Argumentasi Alam Semesta | Diciptakan atau Alami ?
Christopher Sean Gavriel / 2101725645
Pernah kah kamu bertemu dengan orang yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan? Pasti diantara kamu pernah mengalami perjumpaan dengan individu yang seperti demikian, entah itu di kampus, di tempat kerja ataupun di tempat umum lainnya. Ya, pandangan ini disebut dengan yang kita kenal sebagai “Atheism”, sebuah filosofi yang tidak memercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap pandangan “Theism”. Pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu memiliki penyebab alami dan tidak ada kekuatan supernatural yang bekerja.
Bagi kita orang percaya, tidak dipungkiri untuk kita bertemu dengan kelompok orang yang memegang paham tersebut, apalagi bagi kita kaum intelektual di dalam kampus dan tidak dipungkiri juga kita akan diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti “apa bukti Tuhan ada?”, “darimana kamu tahu pasti bahwa benar Tuhan yang menciptakan segala sesuatu?”, “Jika Tuhan bisa ada tanpa satu peyebab yang mengakibatkan, mengapa tidak demikian dengan alam semesta?”
Jika kita diperhadapkan dengan pertanyaan tersebut, rasanya ingin teriak dan minta tolong bukan? Banyak dari kita yang mungkin tidak akan menghiraukan dan tetep beriman teguh dengan tidak memperdulikan pertanyaan tersebut, namun mungkin ada juga yang bergulat dengan iman dengan memikirkan secara mendalam hal tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini lah yang menjadi tantangan bagi setiap anak Tuhan dalam mempertahankan imannya. Kabar baik jika kita tetap beriman, tetapi alangkah baik jika kita sebagai anak Tuhan memiliki iman yang berdasar dan tidak membabi buta. (1Petrus 3:15-16)
Oleh karena itu, kali ini kita akan mengupas sedikit mengenai argumentasi dari “apakah Tuhan ada?” dengan dasar teori kosmologi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, argumentasi yang perlu dibuktikan adalah bahwa alam semesta dimulai dengan suatu awal dan tidak hadir dalam keabadian.
Jika hal tersebut bisa dijawab dengan baik, maka pertanyaan selanjutnya yang perlu dijawab adalah “Apakah benar Tuhan yang menciptakan segala sesuatunya dari awal, atau apakah itu hanya fiksi yang dibuat-buat orang Kristen belaka?”
Dalam menjawab skeptisisme dari awal alam semesta, kita akan menggunakan “argumentasi awal mula alam semesta” / “first-cause argument” yang disampaikan oleh Dr. William Lane Craig (ReasonableFaith.org) dengan teorinya yang bernama “Kalam Cosmological Argument” yang menyatakan bahwa pasti ada penyebab yang membuat alam semesta menjadi ada dari suatu ketiadaan/kehampaan.
Kalam Cosmological Argument milik Dr. Craig dapat diringkas menjadi :
- Whatever begins to exist has a cause (Apapun yang mulai ada pasti ada penyebabnya)
- The universe began to exist (Alam semesta memiliki permulaan)
- Therefore, the universe has a cause (Oleh karena itu, alam semesta memiliki suatu sebab)
Untuk dapat mencapai kesimpulan pada nomor 3, kita terlebih dahulu harus menjawab pernyataan yang didapati pada nomor 1 & 2.
- “Whatever begins to exist has a cause”
Dalam menjelaskan pernyataan tersebut, coba kita pikirkan jika sesuatu bisa ada dari ketiadaan secara tiba-tiba, mengapa kita tidak melihat fenomena seperti demikian setiap waktu di dunia? Pada kenyataannya, bukti pengalaman dan bukti secara ilmiah membuktikan bahwa ketika sesuatu “ada”, pasti ada yang menyebabkan sesuatu tersebut untuk ada. Mempercayai sesuatu ada tanpa suatu penyebab sama saja dengan mempercayai magic yang memunculkan kelinci dengan tongkat ajaib.
Hal ini sejalan juga dengan prinsip “Hukum Kausalitas” / “Law of Causality” yang digagaskan oleh Aristotle dalam teori filosofi, dimana setiap perubahan di alam dihasilkan oleh beberapa penyebab.
