Orang Yang Paling Cerdas

cerdas

download rekaman artikel ini disini

Menurut kamu, siapa kah orang yang paling cerdas? Apakah orang yang nilai ulangan hariannya selalu dapet 100? atau yang IPK nya di atas 3,5? (langsung cek ijazah atau LHSS, IPK gw berapa yah?  Atau orang yang paling cerdas itu adalah orang yang IQ nya di atas 145? Seperti Albert Einstein yang IQ nya 160, atau Issac Newton (IQ 190), atau Chris Langham yang diakui sebagai orang paling pintar di Amerika (IQ 195)

Selama ini, sudah melekat di pikiran kita bahwa kecerdasan seseorang itu dinilai dari IQ nya. Dari semenjak Sekolah Dasar, diri kita sudah ‘dinilai’ dan ‘di-judge’ bahwa kita begini, kita begitu melalui sebuah tes IQ. Saya khawatir terhadap anak-anak yang IQ nya di bawah rata-rata atau bahkan sangat rendah, menjadi tidak percaya diri sehingga menjadi efek negatif ke depannya.

Terlepas dari itu semua, ternyata ada satu ukuran yang tidak pernah terpikirkan oleh kita—karena kurangnya ilmu yang kita miliki. Dan ukuran ini yang menurut saya paling valid karena disampaikan langsung oleh orang yang terpercaya, pembawa risalah yang mulia, Rasulullah SAW, yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.

Suatu hari, Ibnu Umar Radhiyallaahu ‘Anhuma sedang duduk bersama Rasulullaah Shalallaahu ’alaihi wa salam. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki dari kalangan anshor kemudian mengucapkan salam kepada Nabi Shalallahu ’alaihi wa salam. Lalu ia bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?” Rasulullah pun menjawab, “Yang paling baik akhlakny.” Kemudian ia bertanya lagi, “Siapakah orang mukmin yang paling cerdas, yaa Rasulullah?.” Beliau menjawab, “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas”.

Kawan, sesungguhnya hidup di dunia hanya sementara. Seperti seorang musafir yang hendak melakukan perjalanan yang jauh, kemudian singgah sejenak di bawah pohon yang rindang. Ketika singgah itu, ia rasakan begitu nikmat, teduh dan sejuk, dengan semilir angin yang membuat mata ingin terlelap. Apalagi bila pohon itu berbuah manis. Ingin rasanya berlama-lama di sana. Tapi ia selalu ingat bahwa ia masih harus melanjutkan perjalanannya.

Sang musafir juga sudah mempersiapkan bekal perjalanannya dari jauh-jauh hari sebelum ia berangkat. Pakaian, makanan, minuman, uang, dan sebagainya. Ia tidak mau perjalanannya gagal hanya karena persiapan yang kurang matang. Karena itu ia mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya, membawa bekal terbaik yang ia bisa bawa.

Lalu bagaimana dengan hidup kita? Ingatkah kita bahwa kita akan kembali pada-Nya? Sudahkah kita mempersiapkan bekal terbaik yang akan kita bawa nanti?

Teman-teman, kita tidak tahu kapan kita mati. Tidak ada yang bisa menjamin besok kita masih bisa bangun pagi dan merasakan hangatnya sinar mentari. Bahkan tidak ada jaminan, satu detik setelah teman-teman membaca tulisan ini, masih bisa bernapas dengan lega.

Karena itu, persiapkanlah sebaik-baiknya bekal yang akan kita bawa nanti, dengan amal sebanyak-banyaknya. Dengan kita beribadah, dan memberikan kontribusi yang nyata, dampak yang luar biasa, bagi agama, bangsa, dan Negara tercinta.

Kita selalu mikirin hidup enak. Tapi kita lupa mikirin mati enak.

src : dakwahsekolahku.com