United Hearts, Unwritten Hugs Senyum, Pelukan, dan Doa: Kisah Kolaborasi MT Al-Khawarizmi & TFISC Menyapa Hati yang Sepi
Lima hari memang bukan waktu yang panjang. Namun, di antara tanggal 22 sampai dengan 26 Juli 2025, kami panitia dari Majelis Taklim Al-Khawarizmi BINUS Bekasi berkesempatan merasakan makna kebersamaan yang berbeda dari biasanya. Bersama Teach For Indonesia Student Community, kami menjalankan kegiatan Community Development di Panti Jompo Sasana Tresna Werdha RIA Pembangunan. Kegiatan ini bukan sekadar agenda sosial biasa melainkan suatu perjalanan emosional yang membuka mata dan menghangatkan hati.
Gambar 1. Potret panitia dan para lansia
Pada hari pertama yang bertema “Welcome With Colors”, kami memulai dengan berbagai kegiatan yang mencairkan suasana, mulai dari ice breaking di mana para lansia harus menebak kata benda yang sudah dideskripsikan, berbagi cerita, hingga mewarnai kertas gambar yang disediakan bersama-sama. Di tengah semua itu, kami bertemu sosok Nyai Siti, seorang lansia yang penuh energi dan senyum tulus. Dari beliau, kami belajar bahwa semangat hidup tidak pernah mengenal usia.
Hari kedua bertema “Memory of Bracelet”.Pada kegiatan di hari ini, para lansia berlatih untuk tetap fokus dan bersabar dalam memasukkan setiap manik demi manik ke dalam tali yang akan menjadi gelang atau kalung. Tak hanya sebagai aksesoris yang dapat digunakan oleh para lansia, gelang dan kalung tersebut juga dianggap sebagai bentuk persahabatan kami dengan para lansia. Setelah merangkai manik, kegiatan disusul dengan “Board of Thrones” yang bertema pesan untuk anak muda dari para lansia. Begitu banyak pesan menarik dan menghangatkan hati dari para lansia, salah satunya adalah pesan dari Omah Yudiningsih yang berisi “sebaiknya cari ilmu sebanyak-banyaknya dan menjalani ibadah” mengingatkan kami bahwa hidup ini bukan hanya tentang mengejar dunia, tetapi juga menyeimbangkannya dengan bekal akhirat. Ilmu yang kita pelajari menjadi penerang jalan, sementara ibadah menuntun hati agar tetap dekat kepada Tuhan. Nasihat ini menjadi pengingat berharga untuk selalu rendah hati, terus belajar, dan tidak lupa beribadah di setiap langkah kehidupan.
Hari ketiga, “Cultural Touch”, membawa kami lebih dekat pada kekayaan budaya nusantara. Kegiatan diawali dengan ice breaking dengan tema menebak nama bendera dan makanan daerah. Saat ice breaking berlangsung, ada satu lansia yang menceritakan bahwa dulu beliau suka makan makanan tersebut, juga para lansia lain yang juga memiliki kenangan masing-masing mengenai makanan yang baru saja mereka tebak. Dilanjut dengan “Bibit Ceria” dimana para lansia dapat melukis pot serta menanam bibit dalam pot kecil yang diberikan, serta “Board of Thrones” dengan menuliskan pengalaman berharga.
Tema hari keempat adalah “Healthy Hearts”. Kami mengadakan seminar ringan tentang pentingnya menjaga kesehatan di usia lanjut. Tak hanya mengadakan seminar, kami juga memberikan hiburan melalui permainan “Cups of Memory” yang mengajak para lansia untuk mengasah daya ingat sambil tertawa. Di tengah-tengah kegiatan tersebut, tak lupa Eyang Umi yang merupakan salah satu lansia yang hampir setiap hari bernyanyi karaoke, kembali menghidupkan suasana dengan suaranya. Ia seperti simbol semangat dan keceriaan di tempat itu.
Hari terakhir yang bertema “Songs From the Heart” adalah puncak dari segalanya. Kami menutup ComDev dengan kegiatan bernyanyi bersama, penuh gelak tawa dan pelukan hangat. Di akhir sesi flashmob, panitia membawa bunga dan menyerahkannya kepada masing masing lansia yang hadir. Momen sederhana itu terasa seperti salam perpisahan yang manis dan meninggalkan bekas di hati masing-masing.
Dari pengalaman ini, kami belajar bahwa hadir untuk orang lain tidak selalu harus dengan kata-kata. Terkadang, cukup duduk bersama, mendengarkan, dan memberi ruang untuk dikenang. Seperti dalam surah An-Nisa ayat 36, Allah menyeru kita untuk berbuat baik kepada orang tua, kerabat, yatim, fakir miskin, hingga tetangga. Ayat yang terasa sangat dekat dengan makna dan semangat kegiatan kami ini.
Kami juga teringat akan surah Al-Baqarah ayat 261, yang menggambarkan bahwa satu kebaikan bisa tumbuh menjadi tujuh ratus kali lipat. Mungkin apa yang kami beri tak banyak, tapi kami percaya ketulusan yang tulus akan tumbuh menjadi kebaikan di waktu yang tepat.
Community Development ini mengajarkan kami bahwa hadir bagi orang lain tak harus dengan banyak kata. Terkadang, cukup dengan duduk di samping mereka, mendengarkan, dan benar-benar melihat. Di tengah-tengah kesibukan kami, kami menemukan bahwa pelukan tak selalu berbentuk fisik; ia bisa hadir lewat perhatian kecil yang tulus.