- “The universe began to exist”
Pada pernyataan kedua, kita sampai pada argumentasi awal mula alam semesta. Pada bagian ini, teori yang disampaikan oleh Dr. Craig juga serupa dengan teori Dr. Frank Turek (CrossExamined.org) yang menyikapi first cause argument dengan acronym “S.U.R.G.E”. Melalui acronym S.U.R.G.E, kita dapat dengan lebih mudah mengerti dan mengingat argumentasi awal mula alam semesta.
a. S = “Second Law of Thermodynamics”
Hukum kedua termodinamika menyebutkan bahwa arus kalor memiliki arah; dengan kata lain, tidak semua proses di alam semesta adalah reversible. Contoh yang paling sering digunakan adalah ketika sebuah benda panas ditempatkan berkenaan dengan benda dingin, energi panas akan mengalir dari yang lebih panas ke yang lebih dingin, tidak pernah secara spontan dari lebih dingin ke lebih panas. Hukum ini juga menyatakan bahwa energi yang telah digunakan akan berkurang, seperti contoh sebelumnya, energi panas yang sudah dikeluarkan mengalir pada object dingin tidak akan bisa dikembalikan (conserved), tetapi akan habis/hilang.
Sama halnya dengan alam semesta, banyak bukti yang telah menunjukkan bahwa seiring berjalannya waktu, jumlah energi di alam semesta semakin berkurang. Banyak dari kita juga telah mengetahui para ilmuwan telah menyetujui bahwa matahari menjadi salah satu sumber energi di luar angkasa yang akan kehabisan “bahan bakar” (hydrogen) dan mengalami kematian. Agar lebih mudah dimengerti, mari kita coba membayangkan baterai. Dalam setiap gadget yang kita gunakan, pastinya memiliki sebuah baterai yang memberikan energi untuk setiap elektronik. Jika kita menggunakan gadget tersebut terus menerus, tentu baterai dari gadget tersebut akan mengalami kehabisan energi. Coba bayangkan baterai tersebut sebagai alam semesta, maka apa yang akan terjadi jika sebuah alam semesta ada dalam keabadian?
Jawabannya adalah tentu saat ini bintang seperti matahari sudah kehabisan “bahan bakarnya”, dan secara singkat kematian matahari akan merujuk pada lenyapnya mahluk hidup di bumi termasuk manusia. Darisini kita dapat menyimpulkan bahwa alam semesta pasti memiliki “awal mulanya”.
b. U = “Universe is Expanding”
Tahukah kamu bahwa alam semesta terus berkembang dan meluas dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya, bahkan kecepatannya diduga semakin bertambah dari waktu ke waktu. Ya, alam semesta kita ini sangat amat luas. Mungkin sulit untuk membayangkannya, oleh karena itu berikut sedikit gambaran yang dimulai dari tempat tinggal bumi kita ini. Pada semasa menjadi pelajar di sekolah, kita semua belajar bahwa bumi berada di tata surya bersamaan dengan 8 planet lainnya, yang berada didalam galaksi bima sakti. Tapi tahukah kamu, untuk keluar dari galaksi bima sakti, kamu akan membutuhkan waktu sebanyak 26.000 tahun cahaya atau setara dengan 26.000 triliun kilometer. Galaksi Bima Sakti sendiri merupakan bagian dari Local Group (2.3 million light years) bersama dengan 54 galaksi lainnya dan Local Group merupakan bagian dari Virgo Supercluster (2.000 galaxies – 65 million light years) yang menjadi bagian dari Laniakea Supercluster (100.000 galaxies – 520 million light years). Sangat luas bukan? Namun belum selesai sampai disini, semua yang disebutkan sebelumnya merupakan supercluster yang dapat diukur oleh peneliti dengan sebutan Observable Universe atau alam semesta yang dapat diamati dengan ilmu matematika dan fisika, diluar itu, alam semesta yang belum dapat diamati ilmuwan masih sangat luas dan seperti yang telah disebutkan, alam semesta terus meluas dengan cepat.
*Supercluster = suatu struktur alam semesta yang terdiri dari beberapa gugusan galaksi dan grup galaksi
Teori tersebut pertama kali dikemukakan oleh Alexander Friedmann dan George Lemaitre yang memprediksikan perluasan alam semesta melalui pengembangan yang mereka lakukan terhadap rumus “General Relativity” milik Albert Einsten. Teori ini kemudian dibuktikan oleh Edwin Hubble pada tahun 1929, dimana Hubble berhasil mengukur adanya “Red Shift” cahaya dari galaksi yang jauh. Red Shift atau Pergeseran Merah sendiri adalah fenomena dimana spektrum cahaya yang terpancar oleh galaksi lain bergeser menjadi frekuensi yang lebih rendah. Dengan kata lain, cahaya yang dapat dilihat oleh pengamat dari antar galaksi menjadi lebih redup dari waktu ke waktu, dimana hal ini membuktikan bahwa memang galaksi menjauh dari satu sama lain seiring berjalannya waktu sehingga membuktikan bahwa teori alam semesta terus berkembang/meluas adalah benar adanya. Teori Hubble tidak hanya membuktikan bahwa alam semesta berkembang, tetapi juga membuktikan bahwa alam semesta muncul dari satu titik (single point) dalam suatu masa lalu yang terbatas (finite past) *(memiliki awalnya mulanya, tidak abadi)
Maka jika memutar kembali waktu, semakin kebelakang ke masa lalu, ruang alam semesta akan menjadi lebih kecil daripada masa sekarang, dan semakin kita lanjutkan terus ke masa lampau, kita akan sampai pada awal dari ketiadaan apapun.
