Kisah dan Hikmah (Bagian 2)

EPISODE: BAGAIMANA PARA SAHABAT RASUL MENCINTAI BELIAU SAW

Seringkali kita mendengar, “Apabila kau mencintai Rasulullah SAW, maka patuhilah sunnahnya dan tinggalkanlah yang dilarang olehnya.” Dan, dari sekian banyak ibadah sunnah yang dapat dikerjakan, sudah ada berapa persen ibadahnya yang berhasil kita kerjakan, setidaknya sekali dalam seumur hidup?

Duapuluh persen? Sepuluh? Atau bahkan satu persen saja tidak sampai?

Sungguh sangat malu kita, manusia yang sudah hidup enak bebas dari perang tapi malah lalai melaksanakan ibadah yang disunnahkan beliau. Kita sungguh kalah dari kecintaan para sahabat Rasulullah, kaum yang kala itu dilanda susah dan peperangan kaum kafir yang berkelanjutan.

Al-Imam Al-‘Arifbillah Al-Musnid Al-Hafidz Al-Mufassir Al-Habib Umar bin Hafidz, menceritakan dalam sebuah pengajiannya, bahwa begitu cintanya sahabat Rasul kepada beliau sampai-sampai segala sesuatu yang berkaitan beliau, seperti adat dan hal-hal mubah lainnya (di luar ibadah beliau) pun diikuti oleh para sahabatnya.

Berkata Al-Hafidz Habib Umar dari Yaman, diriwayatkan Sayyidina Anas ketika ia hadir bersama Rasulullah SAW untuk menemui sahabat-sahabat Rasulullah yang lain pada suatu hari. Di sana, mereka dijamu dengan semangkuk yang berisi roti dan buah labu. Sayyidina Anas melihat Rasulullah mencari buah-buah labu dalam mangkuknya dengan jari-jari beliau, dan semenjak saat itu, Sayyidina Anas langsung senang memakan labu.

Maka suatu hari ditanya hal itu padanya, dan Sayyidina Anas menjawab, “Aku menyukai labu sebab Rasulullah SAW pun menyukai buah labu. Bukan hanya syariatku saja yang mengikuti beliau tapi tabiatku pun akan mengikuti beliau.”

MasyaAllah, Sayyidina Anas begitu cintanya pada Rasulullah, hingga turut mengikuti Rasulullah SAW sampai pada hasrat makannya, suatu hal yang amat remeh temeh dihadapan kita.

Kemudian, berkata Habib Umar bin Hafidz, bahwa diriwayatkan pula, Sayyidina Abu Ayub Al-Anshori, sahabat Rasul yang dicintai oleh beliau yang juga tuan rumah dari rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal Rasulullah SAW selepas berhijrah ke Madinah.

Dalam suatu waktu, Sayyidina Abu Ayub meriwayatkan, “Kami pernah menghidangkan makan malam kepada Rasulullah SAW. Apabila beliau sudah selesai makan malam, maka aku dan Ummu Ayub akan memperebutkan tempat jari-jari beliau (sisa makanan beliau, sebab penuh berkah). Suatu malam, kami mendapati hidangan yang beliau kembalikan tidak memiliki bekas-bekas jari beliau. Maka aku pun takut dan segera bertanya kepada Rasulullah atas hal tersebut. Beliau menjawab, ‘Aku tak memakannya sebab ada bawang putih di sana. Sementara, aku sedang berbicara dengan orang yang tak kalian ajak bicara. Maka tak sopan jika mulutku berbau tak sedap selagi aku berbicara dengannya. Maka makanlah makanan itu.’ Dan sejak malam itu, adalah hari terakhir bawang putih tersimpan dalam rumah kami. Kami sudah melepaskan diri dari mereka (bawang putih).”

Merenunglah, begitu cintanya Sayyidina Abu Ayub terhadap sosok RasulNya hingga keluarganya rela dan ikhlas mengikuti tabiat, adat istiadat dan segala sesuatu yang dilakukan RasulNya.

Maka, bagaimanakah dengan kita? Pantaskah kita merindukan surga, yang mana dipenuhi oleh sahabat-sahabat Rasulullah yang amat mencintai beliau melebihi cinta kita kepadanya? Karena itulah, mari kita mulai tunjukkan bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW melalui adat istiadat dan tabiat kita, tidak hanya melalui ibadah wajib dan sunnah saja.

Wallahua’lam.

MT Al-Khawarizmi