Hikmah & Manfaat Menjaga Lisan
• Allah swt. akan menutup aibnya. Maksudnya Allah akan menutupi aib dan kecacatan orang yang diam dan tidak banyak bicara. Karena dengan diam berarti ia telah menutupi aib orang lain, tidak menggunjingkan, tidak merendahkan, dan tidak berkata keji. Dengan demikian, secara tidak langsung ia telah berlaku santun dan bijaksana dalam pergaulan dengan menjaga mulutnya. Karena sikap diamnya ini maka Allah membalas dengan menutupi aib dirinya di depan orang lain. Sebagaimana penjelasan Rasulullah saw. yang artinya: “Barangsiapa yang menjaga lisannya, niscaya Allah menutupi auratnya. Barangsiapa menahan murkanya niscaya Allah melindunginya dari siksa-Nya dan barangsiapa yang mengemukakan alasan kepada Allah, niscaya Allah menerima alasannya.”
Al-Faqih berkata bahwa Rasulullah saw. telah bersabda: “Barangsiapa memukul budaknya maka tebusannya memerdekakannya dan jika memelihara lisannya pasti rahasianya dijaga baik-baik, jika emosinya ditahan pasti selamat dari siksa, barangsiapa minta maaf pasti Allah memaafkannya.”
• Diam termasuk ibadah. Sebab tidak sedikit terjadinya kemaksiatan dan kemungkaran yang diakibatkan oleh ucapan. Karena itu diam merupakan bagian dari ibadah. Nabi Isa as. berkata: “Ibadah itu ada sepuluh bagian. Sembilan bagiannya terdapat pada sikap diam, sedangkan satu bagiannya terdapat pada menjauhi manusia.” Rasulullah saw. pernah menyampaikan kepada para sahabatnya bahwa diam adalah bagian dari ibadah dan salah satu sifat dari orang yang berbudi mulia. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sufyan bin Salim bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda yang artinya:
“Sukakah aku beritahukan kepada kalian mengenai ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi anggota badan? Yaitu diam dan berbudi pekerti mulia.”
Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya:
“Berilah makan orang-orang yang lapar, berilah minum orang yang dahaga, perintahkanlah untuk berbuat kebaikan dan cegahlah dari perbuatan mungkar. Jika engkau tidak sanggup maka jagalah lisanmu melainkan untuk kebaikan.”
Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda yang artinya:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata benar atau bersikap diam.”
Rasulullah saw. juga bersabda:
“Sesungguhnya Allah di sisi orang yang berbicara. Maka hendaklah bertaqwa orang yang mengerti apa yang ia katakan.”
Dari beberapa hadits di atas menunjukkan bahwa diam itu termasuk ibadah karena menghindari pembicaraan yang munkar dan tercela yang dilarang oleh agama.
• Diam dapat mengalahkan setan. Maksudnya diam itu dapat digunakan untuk menolak tipu daya setan. Setan akan mengalami kesulitan menggoda orang yang diam atau tidak banyak bicara. Sebab dengan diam ia selamat dari omongan keji, ghibah, mengumpat, berdebat, menghina, atau perkataan zalim lainnya. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah saw. dalam sabdanya yang artinya:
“Simpanlah lisanmu kecuali untuk kebaikan. Sesungguhnya dengan demikian kamu dapat mengalahkan setan.”
• Diam dapat menyelamatkan diri. Maksudnya diam dapat menghindarkan diri dari kejahatan orang lain maupun murka Allah. Orang yang banyak bicara kadang tanpa terasa ucapannya itu menyinggung perasaan orang lain sehingga menimbulkan kemarahan, kebencian, permusuhan, dan dendam. Dari situlah keselamatan dirinya bisa terancam, semakin sering ia menyinggung, menyepelekan, mengumpat, dan mengolok-olok orang lain maka semakin banyak pula orang yang memusuhinya. Karena itu, Rasulullah saw. mewanti-wanti kepada para sahabatnya untuk bersikap diam atau tidak banyak bicara. Dengan diam, insya Allah keselamatan diri selalu terjaga. Seperti keterangan yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda yang artinya:
“Manusia itu ada tiga macam, yaitu orang yang mememperoleh kemenangan, orang yang selamat, dan orang yang binasa. Orang yang memperoleh kemenangan adalah orang yang berdzikir kepada Allah swt. Orang yang selamat adalah orang yang diam. Sedangkan orang yang binasa adalah orang yang hanyut dalam kebatilan.”
Uqbah bin Amir berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah, apakah keselamatan itu?” Beliau menjawab: “Tahanlah lidahmu dan hendaknya rumahmu memberi keleluasaan bagimu serta menangislah atas kesalahanmu.”
Disebutkan dalam suatu riwayat, Muadz pernah bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah, amal perbuatan apakah yang paling utama?” Maka beliau mengeluarkan lisannya lalu meletakkan jari-jarinya di atasnya seraya bersabda: “Barangsiapa yang ingin selamat, hendaknya membiasakan diam.”
Manfaat menjaga lisan
Diam atau tidak banyak bicara merupakan sikap bijaksana dalam menjaga keselamatan diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan munkar, sebab banyak orang yang jatuh kehormatannya, dilecehkan kedudukannya, terperosok dalam kemaksiatan, dan banyak musuhnya adalah akibat dari ketidakmampuannya dalam mengendalikan lisan.
Oleh karena itu, diam merupakan salah satu cara untuk meraih kebahagiaan dan keselamatan diri di dunia maupun di akhirat, sekaligus sebagai senjata untuk menghalangi godaan setan, Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya diam itu menyimpan tujuh ribu kebaikan, dan semuanya disimpulkan dalam tujuh hal berikut ini:
1. Diam merupakan ibadah tanpa jerih payah.
2. Diam merupakan perhiasan tanpa repot berhias.
3. Diam merupakan kemegahan tanpa kerajaan.
4. Diam merupakan benteng tanpa pagar.
5. Diam adalah kecukupan tanpa permisi.
6. Diam melegakan malaikat bagian administrasi.
7. Diam menutupi (menyimpan) aib.