c. R = “Radiation Afterglow”
Melanjutkan teori sebelumnya, teori tersebut terus dikembangkan dari waktu ke waktu dalam ilmu astronomi sampai pada tahun 1948 ilmuwan mulai menggagaskan teori yang kita kenal dengan “Big Bang” atau ledakan besar. Mulai darisitu, ilmuwan dari penjuru dunia mulai mencari bukti kebenaran dari teori Big Bang, benarkah alam semesta berasal dari sebuah ledakan? Jika ya apa buktinya? Pertanyaan tersebut kemudian dibuktikan ketika dua ilmuwan Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1964 menemukan sisa-sisa panas (remnant heat) dari radiasi hasil ledakan Big Bang dengan menggunakan teleskop radio. Teori ini disebut dengan teori cosmic microwave background radiation (CMBR) yang merupakan radiasi termal yang mengisi alam semesta secara seragam dimana mungkin cahaya tidak lagi terlihat karena panjang gelombang telah diregangkan oleh alam semesta yang mengembang, tetapi panas dari ledakan awal masih dapat dideteksi melalui bagian gelombang mikro dari spektrum elektromagnetik. Penemuan Penzias dan Wilson ini menjadi bukti pendukung nyata untuk teori Big Bang / awal mula alam semesta.
d. G = “Great Galaxy Seeds”
The Great Galaxy Seeds pada dasarnya adalah kumpulan materi, tidak terlalu kecil untuk dihamburkan dan tidak terlalu besar untuk membuat alam semesta baru runtuh dengan sendirinya. Setelah penemuan radiasi oleh Penzias dan Wilson, para ilmuwan berteori bahwa pasti ada variasi suhu yang sangat kecil di dalam pancaran radiasi yang memungkinkan galaksi-galaksi terbentuk di alam semesta awal. Untuk mengukur hal tersebut, pada tahun 1989 NASA meluncurkan satelit bernama COBE (Cosmic Background Explorer) ke orbit untuk mengelilingi bumi.
Setelah mengorbit bumi dan melakukan pengukuran selama beberapa tahun dengan DIRBE Optical Path Diagram, pada tahun 1992 astronom George Smoot mengumumkan bahwa COBE telah mendeteksi sedikit variasi suhu. Namun tidak hanya itu, para ilmuwan bahkan menemukan presisi luar biasa yang dimiliki oleh alam semesta, dimana penemuan ini menunjukkan bahwa ledakan dan perluasan alam semesta secara tepat diatur untuk menyebabkan materi yang cukup agar terbentuk bersama-sama, tetapi juga tidak terlalu banyak sehingga alam semesta dapat runtuh kembali dengan sendirinya. Variasi apa pun itu dengan satu atau lain cara tidak akan menghasilkan terbentuknya galaksi.
e. E = Einstein’s General Relativity
Albert Einstein menjadi salah satu tokoh terdahulu dari berkembangnya teori awal dari alam semesta, dimana pada tahun 1915, Einstein menggagaskan teori general relativity yang menjelaskan gravitasi sebagai properti ruang-waktu daripada gaya (force), yaitu sebagai kelengkungan ruang-waktu, yang disebabkan oleh materi dan energi. Setiap massa menyebabkan ruang-waktu melengkung, dan massa lainnya mengikuti kurva ini, maka massa yang lebih besar akan menyebabkan ruang dan waktu lebih melengkung lagi. Dari rumus ini lah Alexander Friedmann dan Georges Lemaitre memprediksi bahwa alam semesta harus berevolusi sebagai respons terhadap semua energi yang dikandungnya. Mereka berpendapat bahwa alam semesta harus dimulai dari kecil dan padat, kemudian mengembang dan menipis seiring waktu. Sebagai hasilnya, galaksi harus saling menjauh. Einstein awalnya skeptis terhadap kesimpulan Friedmann dan Lemaître, dan lebih mencondong pada alam semesta yang statis. Namun penemuan Edwin Hubble lah yang mengubah pikirannya. Ketika Hubble menemukan pergeseran merah (red shift) di galaksi, Hubble menghubungi Einstein dan mengatakan, “Apa yang anda prediksi pada tahun 1916 oleh Relativitas Umum, saya saksikan melalui teleskop saya.”, kemudian mengundang Einstein untuk datang dan melihatnya sendiri. Beberapa saat setelah melihat melalui teleskop milik Hubble pada 1931, Einstein mengatakan, “Saya sekarang melihat perlunya sebuah permulaan. Alam semesta memang memiliki awal. Yang saya minati sekarang adalah menemukan pikiran Tuhan. Sisanya adalah detail. ”Einstein tidak pernah menyatakan atau mengindikasikan dirinya seorang yang percaya. Namun terlepas dari itu, teorinya telah terbukti akurat menunjukkan bahwa ruang, waktu, dan materi memiliki awal dari sebuah ketiadaan.
