Memupuk Ikatan Persaudaraan di Tengah Badai

Pandemi Covid-19 yang merebak sejak awal tahun 2020 kemarin masih berlanjut hingga sekarang dan entah hingga kapan kita harus bersahabat dengan masker dan protokol kesehatan lainnya. Rasa rindu bertemu dan keinginan untuk berkumpul bersama yang terkasih tentu semakin menggebu mengingat vaksinasi yang sedang gencar dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat. Kehadiran vaksin bak bentangan oasis di savana yang diharapkan keberadaannya oleh semua orang. Tetapi, apakah vaksin merupakan solusi dari pandemi Covid-19 ini? Tentu tidak. Divaksin tanpa adanya kesadaran untuk menjaga dan melindungi kesehatan bersama serta abai terhadap protokol kesehatan tentunya tidak akan memperbaiki apapun.

Bicara soal vaksin dan Indonesia tentu tidak dapat lepas dari konsep yin & yang  sebagai representasi bentuk keseimbangan. Kehadiran vaksin yang ibarat anugerah juga dibarengi dengan berbagai macam petaka yang menghujam Indonesia sebagai negara multikultur. Rakyat Indonesia mengawali tahun 2021 dengan rentetan bencana seperti kecelakaan pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di Kepulauan Seribu pada tanggal 9 Januari 2021 yang kemudian disusul oleh peristiwa tanah longsor di Kabupaten Sumedang. Tidak sampai disitu saja, 15 Januari 2021, Kabupaten Majene dan Mamuju dihantam gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,2. Baru-baru ini juga masyarakat Indonesia dihebohkan dengan teror bom bunuh diri di Katedral Makassar pada tanggal 28 Maret 2021 yang bertepatan dengan perayaan paskah oleh umat Kristiani dan Katolik.

Berbagai bencana seakan mencoba untuk menguji persatuan Indonesia yang sudah terpupuk jauh sebelum era kemerdekaan. Teror bom di Katedral Makassar menjadi salah satu yang sangat berdampak karena menyerang salah satu objek vital yang memungkinkan pecahnya ketegangan antar agama di Indonesia. Berbagai kejadian pahit yang menerjang Indonesia mengingatkan kita pentingnya untuk menjaga kepala kita masing-masing untuk tetap dingin dan tetap bersatu untuk menjaga payung persaudaraan dari badai yang sedang memporak porandakan Indonesia.

Patricia Anjani