Sarjana Kertas? Rugi!

Bismillahirrohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

 

Sarjana merupakan sebuah gelar strata satu yang diberikan kepada seseorang setelah menamatkan pendidikan tingkat akhir di perguruan tinggi. Pencapaian tersebut seringkali dianggap sebagai salah satu penentu bagi kemajuan bangsa, dimana maju atau tidaknya bangsa ini tergantung dengan kualitas dari para sarjana tersebut.  

 

Sebagai seorang sarjana, bukan hanya sekadar gelar yang tertulis di atas kertas melainkan ia mempunyai tanggung jawab yang lebih besar baik kepada dirinya maupun sekitarnya. Bukan hanya melakukan suatu hal untuk masa depan dirinya, seorang sarjana sebaiknya mampu memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Ia harus mampu berpikir lebih kritis dan bijaksana terhadap segala hal yang dihadapi. Hal tersebut dilambangkan dalam salah satu momen di tiap kali pelaksanaan wisuda, yakni memindahkan letak tali toga. Tali toga yang awalnya berada di sebelah kiri dipindahkan ke kanan bermakna agar para sarjana hendaknya menggunakan otak kanannya yang memiliki kemampuan berpikir kreatif, imajinatif, dan inovatif setelah sebelumnya di saat kuliah mereka lebih banyak menggunakan otak kiri.

 

Selain itu, setelah seseorang menjadi sarjana bukan berarti ia berhenti belajar, melainkan ia harus belajar tentang bagaimana memanfaatkan ilmu yang telah didapatkan di masa perkuliahan tersebut agar dapat berguna bagi sekitarnya. Terutama, bagi kita para sarjana muslim. Jika mengingat ilmuwan-ilmuwan muslim terdahulu serta para nabi dan rasul dimana mereka bukan hanya belajar untuk diri mereka sendiri. Mereka bukan hanya cerdas untuk masa depan mereka sendiri. Tapi berkat merekalah, kita saat ini mampu mempelajari lebih banyak ilmu, mampu berada dalam keadaan yang lebih baik serta mampu menorehkan karya dengan lebih mudah, salah satunya kita dapat menikmati fasilitas-fasilitas seputar teknologi yang sistem-sistem di dalamnya memanfaatkan ilmu Algoritma hasil penemuan Abu Ja`far Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi atau lebih dikenal dengan Al-Khawarizmi. Hal itu menunjukkan bahwa Al-Khawarizmi tidak hanya memanfaatkan ilmu yang ia miliki untuk dirinya serta kehidupannya saja, tetapi beliau memberikan dampak yang luar biasa besar bukan hanya untuk kemajuan suatu negara atau bangsa, tetapi kemajuan zaman. Masya Allah.

 

Begitu juga dengan Rasulullah, beliau banyak sekali memberikan kita pencerahan melalui setiap sabdanya atau yang kita dengan hadits, serta kepada beliau pula, Allah mewahyukan Al Quran yang menjadi pedoman bagi kita dalam berperilaku selama kita hidup di dunia ini. 

 

Untuk itu, kita hendaknya meneladani mereka yang ilmunya digunakan untuk memberikan manfaat serta dampak bagi orang lain serta lingkungan sekitar. Karena hidup kita di dunia ini semata-mata untuk memupuk bekal di akhirat nanti, maka alangkah ruginya jika kita tidak berupaya untuk menjadi sebaik-baik manusia sebagaimana diterangkan dalam suatu hadits dimana Rasulullah ﷺ bersabda:

 

 خير الناس أنفعهم للناس  -صحيح الجامع

 

 “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Shahīh al-Jāmi’ 3289)

 

Hadits tersebut menjelaskan pada kita bahwa derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauh mana manfaat yang ia berikan bagi orang lain serta lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, sungguh beruntung yang mau serta mampu mengamalkan segala yang mereka miliki agar dapat bermanfaat bagi orang lain hingga sebanyak-banyaknya umat manusia. Jangan hanya jadi sarjana kertas, rugi!

 

Maka dari itu, di Hari Sarjana Nasional ini, mari bersama-sama kita kuatkan tekad dan tetapkan tujuan yang bukan hanya baik untuk diri kita tetapi juga orang lain dan semoga kita semua mampu mencapai tujuan diri kita masing-masing.

 

Selamat Hari Sarjana Nasional!!!