Al-Kalam (Berbicara)

Di antara sifat Allah yang dinyatakan oleh Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma’ salaf dan para imam adalah Al-Kalam. Sesungguhnya Allah Subhannahu wa Ta’ala berbicara sebagaimana yang Dia kehendaki; kapan Dia menghendaki dan dengan apa Dia kehendaki, dengan suatu kalam (pembicaraan) yang bisa didengar.

kalam

Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah.” (An-Nisa’: 87)

“Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” (An-Nisa’: 122)

“Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (An-Nisa’: 164)

“… Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) …” (Al-Baqarah: 253)

“(Ingatlah), ketika Allah berfirman, ‘Hai Isa …” (Ali Imran: 55)

“Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami).” (Maryam: 52)

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa …” (Asy-Syu’ara: 10)

“Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka …” (Al-Qashash: 62)

“…supaya ia sempat mendengar firman Allah…” (At-Taubah: 6)

“…padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah…” (Al-Baqarah: 75)

 

Semua ayat ini menetapkan sifat hadits (ucapan), qaul (perkataan), kalam (pembicaraan), nida’ (seruan) dan munajat. Semuanya adalah termasuk jenis kalam yang tetap bagi Allah sesuai dengan keagunganNya. Kalam Allah termasuk sifat dzatiyah, karena terus menyertai Allah dan tidak pernah berpisah dariNya. Juga termasuk sifat fi’liyah, karena berkaitan dengan masyi’ah dan qudrah-Nya.

 

Allah Subhannahu wa Ta’ala juga menyebutkan bahwa yang tidak bisa berbicara tidak pantas untuk menjadi Tuhan. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka?” (Al-A’raf: 148)

 

Kalam adalah sifat kesempurnaan, sedangkan bisu adalah sifat kekurangan. Dan Allah memiliki sifat kesempurnaan, suci dari keku-rangan.

 

  • Rilla dari Sumber : Kajian Kitab Tauhid