3. “Therefore, the universe has a cause”
Dari acronym tersebut, kita sudah melihat teori dari ilmuwan-ilmuwan hebat dan dapat menyimpulkan bahwa secara sains, alam semesta memang memiliki awal dari eksistansinya.
Sehingga kita dapat menyatakan bahwa gagasan kesimpulan nomor 3 dari Kalam Cosmological Theory bahwa “alam semesta memiliki suatu sebab” adalah benar.
Jika hal tersebut dapat dijawab dengan baik, maka pertanyaan selanjutnya yang perlu dijawab adalah “Apakah benar Tuhan yang menciptakan segala sesuatunya dari awal, atau apakah itu hanya fiksi yang dibuat-buat orang Kristen belaka?”
Jika kita sudah mengetahui pasti bahwa alam semesta memiliki awal dan dimulai dari suatu titik yang mengembang. Maka sebelum semua ini ada dalam eksistansi, sebelumnya merupakan ketiadaan / kehampaan. Teori general relativity yang digagas Einstein menyatakan bahwa waktu, ruang dan materi hadir dalam eksistansi bersamaan dengan adanya alam semesta, maka sebelum alam semesta hadir dalam eksistansi, kita tidak akan mendapatkan adanya waktu, ruang dan materi.
Darisini kita dapat menyimpulkan bahwa yang mengakibatkan adanya alam semesta haruslah memiliki kriteria sebagai berikut :
· Spaceless ( tanpa ruang karena menciptakan ruang )
· Timeless ( Tak memiliki waktu karena menciptakan waktu [Abadi] )
· Immaterial ( tidak material karena menciptakan materi )
· Powerful ( kuat karena menciptakan dari ketiadaan )
· Intelligent ( cerdas karena peristiwa penciptaan dan alam semesta dirancang dengan presisi yang tepat )
· Personal ( pribadi karena membuat pilihan untuk mengubah keadaan tidak ada menjadi sesuatu [kekuatan impersonal tidak membuat pilihan] )
Sekarang jika kita memikirkan baik – baik, atribut – atribut diatas merupakan atribut yang sama dari yang kita definisikan sebagai “Tuhan” dalam Alkitab. Maka jika pertanyaan “bagaimana alam semesta bisa ada?” muncul kembali, tentu saja jawabannya penciptaan dari kekuatan supranatural Tuhan. Jika ada lagi yang menggagaskan pribadi / kuasa selain Tuhan yang dianggap dapat memenuhi kriteria diatas, sepertinya orang tersebut sedang mengimajinasikan pertualangan antar dimensi yang hanya terdapat di film genre science fiction. Topik ini lah yang kebanyakan ilmuwan tidak pernah ingin sangkut pautkan, keberadaan dari seorang pencipta, seorang desainer cerdas yang tidak terlihat. Bahkan selama beberapa abad, banyak dari ilmuwan yang berusaha datang dengan teori baru bahwa alam semesta tidak memiliki awal, tetapi merupakan alam semesta yang statis dan ada sejak keabadian atau terdapat alam semesta lain sebelum terjadinya Big Bang. Namun, pada kenyataannya dari waktu ke waktu, satu per satu dari teori – teori ini perlahan berjatuhan karena tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Semenjak itu belum pernah ada lagi teori yang secara sah dapat menyatakan bahwa terdapat sesuatu sebelum dari ketiadaan. Seorang ilmuwan atheist, Stephen Hawking pernah meresponi argumentasi tersebut dengan kalimat: “mempertanyakan apa yang ada sebelum Big Bang adalah seperti bertanya arah ke ujung dunia. Bumi adalah bulat (sphere) dan tidak memiliki ujung. Maka mencari ujungnya adalah usaha yang sia-sia.”
