Sekilas Budaya Sholawatan di Indonesia

Bismillahirohmaanirrohiim

Assalamu’alaikum Warohamtullahi Wabarakatuh

Karya: Mikail Omar Nabhani, Kemanggisan

 

Sholawatan merupakan sebuah dzikiran/doa yang menjadi jenis ibadah yang dilakukan umat Islam, terutama pada junjungan Nabi Muhammad SAW. Ini berdasarkan QS. al-Taubah, 103 “Berdo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu menjadi ketentraman bagi jiwa mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Berdasarkan tafsir Ibnu Katsir, firman Allah SWT yang dimaksud dalam ayat ini adalah sebagaimana inti hadis riwayat Imam Muslim. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Abi Awfa, dikatakan bahwa Nabi SAW jika diberi sedekah dari satu kaum, maka beliau membaca shalawat untuk mereka, demikian juga dibacakan oleh Nabi SAW saat diberikan sedekah oleh Abi Awfa. Berdasarkan tafsir tersebut, diketahui bahwa hakekat shalawat adalah mendo’akan dan memintakan ampun seseorang kepada Allah SWT. Selain itu, tafsir tersebut juga menunjukan bahwa ada hadis mengenai kebolehan membaca shalawat bukan hanya kepada Nabi SAW namun juga kepada sahabat Nabi dan bahkan keluarga beliau.Sehingga bisa disimpulkan bahwa shalawat itu sangat dianjurkan kepada Nabi Muhammad SAW maupun keluarga dan sahabatnya.

 

Islam Indonesia membudayakan membaca shalawatan dan bukan hanya shalawat yang umum sebagaimana yang sering diucapkan pada tasyahud awal dan akhir. Namun para ulama dan sahabat sahabat Nabi pun membuat sholawat sholawat lain yang ramai dibacakan. Diantara shalawat shalawat yang sering dibacakan ada dua shalawat yang terkenal yaitu Diba’iyyah dan shalawat Barzanji. Shalawat Diba’iyyah merupakan shalawat yang sering dibacakan pada maulid, shalawat ini merupakan karangan Ibn al-Daiba dan berisi pujian terhadap sahabat dan keluarga Nabi Muhammad SAW. Shalawat Barzanji merupakan sholawat yang juga sering dibaca pada maulid. Shalawat ini merupakan karangan Ja’far al-Barzanji dan berisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang mulia serta sahabat dan keluarganya.

 

Di Indonesia pun ada dua tradisi saat menjalani sholawatan. Tradisi tersebut adalah Mahal al-Qiyam dan membaca shalawat seusai pertemuan. Kedua tradisi ini sangat umum ditemukan pada acara haul, tahlilan, maulidan dan teruntuk tradisi yang kedua,  tradisi itupun dilakukan pada saat selesai sholat berjamaah. Tradisi Mahal al-Qiyam merupakan tradisi shalawat yang terkenal dimana para pembaca shalawat berdiri saat membacakanya. Hal ini berdasarkan tradisi menghormati selayaknya berdiri dan dikuatkan berdasarkan pendapat Imam Nawawi terhadap hadis Shahih Muslim [3314] dimana jika disimpulkan bahwa menghormati orang dengan berdiri itu dianjurkan terutama untuk Nabi Muhammad SAW. Membaca shalawat setelah pertemuan merupakan tradisi yang baik juga yang dicantumkan oleh Imam Sakhawi dalam kitab al-Qawl al-Badi Fi al-Shalah Ala al-Habib al-Syafi halaman 242. Riwayat tersebut merujuk kepada hadis Sunan al-Tirmidzi [3302] yang jika disimpulkan menganjurkan saat perpisahan untuk berdzikir dan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW .

 

Demikian dari penulisan ini, mohon maaf bila ada kesalahan, wassalamualaikum 

 

Sumber:

Abdusshomad, KH. Muhyiddin. FIQH Tradisionalis Jawaban Pelbagai Persoalan Keagamaan Sehari-Hari. Malang: Pustaka Bayan dan PP Nurul Islam, 2004.halaman 276 – 282 dan 308 – 310