Beato Yohanes dari Almodovar, Pengaku Iman

Beato Yohanes dari Almodovar, Pengaku Iman

Tanggal Pesta: 14 Februari

Kepribadian Yohanes – seorang bekas budak belian – sangat dikagumi oleh Santa Theresia Avila. Kepadanya Santa Theresia mengungkapkan kata-kata ramalan ini: “Yan …belajarlah rajin-rajin. Sekali kelak engkau akan mengikuti jejakku“. Kata-kata ramalan itu diturutinya dengan patuh. Sejak itu imamat dan rajin belajar menjadi cita-cita dan program hidupnya. Yan kecil kemudian menjadi sangat pandai. la meneladani Santa Theresia Avila dalam doa dan tapa. Kepada kawan-kawannya ia berkata: “Apabila tapa dan matiraga itu menyakitkan, maka itulah tanda bahwa tapa dan matiraga itu adalah sesuatu yang menyehatkan“.

Akhirnya terjadilah atas dirinya apa yang diramalkan Theresia: ia menjadi pembaharu disiplin hidup para rahib dalam ordonya, Ordo Tritunggal Mahakudus. Semasa studinya, ia mengalami banyak sekali godaan. Namun semuanya itu tidak berhasil menggagalkan cita-citanya. Setelah menyelesaikan studinya, ia menjadi seorang rahib yang terkenal dalam Ordo Tritunggal Mahakudus. Kepandaiannya dan ilmunya yang tinggi tidak menjerumuskan dia ke dalam keangkuhan melainkan sebaliknya membuat dia semakin rendah hati. la terkenal sebagai pencinta orang-orang miskin dan sederhana. Cintanya kepada orang-orang itu terbukti ketika wabah pes merajalela pada tahun 1590.

Tanpa mempedulikan segala kemungkinan bahaya atas dirinya, ia merawat orang-orang yang tertimpa penyakit yang berbahaya itu. Kesehatan badannya yang kurang baik tidak dihiraukannya. Selain itu sambil tetap menjalankan kerasulannya di Andalusia, ia berusaha sekuat tenaga untuk memulihkan tata tertib hidup di dalam tarekatnya. Banyak kepahitan yang harus ditelannya karena usaha pembaharuannya ini, ia difitnah oleh rekan-rekannya setarekat dan dilaporkan kepada Sri Paus. Namun ia tidak mundur dari usahanya yang luhur itu.

Santo Fransiskus dari Sales, Santo Kamilus serta beberapa orang suci lainnya mendampingi dia dengan hiburan dan dukungan moril. Akhirnya Yohanes yang rendah hati dan sabar itu keluar sebagai pemenang yang jaya. Hati rekan-rekannya yang keras membatu lambat- laun dapat dilembutkannya. Usaha pembaharuannya diterima oleh semua rekannya. Sepotong doanya yang terkenal dan selalu didengungkannya ialah: “Ya Tuhan, bila aku masih Kau butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan-Mu yang agung itu, aku tak menolaknya. Jadilah padaku menurut kehendakMu “. Yohanes Almodovar meninggal dunia pada tahun 1613.