Pemikiran akan mengapa orang yang berhubungan dengan dunia sains sulit percaya dengan Tuhan muncul ketika penulis menonton sebuah sitcom bernama “The Big Bang Theory”, dimana Sheldon Cooper yang merupakan tokoh anak kecil dengan karunia kepintaran lebih daripada biasanya, suatu kali mendapati kondisi dimana ibu nya yang merupakan seorang percaya sedang meragukan imannya. Pada saat itu, Sheldon kecil yang tidak mempercayai Tuhan mencoba membantu menyakinkan iman ibu nya dengan penjelasan saintifik bahwa gaya gravitasi memiliki kekuatan yang tepat dan presisi seperti yang dibutuhkan, kekuatan yang lebih atau kurang sedikit saja akan mengakitbatkan kehancuran. Kemudian Sheldon juga menambahkan bahwa jika rasio gaya elektromagnetik dengan gaya kuat tidak 1%, tidak akan ada kehidupan yang berlangsung di dunia.
Pada intinya, Sheldon mencoba untuk menyatakan bahwa komponen yang membangun alam semesta memiliki presisi yang kecil peluang kemungkinannya untuk terjadi dengan sendirinya. Ketepatan presisi alam semesta membuat kesimpulan adanya seorang pencipta menjadi logis.
Hal yang disampaikan Sheldon sesuai dengan teori “The Great Galaxy Seeds” yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa kumpulan benih materi yang cukup membentuk alam semesta menjadi sangat presisi. Mengingat hal ini, perancang cerdas (Intelligent Designer) masih diperlukan untuk menjaga keseimbangan benih-benih ini secara wajar. Tanpa seorang perancang dan semata-mata hanya didasarkan pada gagasan makroevolusi, hal ini dapat dianggap tidak masuk akal bahwa alam semesta yang baru dibuat dapat secara spontan mempertahankan stabilitas setelah reaksi yang brutal.
Meskipun begitu, Sheldon tetap tidak ingin mempercayai Tuhan. Maka sebenarnya apakah keputusan untuk tidak mempercayai Tuhan adalah logis, atau kekeras kepalaan semata untuk hidup semaunya sendiri saja tanpa suatu kekangan?
—
Mungkin argumentasi diatas tetap akan menjadi perdebatan dalam keKristenan karena menjadikan teori Big Bang sebagai dasar. Namun terlepas itu semua, Big Bang merupakan standar pengetahuan yang sudah diterima oleh hampir seluruh umat manusia yang seringkali menjadi senjata untuk melawan keKristenan, tetapi justru darisini kita tahu, bahkan melalui Big Bang pun, kita tidak akan dapat terlepas dari keberadaan dari seorang pencipta yang mahakuasa, seorang pribadi yang supranatural, Tuhan.
Referensi :
https://www.britannica.com/topic/atheism
https://www.sabda.org/pesta/apologetika_kristen_tanggung_jawab_semua_anak_tuhan
https://www.reasonablefaith.org/writings/popular-writings/existence-nature-of-god/the-kalam-cosmological-argument
https://www.biblocality.com/forums/showthread.php?6670-Acronym-S-U-R-G-E-Proves-God-Created-the-Universe
https://crossexamined.org/big-bang-evidence-for-god/
https://plato.stanford.edu/entries/aristotle-causality/
https://www.space.com/14732-sun-burns-star-death.html
https://astronomy.com/magazine/ask-astro/2021/04/ask-astro-what-will-happen-to-earth-when-the-sun-dies
https://www.britannica.com/science/second-law-of-thermodynamics
https://science.nasa.gov/observable-universe
https://id.wikipedia.org/wiki/Supergugus
https://www.space.com/33306-how-does-the-universe-expand-faster-than-light.html
https://www.nature.com/articles/d41586-019-02198-z
https://www.bbc.com/future/article/20210326-the-mystery-of-our-expanding-universe
https://www.pnas.org/content/112/11/3173
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pergeseran_merah
https://www.physicsclassroom.com/class/waves/Lesson-3/The-Doppler-Effect
https://en.wikipedia.org/wiki/Big_Bang
https://phys.org/news/2015-12-big-theory.html
https://www.space.com/33892-cosmic-microwave-background.html
https://www.aps.org/publications/apsnews/200207/history.cfm
https://prezi.com/s6tdmytbiqo8/the-great-galaxy-seeds/
https://science.nasa.gov/missions/cobe
https://www2.lbl.gov/Publications/Nobel/
https://www.space.com/17661-theory-general-relativity.html
https://vis.sciencemag.org/generalrelativity/
https://www.newscientist.com/article/mg20727672-200-general-relativity-the-expanding-universe/