Sebab Ia Baik!
Bersyukur jadi lebih gampang waktu kita menyadari apa yang kita miliki. Bersyukur masih bisa naik angkot – kalau jalan kaki pasti capek banget. Bersyukur bisa makan dan minum walopun sederhana – ada anak-anak di negeri antah berantah nun jauh di sana yang kena busung lapar karena kesulitan pangan. Bersyukur masih bisa tinggal di kos-kosan – ada orang-orang yang menggigil di emperan toko malam ini; dan sejumlah hal sederhana lainnya yang kita miliki yang tentu saja bisa mengundang luapan ucapan syukur kepada Tuhan. Sungguh kebiasaan sepele yang seharusnya kita lakukan setiap hari; melihat sekeliling kemudian menghitung berkat-berkat kecil pemberianNya yang suka terlupakan. Mungkin kita bisa belajar dari Pemazmur yang berseru, “Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya”.
Tutur syukur yang sama juga masih terungkap kepada Tuhan, Sang Pemberi, hanya saja alasan bersyukurnya tak lagi disebabkan oleh apa yang kita miliki, alih-alih bersyukur sebab kebaikan Tuhan dan kesetiaanNya untuk selamanya.
Bersyukur sebab Tuhan kita adalah Tuhan yang baik, yang bisa bikin bersyukur jauh lebih mudah. Tak peduli suatu hari kelak kita tak lagi mampu naik angkot, kena busung lapar atau harus tidur di emperan, kita tak akan berhenti bersyukur karena yang kita syukuri tak lagi disebabkan sekedar atas apa yang Ia berikan dan kita miliki, namun sebab Ia baik dan bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya!
Heri Kurniawan (Alumni PO Binus – Binusian 2012)