Mengenal makhluk mitologi “Qilin”
Apa Itu Qilin?
Qilin adalah salah satu makhluk mitologis paling penting dalam budaya Tiongkok, sering disamakan dengan unicorn versi Asia. Ia memiliki ciri khas tubuh seperti rusa, ekor seperti sapi, sisik seperti naga, dan sering digambarkan memiliki satu atau dua tanduk. Selain tampilannya yang menakjubkan, Qilin juga dikenal sebagai makhluk yang sangat jinak dan suci—ia bahkan tidak akan menginjak rumput agar tidak merusaknya.
(sumber : Qilin / Kirin)
Dalam budaya populer, Qilin sering digambarkan dikelilingi api atau cahaya, simbol keagungan dan kekuatan spiritual. Karena kemurniannya, Qilin menjadi ikon keberuntungan dan pelindung dari roh jahat. Ia juga dipercaya mampu mengenali orang jahat dan hanya muncul kepada orang yang berhati bersih dan adil.
Qilin dalam Kepercayaan dan Ajaran Konghucu
Dalam ajaran Konghucu, Qilin bukan hanya mitos, tapi simbol kehadiran ilahi dan penanda zaman kebajikan. Diceritakan bahwa Qilin muncul saat kelahiran dan wafatnya Konfusius, memberikan tanda bahwa seorang bijak besar telah lahir (atau akan pergi). Dalam peristiwa kelahirannya, Qilin dilaporkan membawa gulungan giok bertuliskan ramalan tentang masa depan Konfusius.
(Sumber : Patung Qilin )
Kemunculan Qilin ini menunjukkan bahwa hewan ini dianggap sebagai makhluk langit yang menyampaikan kehendak Tian (Langit). Dalam konteks ini, Qilin menjadi perpanjangan dari filosofi Konghucu tentang harmoni antara manusia, langit, dan bumi, serta cerminan ideal seorang pemimpin yang mengedepankan kebajikan (德, dé), keadilan (义, yì), dan kasih sayang (仁, rén).
Selain sebagai makhluk spiritual, Qilin juga memiliki makna yang beragam dalam budaya Tionghoa:
- Sebagai Pelindung: Qilin dipercaya mampu menangkal roh jahat dan membawa perlindungan. Karena itu, gambarnya sering digunakan sebagai jimat atau hiasan di rumah.
- Simbol Kesuburan dan Kehidupan Baru: Dalam kepercayaan rakyat, Qilin sering dikaitkan dengan kelahiran anak-anak berbakat. Oleh sebab itu, dalam seni dan jimat, Qilin sering digambarkan membawa bayi di punggungnya—melambangkan harapan akan keturunan yang baik.
- Keadilan dan Hukum: Dalam penggambaran tradisional, Qilin juga disebut mampu membedakan yang benar dan salah. Ia diyakini menyerang hanya jika ada kejahatan besar yang tak dapat ditoleransi, menjadikannya simbol keadilan surgawi.
- Simbol Keberlimpahan dan Rezeki: Dalam praktik feng shui, patung Qilin diletakkan di rumah atau kantor untuk menarik energi keberuntungan, kesehatan, dan kemakmuran.
(Sumber : Qilin)
Nilai Simbolis dan Kontekstualisasi Modern
Qilin tidak hanya eksis dalam teks klasik dan kepercayaan spiritual, tetapi juga berkembang dalam ekspresi budaya dan seni kontemporer. Di Indonesia, misalnya, representasi Qilin dijadikan simbol perjuangan melawan intoleransi dan bentuk afirmasi terhadap keragaman budaya Tionghoa. Dalam seni keramik, Qilin digunakan sebagai metafora toleransi dan harapan akan masyarakat yang damai.
Selain itu, Qilin sering dijadikan jimat atau simbol pelindung bagi anak-anak, terutama untuk mendoakan masa depan yang baik, panjang umur, dan kebijaksanaan. Makhluk ini juga kerap ditampilkan dalam perayaan tradisional Tionghoa dan ornamen arsitektur kuil serta rumah-rumah.
Referensi :
Wicaksana, A. (2020). Qilin: Toleransi Keberagaman sebagai Ide Penciptaan Karya Keramik Seni. DESKOVI: Art and Design Journal, 3(2), 134–140. Retrieved from https://e-journal.umaha.ac.id/deskovi/article/download/809/666/2298
UIN Sunan Ampel Surabaya. (2011). Purifikasi Agama Khonghucu dalam Perspektif Teologi dan Sosiologi Agama. Retrieved from. http://digilib.uinsa.ac.id/2047/5/Bab%202.pdf
LingoAce. (2023). Legenda Qilin, Hewan Mulia Kepercayaan Masyarakat Tionghoa. Retrieved fromhttps://www.lingoace.com/id/artikel/trending/legenda-qilin-hewan-mulia-kepercayaan-masyarakat-tionghoa/
National Geographic Indonesia. (2023). Qilin, Makhluk Mitologi ‘Unicorn’ Tiongkok Jadi Jimat untuk Anak-anak. Retrieved from https://nationalgeographic.grid.id/read/133784575/qilin-makhluk-mitologi-unicorn-tiongkok-jadi-jimat-untuk-anak-anak?page=all
By : Glent Febrian