Memberikan nafkah dari sesuatu yang disukai dan Baik

Hadits ke-1

Artinya:

Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat ansar yang terkaya di Madinah karena pohon kurma yang dimilikinya. Sedangkan harta yang paling disukainya adalah kebun Bairuha yang terletak didekat masjid.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering masuk ke kebun itu dan minum air bersih yang ada didalamnya. Anas melanjutkan, ‘Ketika turun ayat, kamu sekali-sekali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.’

 

Maka Thalhah datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah ta’ala berfirman, kamu sekali-kali tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai, padahal harta yang paling saya cintai adalah kebun bairuha dan bahwa kebun itu sebagai sedekah karena Allah. Saya mengharapkan kebaikan dan pahala dari Allah. Maka dari itu pergunakanlah wahai Rasulullah sesuai petunjuk Allah kepada engkau.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ‘Bagus, itulah harta (yang mendatangkan) untung. Bagus itulah harta (yang mendatangkan) untung. Saya telah mendengar apa yang kamu katakan, dan saya berharap kamu membagikannya pada setiap kerabat.’

 

Maka Abu Thalhah berkata, ‘Wahai Rasulullah, saya akan melaksanakan petunjukmu.’ Kemudian Abu Thalhah membagi kebun2 itu kepada kerabat dan anak pamannya.”

(Muttafaqun alaihi. HR Al-Bukhari: 2318 dan Muslim: 998)

 

Sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam “Malun rabihun” diriwayatkan dalam kitab shahih rabihun dan ada pula yang mengatakan rahiyun. Jadi, ada yang ba’ muwahhadah dan ada yang dengan ya’ mutsannat. Maksudnya menguntungkan yakni keuntungannya itu kembali kepadamu sendiri. Bairuha adalah suatu kebun kurma. Diriwayatkan dengan kasrahnya ba’ atau dengan fathahnya (Biruba’ atau Bairuha’)

Syarahnya Hadist ini sebagai dalil bahwa setiap manusia dianjurkan untuk menfkahkan hartanya yang paling baik. Ia harus menafkahkan harta yang paling ia sukai, sehingga ia benar-benar mendahulukan apa yang dicintai Allah dibanding kecintaan hawa nafsunya. Maka dengan begitu manusia tersebut akan mencapai tingkatan al-abrar (golongan orang-orang yang berbuat kebajikan)

 

Syaikh Utsaimin

-Rilla dari Sumber: Riyadhush Shalihin (Kitab Kumpulan Hadits Shahih) karya Imam An Nawawi

The Spirit Of Ukhuwah, Mahabbah Fillah