Hai Cerminku

Image

Download rekaman artikel ini disini

Cerminku..

Kita pasti memiliki teman. Ya, semua orang pasti memiliki teman.

Tetapi masalahnya, dengan siapa kita berteman? Apakah dengan seorang “penjual minyak wangi”, yang kita pun akan menerima wanginya? Atau dengan seorang “tukang sampah”, yang kita pun akan kecipratan bau sampahnya?

Kita sering bercanda bersama teman. Kumpul bareng, makan-makan, jalan-jalan. Susah-senang bareng-bareng.

Kita menjunjung tinggi solidaritas, kebersamaan, kekeluargaan, dan lainnya. Kita selalu berjuang agar punya ikatan yang kokoh. Meski ada saja masalah antara kita dengan teman-teman. Kadang sakit hati, kurang terbuka, iri, dan sebagainya.

Lalu kita pun kerap mengadakan saling sharing. Agar kita saling mengetahui isis hati dan pikiran. Walau nyatanya, usai sharing pun masalah-masalah itu kembali terulang. Kemudian kita saling sharing lagi dan begitu seterusnya.

Cerminku..

Apa sebenarnya yang kita mau dari teman-teman kita?

Kita seolah mencari kesenangan belaka. Pergi ke sana, pergi ke sini. Kumpul di sana, kumpul di sini. Tetapi selalu berujung kesia-siaan.

Apakah untuk itu kita hidup?

Bukankah kita hidup untuk beribadah pada Allah? Kita pun juga ditugaskan menjadi khalifah di bumi? Sebagai pemakmur dan pengelola bumi?

Cerminku..

Apakah bertemunya kita dengan teman-teman itu untuk Allah? Jalan-jalan, shopping,nongkrong, dengan satu dalih: yang penting happy. Uang, tenaga, waktu terbuang percuma demi kepentingan dunia semata.

Bukankah di padang mashyar nanti, kaki kita tidak akan bergerak sampai ditanyakan empat perkara? Masa muda, harta, ilmu, dan umur.

Masa muda kita dimanfaatkan untuk apa? Mendulang ilmu atau bermain-main tak jelas?

Harta kita dikelola untuk apa? Perbanyak sedekah atau membeli barang-barang demi mengikuti mode semata?

Ilmu kita digunakan untuk apa? Menegakkan diri, orang tua, negara, dan agama atau berujung pada perdebatan?

Umur kita dihabiskan untuk apa? Berusaha menebar manfaat atau justru mendapat predikat “sampah masyarakat”?

Belum lagi, kalau kita justru berkumpul untuk sama-sama bermaksiat. Bicara sembarangan, ikhtilat, boros, dan lain-lain.

Cerminku..

Sadarkah, bahwa cermin terbaik adalah teman kita sendiri?

Seperti sabda Sang Baginda Nabi, “Seorang mukmin (ialah) cerminan dari saudaranya yang mukmin.” (H.r. Bukhari dan Abu Dawud)

Diri kita, adalah bagaimana keadaan teman kita. Begitu sebaliknya. Teman kita, adalah siapa kita hari ini.

Selain sibuk mencari teman yang baik, kita pun harus berusaha menjadi baik pula. Sebab, antara kita dan teman kita saling mempengaruhi. Tinggal menunggu, pengaruhnya lebih kuat siapa.

“Terus, temannya ditinggalkan dong?” Tidak perlu. Tetap berhubungan baik. Tetapi jika diajak bermaksiat, ya tolak dengan cara yang baik. Pilih mana? Ditinggalkan teman? Atau ditinggalkan Allah?

src:dakwahsekolahku.com

dakwahsekolahku.com