HIDUP JUJUR DAN SETIA SEBAGAI PENYANGKALAN DIRI
Esra Christian
1801407865
Sumber Gambar : http://transformationchurch.net/next-steps/followjesus-2/
Yesaya 53:4-12 & Markus 10:35-45
Hamba yang menderita adalah seorang yang jujur. Ia tidak memiliki cacat dan cela. Tetapi ia mau menyangkal diri dan menjadikan dirinya kurban bagi orang-orang yang berdosa. Secara gamblang dinyatakan: ”Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.” Ia dikurbankan seperti domba yang kelu, tidak berdaya di hadapan orang-orang yang hendak menggunting bulunya dan akhirnya mati. Tetapi pengorbanan hamba yang jujur itu berdampak pada umat manusia (Yesaya 53:9). Karena itu, Tuhan memberikan penghargaan bagi hamba yang jujur itu dan namanya dikenang oleh banyak orang.
Yakobus dan Yohanes adalah anak-anak dari Zebedeus dan kedua saudara itu meminta hal yang sama pada Yesus, guru-Nya. Mereka meminta kemuliaan berupa kekuasaan. Terhadap permintaan kedua saudara sedarah itu, Tuhan Yesus menjawab dengan suatu pertanyaan tantangan(ayat 38). Yesus menantang sekaligus mengingatkan apa artinya mengikuti Dia dalam kemuliaan-Nya. Mengikut Yesus berarti justru menyangkal diri, meninggalkan kemuliaan duniawi dan menempuh jalan kasih dan penderitaan sebagaimana Yesus jalani.
Sikap yang dikehendaki Allah adalah kesediaan untuk melayani. Melayani berarti berani meninggalkan sikap ambisius. Bahaya dari sikap ambisius adalah pengutamaan diri – yang adalah “musuh” dari penyangkalan diri. Dalam pengutamaan diri sering terjadi tindakan-tindakan seperti kekerasan, ketidakjujuran, menghalalkan segala cara demi pemenuhan ambisi pribadi. Kesetiaan dan kejujuran terlupakan ketika orang mementingkan dirinya sendiri. Sebaliknya, ketika kita menyadari panggilan untuk menyangkal diri, maka hidup jujur dan setia adalah salah satu wujudnya. Tuhan memberkati dan memampukan.
Sumber Penulisan/Daftar Pustaka : GKJ Bekasi Timur