Movie Review: The Shape of Water

Ditulis oleh
Jordany Shohan

Sutradara: Guillermo del Toro
Pemain: Sally Hawkins, Doug Jones, Michael Shannon, Richard Jenkins, Octavia Spencer
Rating: Dewasa

BEAUTY AND THE BEAST UNTUK ORANG DEWASA

Sebenarnya, seperti apakah sifat seorang manusia? Apakah yang membedakan sifat manusia dengan hewan? Inilah salah satu dari beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh film ini.

The Shape of Water bercerita mengenai Elisa Esposito (Sally Hawkins), seorang wanita bisu dengan kehidupannya yang sederhana, dan hanya memiliki hubungan yang bermakna dengan 2 orang saja, yaitu Giles (Richard Jenkins) tetangganya & Zelda (Octavia Spencer) si coworker, yang keduanya pun punya kehidupan serupa pula, sebagai kaum “terpencil”.

Suatu hari, didatangkan sebuah spesimen baru untuk penelitian di tempat Elisa bekerja. Melihat betapa kesepian dan menderitanya sang amphibian man (Doug Jones), si specimen, Elisa pun melihat refleksi akan keterbatasan dirinya dalam sang specimen, dan berusaha mengenal dan jatuh cinta kepadanya. Di saat sebagian besar orang hanya melihat si amphibian man yang tidak bisa bicara ini sebagai hewan, makhluk hina, Elisa menemukan kemanusiaan padanya.

Film ini didukung oleh acting yang solid dari para aktornya. Sally Hawkins dengan baik menggambarkan perasaan Elisa akan cinta, simpati tanpa kata-kata. Juga Doug Jones memberikan performance yang baik sebagai amphibian man, gesture sang amphibian man mirip dengan hewan sungai atau rawa (ikan, katak, belut, dsb), tapi tetap manusiawi. Para pemeran lain seperti Octavia Spencer dan Richard Jenkins sebagai Zelda dan Giles memberikan performance yang baik, believable. Michael Shannon, sekali lagi berperan sebagai karakter antagonis Kolonel Strickland. Karakter yang ia perankan dapat dibilang sedikit berlebihan, akan tetapi sangat pas dengan atmosfir dongeng dan inti cerita yang ingin disampaikan, terutama tentang tema kemanusiaannya.


Pada film ini, dibahas mengenai sifat apa yang mendefinisikan makhluk sebagai manusia. Di mana Elisa bisa merasakan cinta kepada amphibian man karena persamaan mereka (tidak bisa bicara), dan sifat overall amphibian man yang manusiawi (berjalan dengan 2 kaki, anatomi yang hamper persis dengan manusia, bisa berpikir seperti orang pada umumnya), maka mengapa ia tidak diperlakukan setara dengan manusia, atau setidaknya tidak dihina seperti hewan? Selain itu, Strickland memiliki sifat yang lebih kejam dan tidak manusiawi dibandingkan dengan sang amphibian man yang dianggap monster oleh para peneliti. Maka apakah amphibian man lebih manusiawi daripada manusia? Bagaimana kita mendefinisikan manusia? Fisik atau sifat?

Secara emosiaonal film ini bisa menggugah perasan penontonnya dengan teramat baik. It can make us feel what they want us to feel. Perasaan kasihan pada amphibian man, curhat Zelda pada Elisa, rasa seni Giles, dsb. Bagi saya, perasaan terkuat yang disampaikan film ini adalah saat film ini menunjukan perasaan jatuh cinta Elisa. It really is magic. Benar-benar penggambarannya terasa manis, cute, dan lembut, apalagi mengingat Elisa jatuh cinta pada makhluk NON MANUSIA. Apalagi saat adegan yang menunjukkan rasa kesepian Elisa dan rasa cinta yang ia bingung bagaimana cara mengungkapkannya. It work wonders.

Mulai bicara sisi teknis, camera works pada film ini bagi saya sangat dinamis, tidak ada shot yang terasa dull atau membosankan, juga penggunaan soundtrack tahun 50-an yang mengalir dengan lancar. Di sisi lain, film ini juga terasa seperti homage terhadap film-film era tersebut, juga film-film monster seperti The Creature From the Black Lagoon, yang menginspirasi del Toro.

Secara production design, The Shape of Water sangat baik dalam hal ini. Set designnya sukses menggambarkan suasana Baltimore, Amerika Serikat di tahun 50-an. Latar terasa sangat hidup dan nyata, meski bagi saya set tempat penangkaran amphibian man terasa kurang natural di beberapa tempat, terlalu seperti set film, kurang seperti penangkaran asli.


Make up dan special effect di film ini pun terbilang sangat baik. Memang tidak ada special effect jumbo ala ledakan film superhero, akan tetapi effect yang ada sangat menunjang suasana dan immersion yang ingin dimunculkan oleh para filmmaker, terutama pada scene yang bersifat dreamlike. 4 jempol naik saya berikan untuk desain dan make up amphibian man. Semua aspek mengenai amphibian man terasa sangat nyata, tidak hanya gesture, tapi juga desain sisik-sisiknya, tekstur kulit ala reptile dan ikan, bahkan cara kelopak matanya bergerak saat ia mengedipkan mata.

The Shape of Water adalah sebuah film dengan tema yang menarik, dengan eksekusi yang baik pula. Selain tema filosofisnya akan manusia, ia juga hadir sebagai film yang menghibur, dari permainan kamera, music, romansa, dan dialognya.

Source:
imdb.com