[Review] Midnight Diner: Seri Televisi yang Menceritakan Masalah Duniawi Masyarakat Jepang

Irasshai! Minna-san, apakah kalian pernah penasaran bagaimana hidup orang Jepang disana? Bagi kalian yang pernah penasaran, saya punya menu yang pas buat kalian, yaitu ulasan seri televisi dari Netflix, Midnight Diner. Jangan khawatir, minna-san! Ulasan ini tidak mengandung spoiler dan hanya mencakup alasan mengapa seri ini patut atau tidak untuk ditonton kalian. Kalian pasti sudah penasaran bagaimana rasa menu kali ini, kan. Yuk, simak lebih lanjut!

Midnight Diner atau dalam Bahasa Jepang disebut 深夜食堂(Shinya Shokudou) merupakan seri televisi yang diadaptasikan dari manga yang memiliki judul yang sama, karya Yarou Abe. Kisah Midnight Diner mengikuti seorang pemilik (biasa disebut “Master”) kedai kecil yang buka dari tengah malam sampai jam 7 pagi. Kedai ini hanya memiliki 4 barang dalam menunya. Namun, hal yang istimewa tentang kedai ini adalah Master-nya dapat membuatkan apa saja selama ada bahannya. Dalam kedai inilah kita menyaksikan para pelanggan saling bertukar cerita kehidupannya, hal ini membuat kita sebagai penonton merasa seperti salah satu pelanggan di kedai tersebut.

Seri ini berlatar di Shinjuku, Tokyo, distrik hiburan terbesar di Jepang. Oleh karena itu, karakter dan topik yang diangkat dalam seri ini diacukan lebih untuk penonton yang sudah dewasa, seperti stripper, yakuza, dan perselingkuhan. Meskipun begitu, nilai-nilai yang dapat dipelajari dalam cerita ini dapat berlaku ke semua kalangan umur. Jadi, kaum remaja juga direkomendasikan untuk menonton seri ini, asalkan diawasi orang dewasa ya!

Pada waktu penulisan ulasan ini, seri ini memiliki tiga season dengan masing-masing season memiliki sepuluh episode. Seri ini memiliki format seperti cerita pendek, di mana setiap episode mengangkat cerita dari pelanggan yang berbeda dan biasanya cerita dari satu episode tidak bersambung ke episode lain. Oleh karena itu, penonton bisa menonton episode mana pun tanpa harus menonton episode sebelumnya.

Keunggulan pertama seri ini adalah bagaimana cara penyajian informasi yang membuat penonton merasa seperti bagian dari komunitas kedai tersebut. Penonton tidak diberikan eksposisi tentang latar belakang setiap karakter baru muncul. Melainkan, hampir semua informasi tentang karakter dalam cerita ini berasal dari dialog antar karakter dan kelakuan karakter tersebut sendiri. Jadi, hal yang diketahui oleh penonton tidak jauh beda dengan hal yang diketahui pelanggan lain dalam cerita. Begitulah seri ini membuat kita sebagai penonton merasa seperti bagian dari komunitas kecil kedai tersebut. Kita sebagai penonton jarang mengetahui apa yang dipikirkan oleh seorang karakter. Tidak ada monolog atau penjelasan langsung mengapa karakter ini melakukan hal itu. Namun, dengan menonton seri ini dan mengikuti kisah karakter tersebut, penonton dapat melihat dan mengerti watak karakter tersebut dan dari situ, penonton dapat memahami sendiri alasan dari mengapa karakter tersebut melakukan hal tertentu.

Keunggulan berikutnya adalah nilai-nilai tersirat yang dihidangkan dalam seri ini. Bagaikan seri ini menyajikan informasi tentang karakternya, seri ini juga menyampaikan amanat yang ingin disampaikan dengan cara yang sama. Karena amanat dalam seri ini tidak dikatakan langsung, masing-masing penonton mempunyai interpretasi amanat yang berbeda setiap episodenya.

Salah satu amanat yang paling jelas dalam seri ini adalah cara melepaskan sesuatu. Setiap episode dalam seri ini biasanya mengikuti formula yang sama. Seorang pelanggan akan menceritakan masalahnya kepada master, lalu master akan memberikan nasihatnya. Setelah itu, pelanggan tersebut akan menyelesaikan masalahnya. Meskipun terdengar simpel, setiap karakter pelanggan memiliki masalah sendiri yang unik dan berbeda dari karakter lainnya.

Dalam seri ini, tidak semua episode berakhir dengan karakter tersebut bahagia. Pada episode yang tidak berakhir dengan bahagia ini, karakter yang mengalami masalah terpaksa untuk merelakan sesuatu yang ia pegang erat untuk menyelesaikan masalahnya. Entah itu, orang yang ia cinta, barang berharga, atau prinsip hidup. Dalam aspek inilah seri ini sangat menangkap esensi hidup yang penting, yaitu terkadang kita harus rela melepaskan sesuatu demi melanjutkan kehidupan kita. Apabila tidak, masalah tersebut tidak akan pergi dan hidup kita akan tersendat.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, seri ini memiliki formula setiap episodenya. Meskipun setiap episode memilik masalah lain yang unik, karena format setiap episodenya yang selalu sama, setiap cerita menjadi mudah diprediksi. Setiap episode menjadi semakin mudah untuk ditebak resolusinya, apakah baik atau buruk, apakah senang atau tidak. Oleh karena itu, hal ini mungkin akan membuat beberapa orang merasa bosan, karena merasa sudah dapat melihat akhiran ceritanya sebelum ceritanya selesai.

Ditambah lagi, tidak semua masalah yang diangkat sama serunya dengan masalah lainnya. Hal ini membuat beberapa episode terasa lama dan malah membosankan untuk ditonton. Terkadang juga, ada masalah yang terlalu unik yang membuat penonton susah untuk bersimpati dengan karakternya dan berujung dengan penonton tidak tertarik dengan karakter atau episode tertentu.

Pada akhirnya, Midnight Diner bukanlah sebuah seri yang sempurna atau masterpiece. Meskipun begitu, mayoritas cerita dan masalah yang diangkat tetaplah bagus. Pesan-pesan yang ingin disampaikan tersampaikan dengan baik, walaupun secara tersirat. Seri ini cocok bagi orang-orang yang ingin melihat sisi Jepang lainnya atau kalangan muda yang penasaran dengan masalah-masalah mungkin akan dihadapi ketika sudah dewasa.

Bagaimana, minna-san? Apakah kalian tertarik untuk menonton Midnight Diner? Ulasan ini dibuat sedemikian rupa agar tidak mengandung spoiler sama sekali dan kalian masih bisa menikmati Midnight Diner setelah membaca ulasan ini. Itu saja untuk artikel kali ini, terima kasih dan sampai jumpa!

Penulis:               59ducks
Editor:                 Nao

Sumber:
IMDb
AsianWiki