Hijrah (KISAH)

Ini adalah sederhana yang Inshaa Allah dapat menjadi inspirasi serta motivasi para Muslimin. Kisah ini diangkat dari kisah nyata seorang muslim dari provinsi Jawa Barat yang hidupnya terlunta-lunta sebelum akhirnya memilih istiqomah pada Allah SWT.

Kisah ini terbagi menjadi beberapa episode sesusai fase-fase yang ia alami dari berusia 7 tahun sampai 20 tahun.

 

#Episode Pertama : Sekolah Dasar

Ada seorang muslimah bernama Rose. Ia adalah seorang gadis kecil yang terlahir dari keluarga sederhana. Ia terlahir cantik. Kulitnya putih dan rambutnya halus. Ia adalah anak pertama yang adik perempuannya belum lahir ke dunia. Ayahnya adalah penyiar radio khusus untuk membawakan dakwah-dakwah di sekitar kota Bandung, beliau dulu adalah seorang ustad. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.

Rose bukanlah anak yang penurut terhadap kedua orang tuanya. Sejak kecil, ia selalu bersikap manja ingin dibelikan mainan berkelas dan baju-baju mahal. Ini bukan sifat bawaannya, melainkan karena orang tuanya mengira mereka hanya memiliki satu-satunya anak perempuan, maka Rose selalu dimanja dengan berbagai hal. Selalu dimandikan oleh ibu, digendong sampai ke kelas oleh ayah, pulangnya dijemput tepat waktu oleh ibu. Sang ayah pasti selalu membawakan banyak mainan setelah pulang dari kerja.

Selain itu, ia selalu menonton acara televisi yang saat itu selalu menampilkan sinetron-sinetron remaja yang cukup senonoh. Jangankan sinetron, ia juga menonton film-film luar negeri yang sama sekali tak ada sensor audio dan visual kala itu. Maka dari itu terbentuklah karakter buruk Rose saat ini.

Ia jadi memiliki sifat sombong akan barang-barang nyentrik. Sifat sombongnya merugikan banyak hal. Rose menjadi enggan untuk Sholat dan lebih memilih bermain dengan boneka-bonekanya. Sering bolos mengaji. Melawan guru di Sekolah namun juga cengeng jika dimarahi sedikit saja. Memilih-milih teman dari parasnya bahkan dari hartanya. Padahal ia masih kecil.

 

Ketika Rose menginjak kelas 4 SD, tubuhnya makin gemuk dan rambutnya menjadi gimbal. Kulitnya menghitam karena selalu berjemur di bawah teriknya matahari. Penampilannya tersebut membuatnya kehilangan banyak teman dalam sekejap. Setiap harinya selalu saja Rose dihina, dilempari berbagai macam benda, bahkan sedikit yang mau mengajaknya mengobrol. Guru-guru di sekolah pun yang rata-rata memiliki sifat keras juga tak jarang selalu memarahi Rose (dan Rose selalu melihat terkadang teman-teman di kelasnya mengalami penyiksaan fisik). Yang lebih parah, ada guru laki-laki yang sudah berumur berani melakukan pelecehan seksual padanya.

Dengan usianya yang masih sangat kecil, Rose mengalami stress berat. Setiap harinya di kelas ia hanya melamun. Pernah suatu ketika ia mengalami kesurupan. Ia melukai beberapa temannya tanpa sadar dan ketika kesadarannya datang kembali, Rose berubah.

Hingga menduduki bangku kelas 6SD, setiap pelajaran Agama Islam, dia tak lagi menghargai pelajaran tersebut. Semua nesehat keluarganya tak digubris. Berkali-kali ia kabur dari sekolah. Mengikut sertakan diri pada tawuran antar sekolah dan geng-geng yang berpakaian minim. Rose juga diam-diam pernah mencoba untuk merokok. Yang lebih parah, ia pernah berniat enggan untuk menjadi seorang muslim lagi. Astaghfirullahalazim!

Wahai Ikhwah Fillah.

Semua yang terjadi pada Rose adalah karena pengaruh lingkungan. Kita semua tahu bahwa anak kecil memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi. Semua yang dilihatnya adalah contoh. Cara guru mendidik anak pun juga adalah contoh bagi murid-muridnya. Bahkan tak jarang cara kedua orang tua menyangi anaknya menimbulkan kesalahan fatal meskipun sebenarnya mereka tidak bermaksud.

Maka dari itu, jagalah adik-adik kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian yang masih di usia dini untuk terhindari dari hal-hal gila yang di zaman sekarang jauh lebih keras. Pilihlah mereka tontonan yang sesuai dengan usia mereka, tunjukanlah nikmat Allah SWT pada mereka agar mereka bisa merasakan kehadiran-Nya. Usia yang masih belia adalah usia yang rentan sekali dipengaruhi oleh banyak hal. Jagalah mereka wahai saudara-saudaraku.

———

 

#Next Episode Dua : Sekolah Menengah Pertama