Perdamaian dalam Agama Hindu

Agama Hindu dalam ajarannya menekankan terbentuknya tata susila atas dasar agama. Dimensi moralitas dalam agama Hindu sudah terlekat dalam kitab suci. Sehingga patut untuk dilakukan oleh manusia dan ada juga sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh manusia. Sebab, semua itu harus berpaku pada ajaran-ajaran agama yang sudah ada dalam kitab suci.

Agama Hindu dengan kitab suci Veda sebagai pedoman perilaku kehidupan bagi seluruh umatnya, memiliki nilai-nilai luhur dalam menciptakan dan menumbuhkembangkan kedamaian di muka Bumi. Berikut adalah beberapa nilai-nilai yang dimaksud:

  1. Ahimsa(Tanpa kekerasan/tidak melakukan penyiksaan)
  2. Vasudeva Kutumbhakam (Semua ciptaan-Nya bersaudara)
  3. Tat Twam Asi (Engkau adalah Aku)
  4. Tri Kaya Parisudha(Berpikir, berkata, dan berbuat yang baik dan benar)
  5. Tri Hita Karana (Keselarasan antara Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan)
  6. Satyam Siwam Sundaram(Kebenaran, kebajikan, dan keharmonisan)

 

Umat Hindu menurut pengertian Veda pada hakikatnya merupakan bagian dari manusia lainnya, tak terpisahkan dari seluruh ciptaan Tuhan, penguasa dan penakdir segala ciptaan-Nya di alam semesta ini. Umat Hindu tidak dapat memisahkan dirinya untuk sebuah perbedaan, karena ia berasal dari yang satu serta akan kembali pada yang satu juga.

Tat Twam Asi, menjadi landasan etik dan moral bagi umat agama Hindu di dalam menjalani kehidupannya sehingga dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik dan harmonis. Maka umat Hindu sebagai bagian dari warga negara Indonesia adalah wajib baginya menjalankan dan atau mengamalkan ajaran agamanya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena agama Hindu mengajarkan kewajiban moral pengabdian negara yang disebut “Dharma Negara” dan kewajiban moral mengamalkan ajaran agamanya “Dharma Agama”.

Dharma Negara adalah kita sebagai umat Hindu harus patuh kepada konstitusi serta berupaya membudayakan nilai-nilai negara sebagai pandangan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam rangka sosialisasi dan inkulturasi nilai-nilai luhur agama dalam proses pembangunan nasional maka umat Hindu harus mengamalkan ajaran agamanya secara benar, sesuai kitab suci Veda sehingga mampu memberikan kontribusinya terhadap kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional menuju masyarakat madani. Mencintai dan mengabdi kepada Tanah Air, Bangsa dan Negara, yang disadari oleh kesadaran Bela Negara melalui disiplin ilmu dan kerja keras.

Dharma Agama adalah ajaran agama secara benar dan utuh tanpa kepentingan yang bersifat eksklusif “Apapun bentuk kepercayaan yang ingin ia dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya teguh dan sejahter.” Begitulah kutipan Veda yang begitu banyak menghargai perbedaan dengan lapang dan mampu menerima satu sama lain yang berbeda keyakinan dengan mereka. Bila dipahami secara inklusif maka dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan “Ajaran-Ku” bukanlah ajaran Hindu (atau Hare Krishna) saja, tetapi seluruh ajaran yang tertuang dalam berbagai kitab suci yang membentuk agama-agama yang berbeda.

 

Dalam pandangan Hindu, setiap manusia memiliki 3 (tiga) karakter utama yang saling mempengaruhi yang disebut Tri Guna, yang terdiri atas Satwam, Rajas, dan Tamas.

  1. Satwam, maka manusia tersebut akan menampilkan karakter yang tenang, sabar, toleran, akomodatif, peduli, bijaksana, welas asih dan sebagainya.
  2. Rajas, maka manusia tersebut akan menampilkan karakter yang bersemangat, ambisius, pantang menyerah, memaksakan kehendak dan sebagainya.
  3. Tamas, maka manusia tersebut akan menampilkan karakter malas, apatis, tidak peduli, dan sebagainya.

Sehingga seiring dengan perkembangan daya pikir manusia umat manusia, semakin meningkatkan persaingan antar sesama manusia dalam mengakses dan memperebutkan sumber daya alam guna mempertahankan hidup dan kehidupannya. Sebagai akibat lanjutannya adalah adanya sebagian umat manusia yang cenderung terjebak pada dua karakter yaitu rajas dan tamas dengan mengesampingkan karakter satwam. Inilah yang mengakibatkan akhir-akhir ini dengan mudahnya kita menemukan orang-orang yang cenderung menonjolkan sifat dan sikap hipokrit, permisif, materialistis, hedonis, individualis, egois, narsis, sadis.

 

Kedamaian umat manusia dan perdamaian antar sesama manusia menjadi sebuah kebutuhan hakiki setiap insan guna mewujudkan kebahagiaan dalam dirinya. Kita semua sebagai makhluk yang berbudhi (disamping berakal dan bernaluri), hendaknya dapat menciptakan kedamaian dimanapun di seluruh alam semesta ini di tengah segala perbedaan yang sudah menjadi kodrat-Nya. Agama diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa, tiada lain adalah untuk menuntun umat manusia memperoleh kedamaian sejati. Hindu mengajarkan akan pentingnya menyebarkan perdamaian dengan konsep tata susila yang bersumber pada Veda, Smrti, Sila, Acara (sadacara), dan Atma tusti. Semua itu memberikan gamabaran bahwa Hindu memandang perdamaian sebagai perbuatan yang bernilai suci dan relevan dengan dharma Hindu. Karena dharma Hindu adalah kebenaran yang bersumber dari ajaran kitab-kitab dan Ahimsa dalam ajaran Hindu diibaratkan sebagai istri Dharma (kebenaran). Ahimsa, yakni sebuah konsep yang berarti menjunjung perdamaian dan memerangi kekerasan dengan kebenaran Tuhan (satyagraha). Demikian, semoga bermanfaat.

 

Sumber : Sekretaris Umum PHDI Pusat Ir. Ketut Parwata l http://icrp-online.org