Sapardi Djoko – Puisi Seindah Alam

Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

 

Halo, Manis! Untuk kalian para pencinta puisi pasti tahu dong puisi barusan?

Yap, itu adalah salah satu puisi karangan Sapardi Djoko, seorang maestro puisi yang lahir 78 tahun silam di Surakarta, tepatnya pada 20 Maret 1940. Karya-karyanya dinikmati lintas generasi, karena bahasanya yang ringan tapi menyentuh. Ia banyak terinspirasi oleh alam, seperti hujan, daun, dan bunga.

Hatiku Selembar Daun

Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
Nanti dulu, biarkan aku sejenak berbaring di sini
Ada yang masih ingin ku pandang
Yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
Sebelum kau sapu taman setiap pagi

 

Sajak-sajak Sapardi telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah. Ia tidak saja aktif menulis puisi, tetapi juga cerita pendek. Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esai, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola. Selain menerjemahkan beberapa karya penyair luar seperti Kahlil Gibran, Jalaluddin Rumi, dan Mak Dizdar ke dalam bahasa Indonesia, Sapardi juga menulis ulang beberapa teks klasik, seperti Babad Tanah Jawi (2005) dan manuskrip I La Galigo.

Musikalisasi puisi karya SDD dimulai pada tahun 1987 ketika beberapa mahasiswanya membantu program Pusat Bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia. Kegiatan tersebut sebagai upaya mengapresiasikan sastra kepada siswa SLTA.

Beberapa tahun kemudian, lahirlah album “Hujan Bulan Juni” (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Setelah sebelumnya telah dijadikan lagu, komik, novel, Hujan Bulan Juni akhirnya hadir di layar lebar pada November 2017 kemarin dan disutradarai oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputra. Secara keseluruhan, Hujan Bulan Juni bisa menjadi pilihan tontonan semua orang. Pencinta sastra ataupun bukan, kamu tetap bisa menikmati film ini dan akan dimanjakan puisi-puisi indah karya Sapardi Djoko Damono. Film ini pun menghadirkan 9 puisi legedaris yang dibacakan langsung oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia seperti “Hujan Bulan Juni” dan “Aku Ingin”.

Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu 

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu 

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

 

source:
rappler.com

Miranda Essendaputri