Memaknai Idul Adha Melalui Kisah Ismail dan Ayahnya

Memaknai Idul Adha Melalui Kisah Ismail dan Ayahnya

Idul Adha merupakan salah satu perayaan penting dalam agama Islam. Idul Adha atau Haru Raya Kurban ini merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia. Hari Raya Idul Adha merujuk pada kisah Nabi Ibrahim yang mendapat perintah atau wahyu Allah untuk mengorbankan putranya, Ismail. Sebagai ujian dan bukti taat kepada Allah, Nabi Ibrahim tanpa ragu berbagi  keputusannya dengan Ismail. Nabi Ibrahim dan anaknya dengan penuh keyakinan dan ketaatan menerima takdir yang telah ditetapkan Allah. 

Melalui kisah ini, kita dapat memetik pelajaran tentang kesetiaan, ketaatan, dan kepasrahan kepada Allah. Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga keimanan dan ketaatan kita kepada Allah, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Selain itu, kisah ini mengajarkan kita untuk teguh pada iman, rela berkorban, peduli, dan mengasihi sesama.

Selama momen Idul Adha, umat Muslim di seluruh dunia menggunakan kesempatan ini untuk berbagi dengan sesama. Dalam merayakan Idul Adha, umat Muslim menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada mereka yang membutuhkan. Ini adalah bentuk pengorbanan dan kepedulian terhadap orang lain, sesuai dengan ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Semangat kemurahan hati dan kasih sayang terlihat pada musim perayaan ini. Umat Muslim berkumpul untuk melakukan ritual penyembelihan hewan kurban, sesuai dengan panduan yang ditetapkan dalam ajaran Islam. Daging hewan kurban kemudian dibagi menjadi tiga bagian: satu bagian untuk konsumsi pribadi, satu bagian untuk berbagi dengan keluarga dan teman, dan satu bagian untuk dibagikan kepada yang kurang beruntung.

Tindakan berbagi daging kurban memiliki beberapa tujuan. Ini memungkinkan umat Muslim untuk memenuhi kewajiban agama mereka, mengenang pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail, serta menunjukkan empati dan solidaritas dengan mereka yang membutuhkan. Dengan berpartisipasi dalam tindakan memberi ini, umat Muslim memperkuat rasa persatuan dalam komunitas dan menguatkan nilai-nilai kasih sayang, kebaikan, dan tanggung jawab sosial.

Di luar pembagian daging, Idul Adha juga merupakan waktu bagi keluarga dan komunitas untuk berkumpul dalam doa, refleksi, dan perayaan. Umat Muslim menghadiri salat berjamaah di masjid atau tempat salat terbuka, di mana mereka beribadah secara bersama-sama dan mendengarkan khotbah yang menekankan pentingnya perayaan ini. Keluarga berkumpul untuk makanan meriah, bertukar hadiah, mengunjungi kerabat dan teman, serta melanjutkan tindakan kebaikan dan kepedulian.

Pada intinya, Eid al-Adha adalah peringatan akan iman, pengorbanan, dan kasih sayang. Ini menjadi pengingat bagi umat Muslim untuk tetap berbakti kepada Allah, mengutamakan kebutuhan orang lain, dan memupuk rasa persatuan dan empati dalam masyarakat luas. Perayaan ini memberikan kesempatan yang mendalam untuk introspeksi diri, rasa syukur, dan pembaruan komitmen terhadap ajaran Islam.

 

Sumber Artikel:

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5533896/kisah-nabi-ismail-as-sejarah-munculnya-ibadah-haji-dan-kurban

https://instiki.ac.id/2022/07/10/mengapa-idul-adha-identik-dengan-kurban-begini-makna-dan-sejarahnya/

 

Tim Syiar MT Al-Khawarizmi