Kasih Karunia: Anugerah yang Membentuk dan Kekuatan yang Mengubah
Ibrani 4:15-16 TB
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
Kasih karunia seringkali diajarkan sebagai anugerah yang tidak pantas kita terima dari Tuhan. Karunia keselamatan yang kita terima dari Tuhan Yesus memberikan kita jaminan akan hidup yang kekal (Roma 5:15). Hal ini benar adanya karena kita tidak layak menerima keselamatan, dan kita pun tidak layak memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus juga. Namun tidak hanya sampai situ, di keseharian kita, banyak hal yang kita juga tidak layak dapatkan. Kasih karunia Allah melampaui keselamatan kita. Ketika kita hanya membatasi kasih karunia pada keselamatan rohani dan hidup yang kekal, kita dapat berasumsi bahwa kita layak menerima hal-hal lain di hidup ini.
Pemahaman kasih karunia yang tidak lengkap tersebut terasa seperti hanya teori. Alkitab mengajarkan bahwa kasih karunia juga merupakan kekuatan atau pengaruh Tuhan yang bekerja dalam kita untuk mengubah kapasitas kita dalam ketaatan. Rasul Paulus menulis surat-surat kepada jemaat Korintus yang menekankan atas pemahaman tersebut (2 Kor. 9:8, 2 Kor. 12:9, dan 1 Kor. 15:10). Ibrani 4:16 juga mengajak kita untuk mencari rahmat dan kasih karunia Tuhan untuk pertolongan yang tepat pada waktunya. Ini menjadi pengingat bahwa kasih karunia Tuhan juga memberikan bantuan praktis dalam setiap kebutuhan kita, menguatkan kita untuk melakukan perbuatan baik, dan menyangkal diri kita sendiri. Pertolongan nyata dari Tuhan dalam hidup kita sehari-hari itu jugalah kasih karunia yang tidak pantas kita dapatkan.