Beato Theofanus Venard, Martir

Beato Theofanus Venard, Martir

Tanggal Pesta: 2 Februari

Misionaris muda ini dijuluki “Martir Gembira” sebab sepanjang kariernya yang penuh dengan bahaya, bahkan sampai akhir hidupnya sebagai seorang martir, ia tetap menghadapi semuanya dengan gembira dan lapang dada. Theofan lahir pada tahun 1829 di Perancis, dari sebuah keluarga Katolik yang saleh. Semenjak mudanya ia suka membaca majalah misi yang dikeluarkan oleh Serikat Kepausan untuk Penyebaran Iman.

Ia kagum akan keberanian dan semangat pengorbanan para misionaris di tanah-tanah misi, terutama di tanah misi Tiongkok, sebagaimana dikisahkan di dalam majalah tersebut. Sejak itu hasrat hatinya untuk menjadi misionaris mulai bersemi. Suatu hari, ia berkata kepada orang tuanya: “Saya juga ingin menjadi misionaris di Tonkin dan menjadi martir Kristus di sana”.

Tetapi siapakah yang akan menyekolahkan dia hingga bisa menjadi imam? Orang tuanya miskin dan tak mampu membiayai sekolahnya. Tetapi rahmat Tuhan menyertainya. Pastor parokinya rela membantu menyekolahkan dia. Mula-mula ia belajar di pastoran dan kemudian pindah ke seminari. Akhirnya pada tahun 1852 dalam usianya 23 tahun, ia ditahbiskan menjadi imam. Tiga hari sesudah ia ditahbiskan, ia bersiap-siap untuk berangkat ke Tokin (sekarang: Vietnam), Cina sebagai misionaris. Ia tidak sempat lagi bertemu dengan semua orang yang dikasihinya: orang tuanya, sanak saudara dan sahabat kenalannya. Oleh karena itu ia menulis surat perpisahan kepada mereka dari Paris.

Lebih dari setahun ia berada di Hongkong untuk mempelajari bahasa setempat. Dari Hongkong ia secara gelap menyusup masuk ke Tonkin, karena penguasa setempat tidak memperkenankan orang-orang asing termasuk para misionaris berkarya di sana, meskipun jumlah umat Katolik sudah cukup banyak. Dalam keadaan itu tindakan nekad Teofan sungguh berbahaya bagi dirinya. Namun ia sendiri merasa tidak ada masalah dan tetap bergembira. Kepada seorang sahabatnya ia menulis: “Hiduplah kegembiraan! Tentu engkau tahu semboyan Santa Theresia: Apa saja yang terjadi atas dirimu janganlah bersusah hati, janganlah takut dan gelisah, pada akhirnya segala sesuatu akan lenyap, dan hanya Tuhanlah yang tetap!”.

Tujuh tahun lamanya Theofan bekerja di Tonkin secara sembunyi-sembunyi. Ia melayani umat dengan merayakan sakramen-sakramen, mengajarkan agama dan meneguhkan hati mereka. Waktu-waktu luangnya ia manfaatkan untuk menyalin seluruh Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Annam. Lama kelamaan kehadirannya di sana diketahui juga. Oleh laporan seseorang yang mengetahui baik kegiatan-kegiatannya, ia ditangkap dan dipenjarakan pada tanggal 30 Nopember 1860. Kepada seorang adiknya di Prancis ia masih sempat menulis beberapa surat.

Surat-surat itu diawalinya dengan kata-kata: “Dari kurungan saja saya menulis surat ini kepadamu!”, karena memang ia dipenjarakan di dalam sebuah sel yang berterali besi dan dijaga ketat siang dan malam. Dua bulan lebih ia tinggal di dalam sel itu. Dari surat-suratnya terbaca jelas wataknya yang tetap riang gembira. Katanya dalam sebuah surat: “Mungkin kepalaku akan dipenggal oleh penguasa kafir yang lalim dan dengan demikian tamatlah riwayat hidupku. Namun kematian itu sungguh merupakan suatu peristiwa iman yang membahagiakan sekali hatiku….. Kematian yang kurindukan sejak dahulu karena olehnya aku akan pindah ke dalam kehidupan abadi bersama Tuhan”. Pada tanggal 2 Februari 1861 ia dipenggal kepalanya karena iman akan Kristus dan kecintaannya yang luar biasa kepada umatnya. Sewaktu dihantar ke panggung tempat ia disiksa, ia menyanyikan Mazmur-mazmur dan lagu-lagu rohani.