Only By His Grace

Sejak awal, manusia telah jatuh ke dalam dosa. Kita semua telah melanggar kehendak Allah dan akibatnya kita menjadi terpisah dariNya. Dosa membawa kita ke dalam kehancuran, penderitaan, dan semakin jauh dari Tuhan. Tidak ada satupun yang dapat kita lakukan untuk menebus kesalahan kita sendiri. Upaya manusia, sebaik apapun tidak akan pernah cukup untuk membayar harga dosa.

Namun, perlu kita ingat bahwa kasih Tuhan begitu besar bagi kita (Yohanes 3:16). Ia tidak membiarkan manusia binasa dalam dosa. KasihNya nyata melalui tindakanNya, Ia mengutus anakNya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus, untuk datang ke dunia. Yesus hidup tanpa dosa, tetapi Ia rela menanggung hukuman dosa kita. Salib sebagai bukti kasihNya yang terbesar. Di sana, Yesus disalibkan, menanggung penderitaan yang seharusnya kita alami, dan mati menggantikan kita. KematianNya bukanlah akhir dari segalanya. Pada hari yang ketiga, Yesus bangkit
diantara orang mati. KebangkitanNya adalah bukti kuasaNya atas dosa dan maut. Ia telah menang dan melalui kemenanganNya, kita pun diberi kesempatan untuk hidup dalam kemenangan.

Peristiwa kebangkitan Yesus inilah yang kita peringati sebagai hari Paskah. Paskah bukan hanya sebuah peristiwa sejarah, tetapi juga panggilan bagi kita untuk merespons kasih Tuhan. Yesus menawarkan hidup baru bagi siapa saja yang mau percaya kepadaNya. Ia tidak hanya menebus kita dari dosa, tetapi juga memberikan kesempatan untuk hidup dalam kasih dan kemenanganNya.

Paskah mengingatkan kita bahwa kasih Allah tidak hanya mengampuni, tetapi juga mengubahkan. Kita sebagai manusia yang sudah diselamatkan sepatutnya tidak menyia-nyiakan
anugerah ini. Oleh karena itu, jadilah pribadi yang lebih baik, hidup dalam kasih, dan setia mengikuti jalan Tuhan. Biarlah kebangkitan Yesus memberikan kita semangat baru untuk hidup dalam kemenangan.

Pengorbanan-Nya di kayu salib adalah wujud kasih yang terbesar bagi umat manusia. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan kita, melainkan karena kasih karunia-Nya yang tak ternilai. Jesus Bless You.

Sarah Valencia Haryanto