktor dalam Sicario 2 memberikan performance yang baik. Benicio del Toro memberikan kesan yang kuat sebagai seorang hitman yang dingin namun memiliki sisi lembut (agak mengingatkan saya dengan Leon dari Leon: The Professional (1994)), dan Josh Brolin pun dengan bagus berperan sebagai seorang yang berani melegalkan segala cara dalam melaksanakan misinya, oportunis. Selain itu, akting dari Isabela Moner sebagai anak bos kartel patut dipuji. Sifatnya yang pemberontak (berani berantem di sekolah karena kepsek takut dengan bapaknya), tapi bisa beradaptasi dan bahkan berempati kepada musuh ayahnya.

Sinematografi dan OST dalam film ini menurut saya sangat mirip dengan film pertamanya, betul-betul dibuat sejiwa meski sudah berganti sinematografer dan komposer (Dariusz Wolski menggantikan Roger Deakins sebagai sinematografer, Hildur Guðnadóttir menggantikan Jóhann Jóhannsson sebagai komposer). Seperti film pertamanya, Sicario 2 banyak menunjukkan view landscape bagi latar filmnya, juga tone nada OST yang subtle dan nge-bass.

Sutradara Stefano Sollima pun membangun atmosfer film yang cukup mirip dengan film pertama (sebelumnya disutradarai Denis Villeneuve), hanya saja dengan kesan vulnerability karakternya yang lebih hilang (tapi ini lebih karena penggunaan karakter yang di film pertamanya sudah di-established sebagai tough). But Sollima did a great job too though, di mana ia tetap bisa memunculkan kesan vulnerable itu lagi menjelang akhir.

Sicario: Day of The Soldado adalah sebuah film thriller dengan pacing yang lamban tapi pasti, dengan adegan-adegan yang tersusun rapi. Adegan aksi yang lamban pun membawakan kesan yang lebih realistis. Memang patut disayangkan bahwa ada tema yang hilang dari film pertamanya, but Sicario 2 is still a good watch.

source: imdb.com

Jordany Shohan