Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Pada tanggal 19 oktober 2021 ini, bertepatan dengan tanggal 12 Rabi’ul awwal 1443 H yang merupakan hari besar ummat muslim yaitu kelahiran Nabi Muhammad SAW. Seluruh ummat muslim di dunia sudah terbiasa menyambut dan memperingatinya secara tahunan. Maulid Nabi Muhammad SAW biasanya diperingati dengan berbagai cara, salah satunya yaitu berkumpul dengan membaca Al-Qur’an dan membaca kisah-kisah teladan Nabi Muhammad SAW selama hidupnya. Kisah itu biasanya berupa karya prosa maupun puisi yang berbahasa arab. Tidak jarang pula acara peringatan maulid diisi dengan ceramah agama. Beberapa daerah di Indonesia memiliki ciri khas dalam merayakan maulid nabi, seperti Jogjakarta yang terkenal dengan grebeg maulid, dan Surakarta dengan sekaten.
Menurut catatan Ahmad Tsauri dalam Sejarah Maulid Nabi (2015), perayaan Maulid Nabi sudah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak tahun kedua hijriah. Kala itu seorang bernama Khaizuran (170 H/786 M) yang merupakan ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid datang ke Madinah dan memerintahkan penduduk mengadakan perayaan kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi. Dari Madinah, Khaizuran juga menyambangi Makkah dan melakukan perintah yang sama kepada penduduk Makkah untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Jika di Madinah bertempat di masjid, Khaizuran memerintahkan kepada penduduk Makkah untuk merayakan Maulid di rumah-rumah mereka. Khaizuran merupakan sosok berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa Khalifah al-Mahdi bin Mansur al-Abbas (suami), Khalifah al-Hadi dan Khalifah al-Rasyid (putra). Karena pengaruh besarnya tersebut, Khaizuran mampu menggerakkan masyarakat Muslim di Arab. Hal ini dilakukan agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi warga Arab dan umat Islam pada umumnya.
Selain itu hikmah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dapat dihidupkan oleh umat Islam dengan semangat juang dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada nabi mereka. Seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini) yang dikenal sebagai Salahuddin Ayyubi (Masa kekuasaan 1174 M. – 4 Maret-1193 M) mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad saw pada 12 Rabiul Awal, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini dirayakan secara massal. Salahuddin ingin agar perayaan maulid nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa. Namun gagasan Salahuddin tentang Peringatan Maulid Nabi (35-41) ditentang oleh para ulama, sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin menegaskan bahwa perayaan maulid nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari Khalifah An-Nashir di Bagdad, ternyata khalifah setuju. Maka pada ibadah haji bulan Zulhijjah 579 Hijriyah (1183 Masehi), Sultan Salahuddin al-Ayyubi sebagai penguasa Haramain (dua tanah suci Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 Masehi) tanggal 12 Rabiul-Awwal dirayakan sebagai hari maulid nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Referensi:
RUPBASAN Jakut. (2020). Makna Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. http://rupbasan-jakut.kemenkumham.go.id/profil/sejarah-pemasyarakatan?view=article&id=544