Karya Ngenteg Linggih

 

Karya Ngenteg Linggih merupakan sebuah prosesi upacara untuk melinggihkan Tuhan dalam manifestasinya di tempat suci tersebut. Menetap dalam kedamaian. Itu adalah konsep dasarnya. Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam segala bentuk manifestasinya (Ista Dewata) yang dihormati atau dipuja di tempat suci tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Ngenteg Linggih adalah sebuah upacara untuk menghormati Tuhan beserta manifestasinya di tempat suci tersebut. Proses Ngenteg Linggih ini menjelaskan salah satu kesalahpahaman yang sering disampaikan kepada masyarakat Hindu, yaitu kesalahpahaman bahwa umat Hindu menyembah patung atau berhala. Padahal, bangunan pura atau palinggih adalah tempat atau simbol dari keberadaan Sang Hyang Widhi Wasa. Secara filosofis, Ngenteg Linggih memang merupakan sebuah upacara untuk menstanakan Tuhan dalam bentuk manifestasinya pada sebuah tempat suci. Manifestasi Ida Bhatara yang dimaksud merupakan kepada siapa pura atau palinggih tersebut ditujukan. Hal lain yang perlu disepakati sebelum melaksanakan upacara Ngenteg Linggih yaitu perihal padewasan atau pemilihan hari baik yang merupakan hal yang sangat krusial dalam budaya Hindu. Dalam pemilihan dewasa (hari baik) ini, terdapat dua hal yang menjadi faktor utama, yaitu sasih dan pawukon. Nantinya, selain menjadi hari baik untuk melaksanakan Ngenteg Linggih, juga akan menjadi hari tetap untuk piodalan selanjutnya di pura tersebut. Dalam hal ini, sasih yang dianggap baik untuk mengadakan upacara Ngenteg Linggih yakni sasih Kasa, Katiga, Kapat, Kalima, dan Kadasa. Sebaliknya, sasih yang dihindari untuk pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih ini yaitu Jyesta Asada, yang dianggap sebagai sasih yang paling tidak bagus dalam setahun kalender Bali.

Upacara Ngenteg Linggih dilaksanakan dengan serangkaian upakara. Baik dilakukan selama satu hari saja ataupun tujuh hari.

  1. Hal pertama yang harus dilakukan umat hindu sebelum mendirikan tempat suci adalah menyampaikan niat umat kepada Ida Bhatara yang akan dilinggihkan (distanakan) dalam prosesi Ngenteg Linggih atau biasa disebut dengan upacara
  2. Selanjutnya ada upacara Maguru Piduka yang bertujuan agar Bhatara yang akan distanakan tidak kaget dengan rangkain upacara yang akan dilakukan
  3. Upacara Nancep Tetaring beserta kelengkapannya adalah proses selanjutnya
  4. upacara Masesepuh Piodalan
  5. Pada upacara ini, umat hindu menghaturkan hewan kurban. Rangkaian upacara selanjutnya adalah Tawur yang kemudian langsung diteruskan upacara Melaspas, Mapedagingan, dan Ngelinggihan
  6. diakhiri dengan Nyegara Gunung

 

Pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih

upacara tersebut dilakukan secara sederhana maupun megah, yang paling penting adalah esensi dari upacara tersebut. Upacara Ngenteg Linggih tidak memandang dari ekonomi maupun kemampuan setiap keluarga, di dalam ajaran agama hindu semua upacara yadnya tidak memiliki unsur paksaan dan harus dilaksanakan secara ikhlas oleh karena itu, hal material tidak ada bedanya jika niatnya sama.

Dance Balinese Traditional Image by Inno Kurnia from Pixabay

Referensi:

  1. https://www.nusabali.com/berita/73983/ngenteg-linggih-tujuan-dan-filosofi
  2. https://www.kintamani.id/upacara-ngenteg-linggih/
I GEDE EDO KORNIAWAN